Welcome...Selamat Datang...

Padi organik petani hasil pendampingan kami

Padi Rojolele organik

Lokomotif tua di kota kecil Cepu, Blora

Lokomotif tua yang sekarang kadang-kadang digunakan untuk kereta wisata di lingkunagn perhutani Cepu-Blora.

SATE BUNTEL KHAS SOLO

Lezat dan bikin kita ketagihan.

Jajanan khas Jawa

Jajanan khas Jawa ini sekarang sering disajikan dalam acara formal maupun informal. Lengkap, rasanya bervariasi dan sehat.

Para peserta LDK di Tawangmangu

Latihan Dasar Kepemimpinan diikuti oleh sekitar 30 mahasiswa Surakarta di Tawangmangu pada tahun 2011.

Di Tanah Lot Bali

Refreshing di Bali pada tahun 2010, bersama teman-teman dosen.

Minggu, 08 Desember 2013

Pedagang Kaki Lima Puas Terhadap Jokowi

Begitulah hasil telepolling pada 8-10 November 2013 yang dilaksanakan Pusat Data Bersatu terhadap 12 hal yang ditangani Jokowi-Basuki. Ketua sekaligus pendiri PDB Didik J Rachbini mengatakan, dari survei itu, lebih dari separuh jawaban dari 500 responden di wilayah DKI Jakarta itu menyatakan puas terhadap 10 hal yang ditangani Jokowi-Basuki. Catatan merah bagi pemimpin ibukota negara itu terletak pada penanganan masalah kemacetan lalu lintas.

Tanggapan paling memuaskan dari telepolling itu tampak pada penanganan pedagang kaki lima. Dalam bidang ini, Jokowi-Basuki mendapat nilai 77,7 persen pernyataan puas dan 18,5 persen responden tidak puas.

Dari hasil polling ini menunjukkan keseriusan Jokowi dalam menangani perekonomian rakyat. Sektor informal pedagang kaki lima ini di mana pun di Indonesia selalu bermasalah dalam penanganannya tetapi ternyata di tangan Jokowi berhasil ditata dengan baik. Hal ini terlihat dalam penataan olehnya terhadap pedagang kaki lima di Solo dan Jakarta.

Kembali hal ini bisa menjadi bukti bagi siapa pun yang selama ini meragukan keberpihakan Joko Widodo terhadap ekonomi kerakyatan. Selamat kepada para pedagang kaki lima Jakarta yang semakin aman dan nyaman dalam kegiatan bisnisnya. Merdeka!

Salam damai penuh cinta.

***
Solo, Sabtu, 30 November 2013
Suko Waspodo

Jokowi lebih Hebat dari Obama

Hanya dalam waktu kurang dari dua tahun, Jokowi melambung dari walikota kota kecil Solo menjadi politisi paling populer di negara demokrasi terbesar ketiga di dunia. Presiden Amerika Serikat Barack Obama saja membutuhkan tiga tahun untuk menjadi presiden. Demikian menurut media terkemuka Inggris Financial Times (FT).

FT menuliskan, dengan reputasinya yang bersih, berorientasi pada hasil dan rendah hati, Jokowi secara spektakuler melesat dalam hampir semua survei calon presiden 2014. Dari akumulasi empat survei, elektabilitas Jokowi memimpin dengan angka 27 persen, disusul Prabowo Subianto 16 persen, dan Aburizal Bakrie 9 persen. Melesat bagaikan meteor, karier politisi berusia 52 tahun ini disamakan dengan kisah Presiden Amerika Serikat Barack Obama.

Kerendahan hati dan kecerdasannya tercermin saat diwawancarai FT.  Jokowi menyebut kunci kesuksesannya sangat sederhana. "Inti dari demokrasi adalah meningkatkan taraf hidup masyarakat. Oleh karena itu, saya melakukan blusukan, menelusuri lorong demi lorong, pasar, pinggir kali, bertanya langsung kepada masyarakat apa keluh kesah mereka. Saya bersama aparat pemerintah akan berusaha mencarikan solusi terbaik," kata Jokowi.

