Welcome...Selamat Datang...

Padi organik petani hasil pendampingan kami

Padi Rojolele organik

Lokomotif tua di kota kecil Cepu, Blora

Lokomotif tua yang sekarang kadang-kadang digunakan untuk kereta wisata di lingkunagn perhutani Cepu-Blora.

SATE BUNTEL KHAS SOLO

Lezat dan bikin kita ketagihan.

Jajanan khas Jawa

Jajanan khas Jawa ini sekarang sering disajikan dalam acara formal maupun informal. Lengkap, rasanya bervariasi dan sehat.

Para peserta LDK di Tawangmangu

Latihan Dasar Kepemimpinan diikuti oleh sekitar 30 mahasiswa Surakarta di Tawangmangu pada tahun 2011.

Di Tanah Lot Bali

Refreshing di Bali pada tahun 2010, bersama teman-teman dosen.

Rabu, 27 Agustus 2014

Cara Menghilangkan Bau Badan

Bau badan yang tidak sedap  sering sangat mengganggu. Tidak hanya bagi kita yang mengalaminya tetapi juga pada orang-orang di sekitar kita.

Kadang-kadang, kita memakai deodoran untuk menghilangkan bau badan. Namun, meski kita telah menggunakan deodoran yang banyak, ada saatnya bau badan tidak bisa hilang. Saat seperti itu, kita akan merasa perlu melakukan sesuatu yang permanen untuk mengatasi masalah tersebut.

Berikut ini empat cara mudah untuk menjaga bau badan tetap segar:

1. Hentikan mengkonsumsi terlalu banyak bawang bombai dan bawang putih. Sebab, bahan-bahan tersebut cenderung merembes keluar pori-pori tubuh dan menimbulkan bau. Tidak peduli bawang bombai itu sudah dimasak dalam masakan yang enak, kita tetap harus menghindari bahan makanan tersebut.

2. Rutin ke kamar mandi. Mandi secara teratur dua kali sehari merupakan hal yang baik. Sebab, kebiasaan ini akan melenyapkan berbagai masalah.

3. Gunakan bedak. Hal ini kadang diremehkan tapi bisa membuat banyak perbedaan. Tidak hanya membuat kita merasa segar tapi membantu mengurangi bau badan, terutama pada musim kemarau.

4. Gunakan deodoran yang tepat. Ini tidak hanya membuat kita merasa segar tapi juga mengurangi keringat. Sebab, saat musim kemarau membuat kita lebih banyak berkeringat.

Demikianlah cara sederhana dan sehat agar kita terhindar dari bau badan yang tidak sedap. Selamat mencoba dan semoga bermanfaat.

Salam sehat penuh cinta.

***
Solo, Selasa, 26 Agustus 2014
Suko Waspodo

Selasa, 26 Agustus 2014

Perdebatan tentang Aborsi

Beberapa waktu yang lalu pemerintah melalui menteri kesehatan Nafsiah Mboi menegaskan bahwa tidak ada peraturan pemerintah yang mengatur tentang aborsi. Aturan yang terbit adalah Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi.

Nafsiah menyampaikan hal itu menanggapi munculnya polemik tentang legalisasi aborsi yang dikaitkan PP No 61/2014. ”Harus ditegaskan, aborsi tetap dilarang. Itu pidana, kecuali untuk dua hal, yaitu aborsi karena kedaruratan medis atau kehamilan akibat perkosaan,” tuturnya dalam jumpa pers di Kementerian Kesehatan, Jakarta, Selasa, 19 Agustus 2014 yang lalu.

Menurut Nafsiah, PP No 61/2014 yang merupakan amanat dari Undang-Undang No 36/2009 tentang Kesehatan itu sudah lama ditunggu. Aturan pelaksanaan itu mengatur bagaimana agar perempuan mendapat layanan kesehatan sehingga bisa hidup sehat, melahirkan generasi sehat dan bermutu, serta mengurangi angka kematian ibu.

Meski pemerintah telah menjelaskan secara panjang lebar tentang peraturan pemerintah mengenai kesehatan reproduksi tersebut namun tidak bisa dihindari berbagai reaksi muncul di masyarakat. Hal ini membuka lagi perdebatan lama tentang praktik aborsi.

Hippocrates (460-370 SM), seorang ahli medis terkemuka Yunani, tak mendukung praktik aborsi. “Aku tidak akan memberikan obat-obat yang mematikan, meski diminta, dan aku juga tidak akan memberikan nasihat seperti itu. Dengan cara yang sama, aku tidak akan memberikan obat-obatan kepada seorang perempuan yang bisa mengakibatkan aborsi,” tulis Hippocrates dalam On the Nature of the Woman. Tetapi praktik aborsi tetap berlangsung luas di Yunani.