Financial Times juga memberitakan pandangan warga Jakarta terhadap pemimpinnya itu. "Hidup masih sulit, banjir masih sering terjadi, tempat ini kotor dan bau. Namun, saya senang melihat Jokowi. Semoga kehidupan lebih baik dengan beliau menjadi presiden," tutur  salah seorang  warga Cakung, Jakarta Timur.

Ketika diajukan pertanyaan  oleh FT mengenai kemungkinan pencapresannya. Jokowi pun tertawa. "Saya tidak memikirkan itu. Sekarang, saya fokus dengan tugas sebagai Gubernur Jakarta," kata Jokowi.

Dari pemberitaan media Inggris tersebut sebagai rakyat Indonesia kita selayaknya bangga memiliki aset seorang pemimpin  rendah hati seperti Jokowi yang diakui kehebatannya oleh bangsa lain.  Mari terus kita dukung dan semangati Jokowi untuk terus menjadi pemimpin yang semakin berpihak kepada rakyat kecil. Semoga Jokowi bisa mewujudkan impian rakyat Indonesia untuk mempunyai seorang presiden yang benar-benar berpihak kepada rakyat kecil. Merdeka!

Salam damai penuh cinta.

***
Solo, Senin, 25 November 2013
Suko Waspodo

Khayal Biru























kutahu cinta itu selalu indah dan tak pernah salah
pelangikan hatiku penuh berkah serta anugerah
syahdu dawai rindu senandungkan dalamnya cinta
padamu belahan jiwa yang kembara entah kemana

sungguh teramat berarti dirimu duhai pujaan hatiku
tulus kasihmu bersemayam sedalam palung kalbu
tumbuhkan hasrat tuk berpagut seluruh jiwa raga
satukan keping asa seiring tarikan nafas cinta kita

kutahu rindu ini menyiksa namun inilah bahagia kita
terkurung dalam nikmat maya hingga saatnya jumpa
sirami jalinan asmara kita dengan saling sapa mesra
mekarkan kuncup tulus cinta wangi membuai pesona

kuhadirkan selalu indah bayang  lembut senyummu
menghangatkan naluri kita dalam gairah menggebu
saling mendekap rekatkan dua hati dalam khayal biru
tak ingin terberaikan meski terpisah ruang dan waktu

***
Solo_Bandung, Minggu, 24 November 2013. 6:56 pm
'salam hangat penuh cinta'
Suko Waspodo & Coklat
pepnews
ilustrasi: bonzasheila

Posko-posko Jokowi Bukti Kecintaan Rakyat

Selain hasil survei yang semakin menunjukkan tingginya elektabilitas dan popularitas Jokowi, akhir-akhir ini muncul fenomena yang menarik di pergerakan arus bawah. Setelah beberapa minggu yang lalu terpampang spanduk-spanduk dukungan terhadap Jokowi  untuk presiden di Bandung, saat ini di beberapa daerah lain juga mulai muncul dukungan rakyat secara nyata agar Jokowi menjadi presiden RI.

Gelombang dukungan agar Joko Widodo maju di Pilpres 2014 terjadi di beberapa daerah. Salah satu bukti nyata dukungan untuk gubernur DKI Jakarta ini diwujudkan dengan berdirinya beberapa posko di DIY, Jateng dan Bali.

Daerah-daerah yang telah mendirikan posko dukungan untuk Jokowi antara lain, Sleman, Kulonprogo, Temanggung, Magelang, Klaten, Boyolali, Semarang dan Bali. Paling tidak setiap daerah ada dua posko.

Berdasarkan informasi, posko didirikan dengan biaya sendiri dan berdasar pada kerinduan agar bangsa Indonesia dipimpin oleh sosok yang benar-benar mengabdi untuk rakyat. Bukan hanya pencitraan belaka.

Di DIY bahkan ada 17 posko. Dan yang lebih menarik posko-posko ini didirikan oleh swadaya rakyat  tidak ada embel-embel partai. Murni dari masyarakat yang ingin dilayani oleh Jokowi yang mereka cintai. Posko-posko tersebut mereka namai Gong Jokowi, Gotong Royong untuk Jokowi.

Menurut para relawan posko tersebut, selain untuk menampung dukungan masyarakat, posko Gong Jokowi didirikan sebagai tempat berdiskusi dan berkoordinasi terkait dukungan untuk mantan Wali Kota Solo yang saat ini menjadi Gubernur DKI Jakarta itu.

Posko tersebut sifatnya terbuka. Bagi siapa pun yang rindu akan sosok pemimpin yang benar-benar mengabdi untuk rakyat dapat bergabung. Gerakan seperti ini pasti akan terjadi di beberapa daerah di Indonesia, karena rakyat sudah jenuh di suguhi calon pemimpin dan pemimpin yang hanya melakukan pencitraan tanpa bukti nyata.

Inilah gelombang gerakan arus bawah, rakyat kecil, yang rindu pemimpin sejati seperti Jokowi. Semoga harapan mereka bisa terpenuhi di  pemilihan presiden 2014 nanti. Selamat datang dukungan rakyat yang tulus cinta Jokowi dengan gerakan kerakyatannya yang semakin bertambah di daerah-daerah lain.  Merdeka!

Salam damai penuh cinta.

***
Solo, Minggu, 24 November 2013
Suko Waspodo

Jokowi Merupakan Kartu As bagi PDI-P

Suasana politik menjelang Pemilu dan suksesi kepemimpinan negeri ini kian memanas. Partai-partai politikserta para capres sudah sangat gencar mengisi iklan di setiap media yang ada. Hanya Jokowi yang masih adem ayem karena dia tidak berambisi dan hanya menunggu keputusan PDI-P apakah akan mencalonkan dia atau tidak. Namun di sisi lain yang seru dan panas justru rakyat yang sangat menunggu dan berharap banyak untuk tampilnya Jokowi sebagai capres di Pemilu 2014 nanti. Semua itu bisa kita lihat dari semua hasil survei yang positif mengarah ke Joko Widodo.

Menurut hasil survei baru-baru ini, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) diyakini akan menguasai parlemen jika mengusung Joko Widodo atau Jokowi sebagai calon presiden di 2014. Hal itu disampaikan Direktur Eksekutif Indikator Politik, Burhanuddin Muhtadi.

Hasil survei membuktikan bahwa pencalonan Jokowi sebagai calon presiden di 2014 memiliki dampak yang sangat penting bagi kenaikan elektabilitas PDI Perjuangan dalam pemilihan umum anggota legislatif (pileg). Perolehan suara PDI Perjuangan dalam pileg diperkirakan akan mencapai 37,8 persen jika partai tersebut mengusung Jokowi sebagai calon presidennya. Tanpa Jokowi, partai ini (PDI-P) hanya akan mendapat sekitar 14,4 persen.

Bahkan Burhanuddin juga memaparkan hasil survei mengenai pengaruh terhadap perolehan suara partai politik dengan atau tanpa kehadiran Jokowi sebagai calon presiden. Peta perolehan suara terbukti berubah meski besarnya hanya menonjol di beberapa partai besar saja.

Menurut survey tersebut dengan kehadiran Jokowi sebagai calon presiden PDI Perjuangan akan meraup 37,8 persen suara di pileg, selanjutnya Partai Golkar akan mendapat 14,6 persen suara, Partai Gerindra 6,6, dan Partai Demokrat 5,4 persen. Sementara itu, perolehan suara partai lainnya hanya di bawah lima persen.

Apabila PDI Perjuangan hanya mendapat 14,4 persen suara di pileg ketika tidak mengusung Jokowi sebagai calon presiden, maka perolehan suara condong berpindah ke Partai Golkar yang naik menjadi 21,8 persen.

Perolehan suara Partai Gerindra akan naik menjadi 11,1 persen, Partai Demokrat naik menjadi 8,2 persen, dan Partai Hanura naik menjadi 6 persen. Perolehan suara partai lainnya tetap berada di bawah lima persen.

Melihat hasil survei tersebut mestinya PDI-P tidak ragu-ragu lagi untuk segera mengumumkan Jokowi sebagai capresnya. Ibarat suatu permainan, Jokowi merupakan kartu As bagi PDI-P. Partai ini seharusnya cepat merespon fenomena yang ada. Jangan seperti setiap kali di pemilihan kepala daerah PDI-P selalu terlambat dan sibuk dengan banyak pertimbangan di intern partai sehingga akhirnya kadernya kalah di banyak pemilihan kepala daerah.