Orang Yunani tidak memandang aborsi sebagai suatu pembunuhan atau perbuatan keji, apa pun metode aborsinya. “Tidak ada hukum yang mengatur mengenai aborsi dan negara hanya turun tangan apabila hal itu berkaitan dengan perlindungan atas hak tuan (pemilik) perempuan, dalam kondisi dia merdeka atau menjadi budak,” tulis Nikolaos A Vrissimtzis dalam Erotisme Yunani.

Beberapa filsuf cenderung toleran terhadap tindak aborsi. Plato (427-347 SM) berpendapat janin belum bisa dianggap sebagai manusia. Maka pengguguran janin tidak bisa dianggap sebagai perbuatan kriminal.

Ada juga para penentang tindak aborsi di Yunani. Mereka pengikut filsuf Phytagoras (582-496 SM). “Menurut mereka, nyawa atau jiwa manusia masuk ke tubuh sejak pembuahan. Kapan pun aborsi dilakukan, itu berarti penghilangan nyawa makhluk hidup,” tulis Kourkouta Lambrini dalam Views of Ancient People on Abortion, termuat di Health Science Journal Volume 7, tahun 2013. Tetapi filsuf lain, Aristoteles (384-322 SM), menolak pendapat itu.

Aristoteles menyatakan “Aborsi harus dilakukan sebelum janin bernyawa dan menendang (quickening).” Dia menggolongkan aborsi semacam itu sebagai pengendalian kelahiran. Hal ini sesuai dengan konsepnya tentang kota ideal. “Jika pembuahan berlangsung kala jumlah penduduk berlebih, aborsi bisa dilakukan,” tulis John Riddle dalam Contraception and Abortion from the Ancient World to the Renaissance. Asumsi Aristoteles tentang tahap perkembangan janin itu bertahan selama ratusan tahun.

Di wilayah Asia, praktik aborsi termuat dalam relief di Angkor Wat, Kamboja. Candi ini dibangun pada abad ke-12. “Relief aborsi tampak dalam panel tentang gambaran neraka tingkat 32. Seorang perempuan telentang; telanjang dengan tangan terikat; dan hamil 20 minggu. Ada seorang laki yang memijat perutnya menggunakan alu,” tulis Malcolm Potts dkk. dalam Thousand-year-old Depictions of Massage Abortion, termuat di The Journal of Family Planning and Reproductive Health Care. Orang-orang di Kepulauan Melayu dan Filipina juga mengenal pijat untuk praktik aborsi.

Penduduk setempat menganggap praktik aborsi sebagai kejadian biasa. “Dalam epik Sejarah Melayu (tahun 1612) pengguguran kandungan diterangkan sebagai kejadian biasa,” tulis Anthony Reid dalam Asia Tenggara Dalam Kurun Niaga.

Pada awal abad ke-19, asumsi Aristoteles tentang janin mendapat serangan dari Ferdinand Kember, seorang dokter. Dia ragu bahwa tahap kehidupan janin dimulai pada hari ke-40 setelah pembuahan.

Menurut Kember, quickening bukan awal titik penting perkembangan bayi. “Penemuan Kember menyiratkan bahwa jiwa sudah ada saat pembuahan,” tulis Jeffrey H Reiman dalam Abortion and the Ways We Value Human Life. Maka praktik aborsi bisa dinilai sebagai pembunuhan manusia. Kelompok penentang aborsi pun beroleh angin. Di sejumlah negara, mereka menuntut pemerintah melarang tindak aborsi dengan hukum.

Sejumlah negara kemudian merumuskan aturan mengenai aborsi. Di Amerika Serikat, beberapa negara federal melarangnya. Koran-koran tak lagi bebas mengiklankan praktik aborsi. Sebagian lagi mengizinkan dengan beberapa syarat, misalnya tetap membolehkan aborsi terapetis (demi keselamatan ibu). Yang penting dilakukan secara medis.

Memasuki abad ke-20, gerakan pro-aborsi kembali menguat. Ini terkait dengan kemunculan gerakan dan gagasan femininisme di sejumlah negara barat. Menurut mereka, aborsi bukan soal kapan kehidupan dimulai, melainkan soal hak perempuan menentukan pilihannya.

Di Indonesia, undang-undang mengenai aborsi sudah ada sejak 1918. “Undang-undang ini membuat aborsi yang semata-mata bertujuan menggugurkan kandungan menjadi tindak kejahatan,” tulis Gayung Kasuma dalam Perilaku Aborsi di Jawa Masa Kolonial, termuat di Kota-Kota di Jawa. Pemerintah kolonial mengeluarkan undang-undang ini karena melihat praktik aborsi yang membahayakan nyawa perempuan, seperti cara pijat tradisional.