Seperti sudah sangat sering diungkapkan oleh para pakar politik dan paparan banyak hasil survei, Jokowi tetap paling dikehendaki oleh rakyat negeri ini. Rakyat rindu perubahan. Rindu memiliki pemimpin yang diharapkan bisa memperbaiki nasib mereka, dan itu hanya ada pada figur Jokowi. Semoga PDI-P segera merespon keinginan rakyat ini. Merdeka!

Salam damai penuh cinta.

***
Solo, Sabtu, 23 November 2013
Suko Waspodo

Kamis, 21 November 2013

Kehangatan Cinta Kita



















sinar mentari menyelinap di sela pucuk pinus
hangatnya menyeruak sergap hatiku tembus
sertakan murni kasihmu datangi batinku tulus
terselip dalam bait puisi membelaiku terbius

nyanyian kukila merdu membuai kuatkan niat
membawa peluk mesramu kian dalam terlibat
nikmat terasa gelora pinta semakin menyengat
kalbu bergejolak membangkitkan geliat hasrat

semilir angin perlahan sentuh lembut kulitku
bisikkan gelisah sendu sedalam palung hatiku
demikian pula aku duhai kasih belahan jiwaku
rinduku menggulung tak berujung karenamu

wahai kekasih pencuri hati dari belantara jiwa
rasakan nafas asmara hangatkan perapian asa
pahatkan rasa sepanjang lekuk buluh nadi cita
mengalir gelegak gairah kehangatan cinta kita

***
Solo_Bandung, Kamis, 21 November 2013. 8:30 pm
'salam hangat penuh cinta'
Suko Waspodo & Coklat
pepnews
ilustrasi: artmajeur

 

Makna Dirimu



















lembut sapamu adalah kehalusan yang menyentuh kalbu
warnai hari dan batin dengan kebahagiaan sepanjang waktu
ketulusan kasihmu adalah senyuman yang hangatkan hatiku
gairahkan jiwa dalam indah asmara berselimut rindu padamu

tatapan teduh  matamu adalah kesungguhan kudus cintamu
sejukkan hasratku semakin menyayangimu tumpuan nuraniku
sentuh manjamu adalah ungkapan dambamu tuk kita berpadu
yakinkan hati dalam mengarungi  hari-hari kita yang kian syahdu

belaian halusmu adalah ujud kerinduan akan kebahagian sejati
yang senantiasa kita damba dalam arungi indah kehidupan ini
dekap mesramu adalah gejolak purba keinginan sisi manusiawi
yang mesti kita syukuri sebagai karunia yang memesona diri

betapa agung makna dirimu tak dapat diungkap dengan kata
tiada terlihat namun dapat dibaca lewat gelombang halus rasa
kan kuprasastikan indah kisah kita dalam luasnya cakrawala jiwa
larutkan kedamaian dalam batin selami anugerah Sang Maha Cinta

***
Solo_Bandung, Kamis, 21 November 2013. 8:20 pm
'salam hangat penuh cinta'
Suko Waspodo & Coklat
pepnews
ilustrasi: akubakaarts.deviantart

Kolaborasi Karya Puisi

Menulis puisi bagi saya merupakan kenikmatan yang luar biasa. Menumpahkan seluruh imajinasi dalam rangkaian kata berujud syair yang indah. Puncak kenikmatan tercapai manakala puisi tercipta dan dinikmati oleh orang lain.

Lalu bagaimana dengan puisi hasil kolaborasi? Ini memberikan sensasi tersendiri. Terus terang saya baru mengenal gaya menulis  puisi secara kolaborasi di Kompasiana. Seingat saya waktu sekolah, guru saya juga tidak pernah memperkenalkan gaya penulisan puisi secara kolaborasi ini. Namun sungguh bagi saya nuansanya sangat berbeda. Imajinasi bisa menjadi liar dan tertuang dahsyat.

Kolaborasi puisi menurut pengalaman saya paling ideal dilakukan berdua saja, jangan lebih. Alias duet saja. Paling pas dan imajinasi saling melengkapi kalau ditulis oleh pria dan wanita. Paduan sisi rasional dan emosional bisa menyatu dan terasa mozaik keindahannya. Kolaborasi tidak menarik kalau dilakukan oleh dua penulis yang baru saja kenal dan belum dekat komunikasi batinnya. Kolaborasi karya puisi memerlukan keterlibatan ikatan emosional untuk melahirkan karya yang indah.

Puisi cinta adalah bentuk puisi yang paling menarik untuk kolaborasi. Akan terasa sekali nuansa romantis dan mesranya meski masing-masing penulis tidak harus terlibat dalam ikatan asmara saling jatuh cinta. Yang dibutuhkan adalah kedekatan batin dan ketertarikan yang sama terhadap tema yang dipilih bersama. Pengalaman saya dalam kolaborasi, tema cinta selalu menghasilkan karya yang membahagiakan untuk kami nikmati.

Karya kolaborasi ini memang sangat terdukung dengan media komunikasi modern saat ini. Masing-masing penulis tidak harus saling bertemu secara nyata dan kedekatan emosional terjalin melalui komunikasi intens lewat obrolan di jejaring sosial. Kolaborasi bisa dilakukan antara penulis yang sudah lama sama-sama menyenangi menulis puisi atau dengan yang baru memulai menulis puisi. Kalau diantara penulis yang sudah berpengalaman, salah satu bisa menjadi yang mengawali memancing imajinasi dan dilanjutkan pasangannya. Sedangkan kolaborasi dengan penulis baru bisa dalam bentuk menuntun yang bersangkutan ke dalam dunia penulisan puisi oleh penulis yang lebih berpengalaman.

Melalui Fiksiana, saya sudah berkolaborasi puisi dengan lebih dari lima orang penulis, semuanya wanita. Hampir semuanya hanya saya kenal dan semakin akrab di dunia maya dan belum pernah ketemu secara nyata. Duet menulis ini bagi saya  merupakan proses belajar serta berkarya yang luar biasa dan sepertinya begitu juga bagi pasangan saya. Bagi teman-teman yang belum pernah menulis puisi secara kolaborasi, saya sarankan untuk mencobanya. Merupakan pengalaman yang tak terlupakan dan sensasinya sungguh dahsyat. Silahkan mencoba dan selamat berkarya.

Salam kreatif penuh cinta.

***
Solo, Selasa, 19 November 2013
Suko Waspodo

Jokowi Pencinta Lingkungan Hidup

Jokowi kembali menunjukkan  dirinya sebagai pribadi yang mencintai lingkungan hidup. Setelah menata waduk Pluit dan waduk Riario serta membuat gebrakan dengan mengenakan denda bagi pembuang sampah ke sungai, kali ini Jokowi akan mengeluarkan peraturan daerah (perda) baru di DKI Jakarta. Jika ada orang atau perusahaan yang akan menebang pohon, meski jumlahnya hanya satu, harus ada izin dari dirinya secara langsung.

Apa yang dilakukan oleh Jokowi ini sebenarnya bukan hal yang baru karena semasa dia menjadi walikota  Surakarta warga juga diharuskan meminta ijin ke pemkot apabila akan menebang pohon, meskipun hanya sebatang dan di halaman rumah sendiri. Sebagian besar pohon yang berada di tepi jalan serta taman dan tempat-tempat umum dicatat jumlah dan jenisnya. Kepedulian dia terhadap lingkungan hidup sungguh luar biasa. Langkah ini semestinya diikuti oleh para kepala daerah yang lain dalam menata daerahnya.

Apa yang dicanangkan oleh Jokowi di Surakarta terbukti berhasil. Kota ini sekarang ini menjadi semakin ramah lingkungan. Beberapa wilayah di Surakarta bahkan penghijauannya dengan penanaman pohon buah, khususnya mangga, sebagai tanaman tepi jalan. Selain juga dengan membagi bibit-bibit pohon buah ke sebagian besar wilayah dimana warganya masih memiliki lahan yang memungkinkan untuk menanam pohon. Tentu saja hal ini juga menjadi nilai tambah tersendiri bagi kehidupan warga.