Undang-undang ini bertahan hingga kemerdekaan. Pemerintah melarang segala jenis praktik aborsi. Meski begitu, dukun dan dokter membuka praktik itu secara tertutup. Begitu terbongkar, praktik itu membuat geger. Seperti kasus Dokter CL Blume di Jakarta pada 1960-an. Dia didakwa membuka praktik aborsi selama tujuh tahun. Teknik aborsinya mengikuti teknik di negara Barat: menginjeksi pasien dengan pantopan yang mengandung morfin. “Tujuannya membuat kandungan mati lemas,” tulis Kompas, 16 Agustus 1969. Semua proses aborsi hanya memakan waktu 20 menit.

Hingga kini perdebatan soal aborsi masih berlangsung di banyak negara. Sementara perkembangan teknik aborsi begitu pesat. Cara pandang perempuan terhadap kehamilannya pun tak pernah seragam. Ada yang menikmatinya, ada pula yang tak menginginkannya sama sekali.

Demikianlah tulisan sederhana ini untuk sekedar berbagi informasi mengenai aborsi yang masih selalu menjadi perdebatan. Apa pun pendapat para filsuf dan para dokter ahli kesehatan reproduksi tentang aborsi, yang berhak menentukan hidup atau mati manusia adalah tetap Tuhan sebagai penciptanya.

Salam damai penuh cinta.

(Dari berbagai sumber)

***
Solo, Selasa, 26 Agustus 2014
Suko Waspodo

Masih tentang Koalisi Rakyat Jokowi

Fenomena menarik dan juga salah satu elemen penting yang menopang kemenangan pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK) dalam pilpres lalu adalah kehadiran begitu banyak kelompok relawan. Para relawan yang tersebar di seluruh Indonesia inilah yang berada di barisan terdepan mengajak masyarakat memilih Jokowi-JK, sekaligus menangkal berbagai isu negatif dan kampanye hitam. Inisiatif dan kerja keras mereka yang tanpa pamrih tersebut terbukti efektif. Bahkan upaya relawan yang terstruktur, sistematis, dan masif, harus diakui mampu mengungguli kerja mesin partai pengusung Jokowi-JK, dan mengalahkan mesin koalisi parpol pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. Jokowi pun mengakui dan mengagumi dahsyatnya kekuatan relawan untuk menggalang suara pemilih.

Pasca pilpres, Jokowi meminta para relawan untuk tidak membubarkan diri, tetapi bertransformasi menjadi kekuatan pengawal pemerintahan. Pengakuan atas eksistensi para relawan tersebut, sesungguhnya adalah manifestasi dari tekad mewujudkan koalisi rakyat, yang sejak awal pilpres telah digaungkannya. Masyarakat harus memahami, bahwa esensi demokrasi adalah kedaulatan di tangan rakyat. Presiden dan pemerintah yang dibentuknya adalah mandataris rakyat.

Dalam rezim pilpres secara langsung yang sudah berlangsung tiga kali, posisi presiden sebagai mandataris rakyat semakin nyata. Dalam konteks inilah, terminologi koalisi rakyat sangat relevan. Apalagi, rekam jejak politik di negeri ini  menunjukkan parpol yang seharusnya mewadahi dan memperjuangkan aspirasi rakyat, justru asyik bermain dengan kepentingannya sendiri.

Selama ini rakyat selalu dikecewakan oleh kinerja para wakil rakyat, yang gagal mengaktualisasikan kepentingan umum. Ironisnya, mereka justru sibuk memperkaya diri dan menimbun dana politik untuk partainya, sehingga kini banyak anggota DPR yang berstatus koruptor. Selain itu, para wakil rakyat juga sangat sering bermanuver untuk memperjuangkan kepentingan politik mereka, dan mengganggu upaya pemerintah menjalankan program pembangunan.

Pada pemerintahan baru Jokowi-JK yang akan dimulai 20 Oktober mendatang, kita melihat ada tantangan besar yang menghadang di parlemen. Hal itu tercermin dari kekuatan koalisi pengusung Jokowi-JK di parlemen yang hanya memiliki 207 kursi atau 37%. Di kubu Koalisi Merah-Putih yang mengusung Prabowo-Hatta menguasai 353 kursi atau 63%. Komposisi tersebut, secara kalkulasi politik, jelas tidak menguntungkan bagi pemerintahan Jokowi-JK. Sebab, banyak kebijakan publik yang memerlukan persetujuan parlemen.

Kecuali itu, mekanisme penentuan pejabat publik di posisi strategis yang mendukung kinerja pemerintah, juga memerlukan persetujuan DPR. Kondisi ini dicemaskan akan menyandera pemerintah. Pada gilirannya, pemerintah bisa takluk oleh kekuatan parlemen, sehingga ada kemungkinan besar pembajakan kepentingan rakyat oleh kepentingan politik para elite di Senayan. Tantangan tersebut, tentu sudah disadari oleh Jokowi-JK sejak awal.