Jika apa yang sudah dilakukan warga Surakarta juga bisa diterapkan oleh warga Jakarta, pastilah ibukota kita akan menjadi semakin hijau dan nyaman untuk ditinggali. Lebih lanjut akan membanggakan seluruh rakyat negeri ini karena memiliki ibukota indah dan sehat.  Lingkungan yang semakin hijau dan sehat sudah menjadi kebutuhan utama bagi negeri yang penduduknya semakin padat ini. Mari kita hijaukan kembali negeri ini. Merdeka!

Salam damai penuh cinta.

***
Solo, Selasa, 19 November 2013
Suko Waspodo

Senin, 18 November 2013

Jokowi Tak Perlu Takut

Sekretaris Jenderal PDI-P Tjahjo Kumolo memperhatikan ada upaya merendahkan citra Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo alias Jokowi  saat mendekati Pemilu 2014. Para pesaing Jokowi, menurut Tjahjo, sudah membentuk tim khusus untuk memperburuk citra mantan Wali Kota Surakarta tersebut.Menurut Tjahjo para pesaing membentuk tim khusus untuk mencoba merendahkan citra Jokowi. Pernyataan itu disampaikan Tjahjo kepada pers di Gedung Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin, 18 November 2013.

Bahkan Tim khusus itu, menurut  Tjahjo, sengaja mendatangi Solo, Jawa Tengah, untuk mengumpulkan informasi. Tjahjo Kumolo mengaku menerima informasi ada upaya pengumpulkan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) hanya untuk mencari keburukan Jokowi. Selain itu, tim ini juga bergerak ke para pemilik media massa untuk mengurangi porsi pemberitaan Jokowi.

Tatkala ditanyakan siapa saja pihak yang membentuk tim itu, menurut Tjahjo, masyarakat sebenarnya sudah tahu sehingga ia tidak perlu mengungkapnya. Tjahjo menyadari popularitas dan elektabilitas Jokowi sebagai capres membuat banyak pesaing merasa khawatir.

Seperti  masyarakat telah mengetahui, elektabilitas Jokowi sebagai capres selalu melejit dalam sejumlah survei. Pamor Jokowi mengalahkan para kandidat capres dari yang telah lebih dulu mendeklarasikan diri sebagai capres seperti Prabowo Subianto, Wiranto, hingga Aburizal Bakrie alias ARB. Padahal, PDI-P belum menetapkan bakal capres untuk diusung di Pilpres 2014.

Perkembangan akhir-akhir ini,  Jokowi mendapat serangan dari kalangan Partai Demokrat. Tentang kebakaran, kemacetan, banjir di Jakarta, hingga mobil murah menjadi isu yang ditembak para elite Partai Demokrat. Mereka yang mengkritik Jokowi  antara lain Nurhayati Ali Assegaf, Ramadhan Pohan, dan Ruhut Sitompul.  

Menghadapi situasi ini tentu saja akan membuat sedikit kaget bagi Jokowi. Sebagai orang yang tergolong masih rookie  (pendatang baru) dalam kancah politik praktis di Indonesia hal ini pasti harus membuat Jokowi ekstra hati-hati. Hati-hati bukan berarti harus takut. Sebagai seorang pemimpin yang lugu dan menerapkan politik yang bersih Jokowi harus memperkuat tim ahli  serta penasehat politiknya. Jokowi perlu membentuk litbang untuk pemenangannya kalau dia sudah resmi dicapreskan. Diperlukan tim khusus untuk menjaga dan sekaligus menaikkan citranya.

Di dalam intern PDI-P sendiri harus solid. Tidak boleh ada kubu-kubuan. Kalau memang sudah mencapreskan Jokowi, mereka harus all out. Semua potensi harus dikerahkan dari pusat hingga daerah. Dari para elite partainya hingga para kader-kader serta rakyat kecil pendukung Jokowi maupun PDI-P karena para pesaing Jokowi pasti akan menggunakan berbagai cara untuk mengalahkan pemimpin yang dikagumi rakyat ini. 

Sekali lagi bagi Joko Widodo tidak perlu takut dengan permainan kotor para pesaingnya, kalau hati-hati memang harus. Jokowi harus yakin bahwa rakyat sekarang sudah semakin cerdas dan melek politik serta mengetahui  perkembangan negaranya. Mereka tidak akan mudah dibohongi dan dipermainkan oleh para politisi busuk lagi. Mereka rindu memiliki pemimpin yang memahami situasi dan keprihatinan mereka. Dan itu hanya ada di Jokowi saat ini. Terus maju pantang mundur, Jokowi. Rakyat negeri ini setulus hati mencintai dan mendukungmu. Merdeka!

Salam damai penuh cinta.

***
Solo, Senin, 18 November 2013
Suko Waspodo

Minggu, 17 November 2013

Dua Jiwa dalam Satu Cinta
















tercekat hati dalam rangkaian kata awal puisi
bayangmu senantiasa hadir kuatkan rindu ini
menghiasi  fantasiku tentang anggun cintamu
yang kian semerbak wangikan tulus impianku

nun jauh di sana kau sapa aku sepenuh mesra
ungkapkan kegundahan hasrat untuk bersua
sadari tiada mudah menuntaskan kangen diri
namun tak hendak menyerah kian satukan hati

kuingin kita saling membelai meski masih maya
teriring pinta kuat kita suatu saat kan jadi nyata
memelukmu hangat sepenuh cinta menyatukan
tak ingin kulepas meski  menghadang rintangan

sepertinya hangat mentari tertutup gumpalan mega
gerimiskan hati kala rindu terus panggil namamu
mengapa indah cinta kita harus terhalang kendala
tenggelamkan jiwaku dalam penantian tak tentu

nun jauh di sana kau taburkan indah madu cinta
di sini kucoba mencerna sepenuh hati terbuka
terbaca jelas keinginan kita berpagut jiwa raga
menikmati kembara rasa dalam waktu yang tersisa

semoga kebahagiaan itu sepenuhnya jadi milik kita
saat dua jiwa dahaga terpaut utuh dalam satu cinta
kuyakin cahaya asmara kita semakin kuat menyala
manakala belahan jiwa temukan pasangan sejatinya

***
Solo_Bandung, Minggu, 17 November 2013. 5:16 pm
'salam hangat penuh cinta'
Suko Waspodo & Coklat
pepnews
ilustrasi: fineartamerica

Mendung tak Sepenuh Hari



















awan kelabu menghalangi datangmu mentari
pagi  tak mampu awali hariku cerah berseri
masih kuingat keputusanmu tuk mengakhiri
perjalanan cinta indah yang pernah kita lalui

semilir angin pagi tiada mampu usir mendung
dan rinai tipis gerimis kian terasa mengurung
tak pantas kuharap engkau yang merasa agung
biarlah sesaat kunikmati kesendirian merenung

surya beranjak meniti waktu meraih janji hari
melembutkan mega semburat menyinari bumi
kusingkap tirai kegalauan yang menyelimuti diri
menatap cerah pelangi mewarnai  gejolak hati

aneka kembang mekar tebarkan wangi pesona
menggairahkan persada terpenuhi aura cinta
sepenuh syukur kunikmati anugerah semesta
senantiasa melingkupi jiwa sepikan nelangsa

nyanyian kukila tak henti menghibur asaku kini
ceriakan nurani tinggalkan masa lalu tak berarti
semakin nyata kurasa mendung tak sepenuh hari
kusambut hangat hadir-Nya membawa cinta sejati

***
Solo, Minggu, 17 November 2013. 11:27 am
'salam hangat penuh cinta'
Suko Waspodo
pepnews
ilustrasi: en.cafa

Sabtu, 16 November 2013

Politik Dinasti Vs. Demokrasi

Ketua  Umm PDIP Megawati  Soekarnoputri  tak mempermasalahkan soal politik dinasti. Namun, sembari menyindir dinasti  Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah, dirinya tak setuju jika dinasti bertujuan meraup keuntungan lewat kepemimpinan daerah.

Megawati menyatakan pertimbangan hubungan keluarga bukanlah faktor utama penentuan seorang pemimpin. Menurutnya, semua calon pemimpin harus dilihat dari kapasitasnya, tanpa memandang ikatan kekerabatannya. Meski jika ada ikatan kekerabatan, itu tak menjadi persoalan.