Usaha yang bisa dilakukan antara lain menggalang komunikasi politik secara intensif dengan koalisi non-pemerintah untuk menyamakan persepsi dan visi dalam merespons setiap kebijakan pemerintah. Komunikasi tersebut tentunya dengan syarat tidak ada transaksi politik yang bisa merugikan kepentingan rakyat.

Apabila upaya lobi politik gagal, pemerintah Jokowi-JK bisa mengandalkan koalisi rakyat yang telah dibangun sejak awal. Biarkan rakyat menilai, siapa yang berpihak pada kepentingan rakyat, apakah pemerintah atau koalisi non-pemerintah.

Pengalaman Jokowi saat menjadi gubernur DKI Jakarta telah membuktikan, meskipun minim dukungan di DPRD, Jokowi tetap mampu menggulirkan terobosan-terobosannya untuk membangun Jakarta. Kuncinya adalah akuntabilitas kepada publik. Dengan cara tersebut, publik merasa ikut memiliki program pembangunan yang dirancang pemerintah, dan pasti mendukungnya.

Dukungan yang luar biasa dari masyarakat ini tak mungkin dimentahkan oleh parlemen. Sebab, apabila sebuah kebijakan atau program yang bermanfaat diganjal, taruhannya parpol bakal kehilangan dukungan politik dari rakyat. Cara inilah yang bisa dan harus dilakukan Jokowi-JK saat menghadapi perlawanan dari koalisi non-pemerintah. Sejauh pemerintah mampu membuktikan dan meyakinkan masyarakat, bahwa kebijakan dan program pembangunan itu benar-benar bermanfaat bagi rakyat, tidak ada pilihan lain biarkan masyarakat ikut memperjuangkannya. Dalam posisi inilah, para relawan masih bisa mengambil peran.

Semua relawan harus menjadi elemen penting dalam koalisi rakyat. Para relawan tidak hanya mengawal pemerintah, yang memberi masukan dan mengingatkan jika pemerintah salah, namun juga harus berani mengawal proses pengambilan keputusan, dengan menjadi kekuatan ekstra-parlementer yang produktif. Dengan demikian, koalisi non-pemerintah menyadari bahwa mereka tidak hanya berhadapan dengan pemerintah, tetapi mereka juga berhadapan dengan koalisi rakyat.

Melalui kesadaran ini, kita berharap koalisi non-pemerintah juga akan bertransformasi menjadi elemen penyeimbang yang kritis dan konstruktif, dengan melepaskan berbagai atribut dan kepentingan politik mereka, demi Indonesia yang lebih baik.

Salam damai penuh cinta.

***
Solo, Selasa, 26 Agustus 2014
Suko Waspodo

Tantangan Berat Ekonomi di Era Jokowi

Pemerintahan mendatang, di bawah Presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi) dinilai banyak pengamat akan menghadapi tantangan ekonomi yang cukup berat. Mereka mengungkapkan bahwa selain dibayangi angka inflasi yang tinggi, pemerintah juga perlu mewaspadai dan mengantisipasi normalisasi moneter dunia, dengan dinaikkannya suku bunga di Amerika Serikat yang direncanakan akan dilakukan tahun 2015, dan tentunya akan memiliki dampak bagi perekonomian nasional.

Koordinasi dan bauran kebijakan baik di sektor fiskal, moneter dan riil perlu terus ditingkatkan sebagai manivestasi kedisipilinan serta kehati-hatian dalam pengelolaan kebijakan perekonomian nasional. Oleh karena itu dalam pemerintahan mendatang, Presiden terpilih Jokowi disarankan untuk mempertahankan kebijakan ekonomi yang disiplin dan berhati-hati. Hal ini perlu dilakukan agar perekonomian nasional akan terus tumbuh kuat, berkualitas dan semakin bertenaga dalam mewujudkan pembangunan yang sedang berjalan.

Para pengamat ekonomi mengatakan bahwa di tingkat global, saat ini ada kecenderungan pertumbuhan ekonomi sejumlah negara di Eropa berada di bawah perkiraan Bank Sentral Eropa (ECB). Bahkan, secara rata-rata pertumbuhan PDB di kawasan Eropa diperkirakan hanya mencapai 0.1 persen pada kuartal kedua, yang berati lebih rendah dari kuartal pertama sebesar 0,2 persen.

Lebih lanjut dikatakan, ekonomi Jerman berkontraksi 0.2 persen, Perancis melaporkan stagnasi pertumbuhan dengan ancaman defisit di atas 4 persen, sementara Italia kembali meneruskan tren kontraksi mengarah ke resesi yang telah dialami dalam beberapa kuartal terakhir. Adapun di Eropa Timur khususnya Polandia, Ceko, dan Rumania juga menunjukkan perlambatan.  Bahkan ekonomi Rumania dilaporkan berkontraksi 1 persen pada kuartal 2/2014.

Kondisi di atas juga diperburuk oleh situasi politik Zona Euro dengan kian memburuknya perseteruan Rusia dan Ukraina. Hal ini yang menyebabkan potensi terhentinya bantuan Internasional ke kawasan ini.

Tercatat juga, indeks kepercayaan konsumen di 18 negara yang tergabung dalam Zona Euro juga mengalami pertumbuhan negatif yang  semakin dalam. Pada bulan Agustus 2014, indeks kepercayaan konsumen terus merosot hingga minus 10 persen dari posisi Juli 2014 yang mencapai minus 8,4.

Karena itu bisa kita pahami jika Bank Sentral Eropa (ECB) pada Juli lalu mengumumkan, kawasan Zona Euro kembali dibayang-bayangi risiko deflasi yang berpotensi menjerumuskan ekonomi kawasan tersebut. Bahkan ECB telah melaporkan inflasi yang sangat rendah bulan Juli lalu di level 0.4 persen, yang merupakan inflasi terlambat sejak tahun 2009.

Inilah situasi ekonomi global yang tidak ringan yang akan dihadapi pemerintahan presiden Jokowi. Maka dia sangat perlu untuk mempersiapkan secara hati-hati kabinetnya yang menyangkut bidang ekonomi beserta kebijakannya.

Salam damai penuh cinta.

***
Solo, Senin, 25 Agustus 2014
Suko Waspodo

Jokowi dan Koalisi Rakyat

Dalam masa transisi menuju pemerintahan baru Jokowi-JK saat ini, santer pembicaraan dan bahkan diskusi di masyarakat maupun media tentang apakah kubu Jokowi-JK perlu memperbesar koalisinya dengan menerima koalisi partai dari kubu Prabowo-Hatta. Wajar apabila hal ini menjadi pembicaraan yang hangat, karena koalisi yang dibentuk dalam pemerintahan baru nanti pasti akan sangat mewarnai dinamika politik negeri ini.

Mengenai jumlah pendukung kubu Jokowi-JK di parlemen yang kalah banyak dibanding dengan kubu Koalisi Merah Putih sebenarnya tidak perlu dicemaskan oleh kubu Jokowi-JK.  Jokowi seharusnya yakin bahwa kemenangannya sebagai presiden pada pilpres kali ini adalah berkat dukungan rakyat, dia adalah benar-benar presiden yang dikehendaki rakyat. Jadi apa pun yang akan terjadi di parlemen nanti, Jokowi tidak akan ditinggalkan oleh rakyat pendukungnya sepanjang dia menjalankan pemerintahannya sesuai dengan amanat rakyat dan demi kesejahteraan rakyat.

Memperbesar koalisi dengan partai dari Koalisi Merah Putih, meskipun hanya dengan Partai Demokrat dan Partai Amanat Nasional, hanya akan mengundang risiko. Rakyat semua tahu bagaimana rekam jejak kedua partai tersebut, terlebih Partai Demokrat. Selain itu  kubu Jokowi-JK juga harus mempertimbangkan suasana kebatinan rakyat pendukungnya. Sebagian besar pemilih memilih Jokowi-JK atas pertimbangan bahwa mereka tidak didukung oleh partai-partai koalisi yang busuk yang sekarang berada di dalam Koalisi Merah Putih.

Jokowi-JK lebih baik menghindari memperbesar koalisi dengan partai dari Koalisi Merah Putih dan sebaliknya kian memperkuat Koalisi Rakyat. Terbuka terhadap masukan serta kritik dari rakyat akan semakin mempererat kecintaan rakyat kepada mereka dan ujungnya pemerintahan akan semakin kokoh. Sebesar apapun gangguan dari Koalisi Merah Putih di parlemen maupun dalam bentuk yang lain, tidak akan mampu melawan pemerintahan yang didukung oleh Koalisi Rakyat.

Selamat berjuang dalam pemerintahan untuk menyejahterakan rakyat, presiden Joko Widodo. Jangan takut, seluruh rakyat mendukungmu.

Salam damai penuh cinta.

***
Solo, Senin, 25 Agustus 2014
Suko Waspodo

Penyelesaian 7 Kasus HAM untuk Jokowi

Imparsial, lembaga swadaya masyarakat yang menyoroti kasus pelanggaran hak asasi manusia (HAM), mendukung rencana presiden terpilih Joko Widodo untuk menerbitkan peraturan pemerintah pengganti undang-undang tentang hak asasi manusia, khususnya membentuk pengadilan HAM ad hoc.

Direktur Eksekutif Imparsial, Poengky Indarti,  mengatakan bahwa pembentukan pengadilan ini sangat penting untuk mengadili para pelaku pelanggaran HAM berat. Ketika dihubungi, Sabtu, 23 Agustus 2014, menurutnya ada tujuh kasus yang sudah diselidiki Komnas HAM dan butuh perppu.