Jika satu keluarga besar menguasai kepemimpinan daerah, kemudian keluarga itu berusaha melakukan cara culas demi meraup untung, maka Mega menilai itu adalah persoalan korupsi semata. Artinya, modus korupsi memang bermacam-macam, termasuk dengan memanfaatkan nepotisme.

Pernyataan-pernyataan Megawati tersebut sungguh  menarik untuk dicermati. Sebagai Ketua Umum sebuah partai yang mencantumkan kata demokrasi , Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, maka pernyataan dia sungguh kontradiktif dengan apa yang semestinya diperjuangkan partainya.

Dinasti adalah sistem reproduksi kekuasaan yang primitif karena mengandalkan darah dan keturunan dari hanya bebarapa orang. Oleh karena itu di dalam dinasti tidak ada politik karena peran publik sama sekali tidak dipertimbangkan. Dengan itu, dinasti juga menjadi musuh demokrasi  karena dalam demokrasi, rakyat lah yang memilih para pemimpinnya. Jadi, politik dinasti adalah proses mengarahkan regenerasi kekuasaan bagi kepentingan golongan tertentu  untuk bertujuan mendapatkan atau mempertahankan kekuasaan di suatu negara.

Politik dinasti muncul dalam dimensi yg halus, berupa gejala dinasti politik yang mendorong sanak keluarga elite-elite lama untuk terus memegang kekuasaan di pemerintahan yang diturunkan secara demokratis oleh pendahulu mereka. Pada gejala ini, penyesuaian terhadap etik demokrasi modern dilakukan dengan mempersiapkan putra-putri yang bersangkutan dalam sistem pendidikan dan rekrutmen politik yang sedemikian dini. Jadi, saat mereka muncul, kemunculannya seolah-olah bukan diakibatkan oleh faktor darah dan  keluarga, melainkan oleh faktor-faktor kepolitikan yang lebih wajar dan rasional. Meskipun terkadang ‘gelar pendidikan’ mereka dapat dibeli dengan nama keluarga mereka.

Namun demikian  politik dinasti juga dapat tampil dalam bentuk yang lain, lebih vulgar dan identik dengan otoriterianisme. Ia muncul dari suatu sistem politik modern yang sudah ada sebelumnya dan yang sudah dibekukan dan selanjutnya  dikondisikan sedemikian rupa sehingga rakyat melalui wakilnya, hanya bisa memilih anak atau istri dari keluarga yang sedang berkuasa. Dengan demikian, yang sebenarnya terjadi adalah politik dinasti yang dipilih bukan secara sukarela oleh rakyat, tetapi secara represif.

Kecenderungan politik seperti itulah yang terjadi di Golkar pada era presiden Soeharto. Seluruh keluarganya terlibat di partai dan pemerintahan serta wakil rakyat. Pemilu hanya menjadi formalitas demokrasi semu dan bahkan palsu. Otoritarian dinasti Soeharto yang dibungkus dalam kemasan seolah demokrasi Pancasila.

Situasi politik seperti itu juga yang sekarang diulang dilakukan oleh PDIP dan Partai Demokrat, dinasti Soekarno dan dinasti SBY. Meski apa pun alasan yang disampaikan oleh Megawati tentang politik dinasti dan dia merasa tetap demokratis tapi faktanya tetap terjadi yang namanya ‘petunjuk ibu Ketua Umum’ dan dia memanfaatkan budaya ‘pekewuh’ yang ada dalam kultur budaya Jawa. Maka tidak tercapailah situasi demokratis dalam hal ini. Lebih lanjut maka demokrasi dalam PDIP benar-benar  ‘hanya perjuangan’ terus tanpa menjadi demokrasi yang sesungguhnya.

Tulisan sederhana ini hanya sekedar ingin berbagi wawasan tentang betapa mencemaskannya apabila politik dinasti ini terus dibenarkan. Negeri ini akan semakin tidak demokratis dan itu berarti bertentangan dengan Pancasila. Semoga kecemasan ini tidak menjadi nyata tetapi negeri ini menjadi semakin demokratis dengan tidak menerapkan politik dinasti.

Salam damai penuh cinta.

***
Solo, Jumat, 15 November 2013
Suko Waspodo