Tujuh kasus tersebut adalah, kasus seputar 1965; kasus penembakan misterius; kasus Talangsari; tragedi Trisakti-Semanggi I dan II; penculikan aktivis atau penghilangan paksa 1997-1998; dan kasus Wasior. “Yang paling matang kasus penghilangan paksa, terserah Jokowi mau yang mana untuk dilanjutkan,” kata Poengky.

Dalam tujuh kasus itu terseret beberapa jenderal yang diduga terlibat. Di antaranya mantan capres yang juga mantan Komandan Jenderal Kopassus Prabowo Subianto terkait dengan kasus penghilangan paksa dan kerusuhan Mei. Anggota koalisi partai pendukung Jokowi, mantan Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia Jenderal (Purnawirawan) Wiranto, juga diduga terlibat kasus kerusuhan Mei; serta anggota Dewan Penasihat Tim Transisi Jokowi yang juga mantan Kepala Badan Intelijen Nasional, A.M. Hendropriyono, diduga terlibat kasus Talangsari.

Imparsial menyarankan agar Jokowi langsung membentuk pengadilan HAM dan tidak perlu membentuk tim investigasi khusus. Soalnya, kewenangan penyidik tujuh kasus tersebut ada di Komisi Nasional Hak Asasi Manusia. Tujuh kasus tersebut sudah diinvestigasi Komnas HAM. Sudah ada hasilnya dan tinggal disidangkan.

Sebelumnya, Wakil Ketua Tim Transisi Joko Widodo-Jusuf Kalla, Andi Widjajanto, mengatakan akan mengundang beberapa pegiat hak asasi manusia untuk membicarakan mengenai polemik pengangkatan Hendropriyono sebagai Dewan Penasihat Tim Transisi. Seusai pelantikan presiden terpilih, kata Andi, Jokowi akan segera menerbitkan peraturan pemerintah pengganti undang-undang tentang hak asasi manusia. Tujuannya untuk membentuk pengadilan HAM ad hoc.

Kasus HAM di negeri ini akan memasuki babak baru penyelesaiannya, meskipun juga tidak mudah. Semoga presiden Jokowi mampu menuntaskannya.

Salam damai penuh cinta.

***
Solo, Senin, 25 Agustus 2014
Suko Waspodo

Kepanjangan Beberapa Nama Negara dan Kota di Dunia

Untuk sekedar menyegarkan pikiran dan sedikit menambah wawasan, ada baiknya kita mengenal kepanjangan dari nama beberapa negara dan kota berikut ini.

  • H.O.L.L.A.N.D: Hope Our Love Lasts And Never Dies
  • I.T.A.L.Y: I Trust And Love You
  • L.I.B.Y.A: Love Is Beautiful ; You Also
  • F.R.A.N.C.E: Friendships Remain And Never Can End
  • B.U.R.M.A: Between Us, Remember Me Always
  • N.E.P.A.L: Never Ever Part As Lovers
  • I.N.D.I.A: I Nearly Died In Adoration
  • K.E.N.Y.A: Keep Everything Nice, Yet Arousing
  • C.A.N.A.D.A: Cute And Naughty Action that Developed into Attraction
  • K.O.R.E.A: Keep Optimistic Regardless of Every Adversity
  • E.G.Y.P.T: Everything's Great, You Pretty Thing
  • M.A.N.I.L.A: May All Nights Inspire Love Always
  • P.E.R.U: Phorget (Forget) Everyone Remember Us
  • T.H.A.I.L.A.N.D: Totally Happy, Always In Love And Never Dull
  • J.A.K.A.R.T.A: Jambret Ada, Koruptor Ada, Rampok Tentu Ada

Demikianlah tulisan kecil ini jangan dianggap serius, hanya sekedar berbagi canda. Namun begitu, semoga bisa menjadi salah satu penambah perbendaharaan kosa kata kita. Bagi anda yang memiliki informasi tentang kepanjangan nama negara atau kota yang lain, silahkan menuliskannya pada komentar anda.

Salam canda penuh cinta.

(Dari berbagai sumber)

***
Solo, Minggu, 24 Agustus 2014
Suko Waspodo

Jokowi dan Oposisi

Pergulatan politik di negeri ini pasca pemilihan presiden (pilpres) 2014 tidak kemudian mendadak berakhir bersamaan dengan rampungnya sengketa hasil pilpres di Mahkamah Konstitusi (MK). Namun justru lembaran dinamika politik yang akan mewarnai perjalanan Indonesia lima tahun ke depan baru mulai terbuka. Hal ini terkait dengan sikap partai politik (parpol) pendukung Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dalam Koalisi Merah Putih yang memilih untuk tetap solid.

Dengan bersikap demikian, mereka akan bersama-sama menjadi kekuatan oposisi besar terhadap pemerintahan baru yang akan dibentuk Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK) dalam lima tahun mendatang beserta kekuatan parpol pendukungnya. Hal ini sangat menarik untuk dicermati.

Dalam pandangan politik, oposisi merupakan sesuatu hal yang wajar. Bahkan, dalam demokrasi dikenal istilah rechstaat (negara hukum) yang mengharuskan  adanya pembatasan kekuasaan. Salah satu caranya adalah dengan pemisahan kekuasaan negara berdasar trias politica: legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Konsep ini dimaksudkan untuk menjamin tiap kekuasaan itu tidak melampaui kewenangannya, sehingga muncul checks and balances system.

Indonesia yang menganut sistem pemerintahan presidensial, implementasi koalisi versus oposisinya tidak berlangsung secara kaku seperti di negara dengan sistem parlementer. Dalam sistem presidensial seperti di negeri ini, posisi presiden tidak kalah dengan parlemen karena diangkat langsung oleh rakyat dan tidak dapat diberhentikan oleh parlemen. Karena itulah parlemen tidak bisa bertindak seenaknya sendiri.

Meskipun demikian, bukan berarti tidak terdapat peluang bagi kekuatan politik di luar kekuatan partai pemerintah (ruling party) untuk memainkan oposisi dalam bentuk lain, yakni checks and balances atau kekuatan penyeimbang dan pengawas. Dengan melalui kekuatan yang dibangun di parlemen, kekuatan oposisi dapat memainkan perannya untuk mengawasi jalannya pemerintahan, misalnya dalam menjalankan fungsi penganggaran maupun legislasi.

Dasar pemikirannya, sebersih apa pun pemimpin yang berkuasa, kekuasaan tetap akan mengikuti hukum alamnya: power tends to corrupt, absolute power corrupts absolutely. Dengan demikian, pilihan yang diambil Koalisi Merah Putih untuk bersama-sama menjadi kekuatan oposisi merupakan pilihan ideal dan bahkan bermanfaat untuk kelangsungan negara ini.

Terlebih lagi dengan 353 kursi DPR yang digenggamnya berhadapan dengan 207 kursi dari partai pendukung Jokowi-JK, mereka mempunyai sumber daya untuk tampil sebagai kekuatan penyeimbang dan pengontrol yang strategis terhadap langkah-langkah Jokowi-JK dalam menjalankan kekuasaannya. Hal inilah yang akan membuat pemerintahan baru nanti menjadi lebih hati-hati dalam menjalankan tugasnya.

Berdasar tradisi political behaviour selama ini, kenyataannya memang tidak mudah bagi parpol untuk berada di luar pemerintahan. Momen yang terbangun dalam Pilpres 2014 ini menjadi pintu masuk yang tepat untuk membawa tradisi baru berpolitik yang lebih dewasa: berjuang di luar maupun di dalam pemerintah sama-sama ideal dan terhormat.

Menghadapi kenyataan sekarang ini, parpol seperti Partai Golkar, Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Keadilan Sejahtera (PKS) tidak perlu tergoda bergabung dalam pemerintahan. Begitu pun Partai Gerindra, Partai Amanat Nasional (PAN), maupun Partai Demokrat.

Selanjutnya, pihak Jokowi-JK tidak perlu berambisi memperbesar dukungan di parlemen dengan mengiming-imingi satu atau dua partai yang sebelumnya berada di kubu Prabowo-Hatta agar bergabung dalam ruling party lewat barter kursi di kabinet. Lebih baik mereka memperkokoh kubu mereka sendiri agar lebih berkualitas dalam menjalankan perannya di pemerintahan.

Belajar dari pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono, besarnya dukungan di parlemen ternyata tidak selaras dengan efektivitas pemerintahan. Apalagi, parpol yang tergabung dalam Koalisi Merah Putih mempunyai visi yang berbeda dalam memandang bagaimana pemerintahan Indonesia ke depan.

Sebaliknya, Jokowi-JK semestinya tertantang untuk mengoperasionalkan gagasan Koalisi Rakyat yang mereka gaungkan selama kampanye. Walaupun hanya ditopang Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai NasDem, Partai Hanura dan PKPI, mereka hendaknya tetap percaya diri selama menjalankan pemerintahan seperti yang diharapkan rakyat.

Selama tidak terpengaruh oleh kekuatan suprapolitik, baik dari dalam maupun luar negeri, Jokowi-JK tidak perlu cemas akan mendapat perlawanan oposisi di parlemen. Situasi inilah yang kita harapkan berlangsung di pemerintahan Jokowi-JK nanti.

Selamat berjuang Jokowi-JK dalam menjalankan pemerintahan baru. Selamat berjuang pula bagi Koalisi Merah Putih dalam beroposisi sehingga mampu  menjadi kekuatan penyeimbang yang efektif.

Salam damai penuh cinta.

***
Solo, Minggu, 24 Agustus 2014
Suko Waspodo

Sabtu, 23 Agustus 2014

Aksara tanpa Kata-Kata



















sebelum engkau sungguh  pergi
meninggalkan sepetak sunyi hatimu
kumohon tinggallah sejenak
meski hanya untuk sepenggal kisah
yang tak selesai kita gubah
mengalir indah dalam bait-bait pasrah

di sini musim masih senantiasa setia
menyimpan bilur-bilur cinta
yang berarak di lautan aksara
tanpa kata-kata

alangkah sulit menuliskan
perjalanan rinduku untukmu
sebiru langit cerah
yang kulukis bersama pelangi

di sini hanya tersisa liang-lang imaji
yang menggelayutiku dalam samadi
merajut mimpi helai-helai sepi
yang tiada bertepi

lalu ketika khayal rindu kian basah
aku tersentak sadar
kau telah kirimkan nyanyian hujan
dalam anganku
hingga dari sunyi ke sunyi  
aku menggigil sayu
karena hanya berpayung daun pisang
aku akan menjemputmu
di ladangku yang kerontang

kini aku hanya mampu memohon
semoga sesekali engkau sudi
menyiram kemarau panjang di hatiku
agar lukisan langit kembali biru

meski aku malu
sungguh demikian malu
jika setiap kerinduan
harus kuhaturkan
tanpa pertimbangan
tapi biarlah detak waktu
yang memberikan jawaban

maka pada angin saja
akan kukabarkan gundah sukma
melumuri malam-malam panjang
tanpa purnama

di sini aku masih menggigil sendirian
mengeja nubuat luka
yang kau cipta tanpa air mata
haruskah setiap rindu
selalu menyesakkan dada

hingga saat nanti
penggal-penggal keresahan
masih menyisakan berjuta pertanyaan
aku tetap memandangmu
meski dari jauh dan tak tersentuh
sampai kau benar-benar pergi
meninggalkanku

percayalah 
aku tetap setia menikmati gelisah kalbu
karena engkaulah indah kerinduanku

***
Solo, Sabtu, 23 Agustus 2014. 1:26 pm
‘salam hangat penuh cinta’
Suko Waspodo

Beberapa Tantangan Utama Pemerintahan Jokowi

Indonesia memasuki masa transisi pemerintahan baru. Pasangan Presiden dan Wakil Presiden terpilih, Joko Widodo dan Jusuf Kalla, sedang mempersiapkan segala hal terkait pemerintahannya nanti. Akhir-akhir ini yang santer menjadi pembicaraan di media maupun masyarakat adalah siapa saja yang akan duduk di kabinet membantu mereka. Dalam tulisan ini kita tidak akan membahas tentang hal tersebut lagi melainkan ingin mencoba sekedar mengingatkan mengenai beberapa tantangan utama yang akan dihadapi pemerintahan Jokowi.

Inilah beberapa tantangan utama tersebut:

Pertama, reformasi birokrasi pemerintahan yang belum menimbulkan dampak positif terhadap pembangunan, karena reformasi birokrasi yang berhasil akan berakibat pada meningkatnya angka pertumbuhan ekonomi. Selain itu logikanya,  reformasi birokrasi yang berjalan seharusnya menimbulkan efisiensi, transparansi dan pencapaian tujuan secara jelas berdasarkan tupoksinya. Kenyataan sampai saat ini, reformasi birokrasi belum mampu mengikis praktek KKN dan like and dislike, karena banyak posisi penting di birokrasi pemerintahan tidak dilakukan fit and proper test.

Kedua, segera merevisi ulang RAPBN 2015 yang disiapkan oleh pemerintahan sebelumnya. Hal itu kita anggap penting karena dinilai akan menyisakan 'bom waktu' bagi pemerintahan Jokowi-JK. Yang perlu direvisi salah satunya adalah  anggaran kunjungan luar negeri para pejabat eksekutif dan legislatif yang mencapai Rp 32 triliun jelas merupakan pemborosan. Output dan outcome bagi masyarakat tidak ada, kecuali menambah 'pengalaman pesiar' bagi mereka yang ditugaskan saja.

Ketiga, kepemimpinan Jokowi diharapkan melahirkan kebijakan yang mampu menekan pendapatan negara baik pajak maupun bukan pajak dalam APBN dan APBD dengan tidak membebani rakyat miskin. Hal ini bisa dilakukan misalnya dengan  konsolidasi pembebasan lahan pertanian milik rakyat, konsolidasi tata ruang dan wilayah termasuk di dalamnya tata guna lahan.

Keempat, kesenjangan kemakmuran yang semakin melebar dari rasio 0,37 pada tahun 2009 menjadi 0,41 pada tahun 2013. Menurunkan kesenjangan kesempatan jauh lebih penting daripada menurunkan kesenjangan pengeluaran. Kesenjangan kesempatan tersebut adalah kesenjangan dalam mengakses pendidikan, kesehatan dan lapangan kerja. Penciptaan pekerjaan di sektor formal bagi angkatan kerja berusia muda sudah menjadi kebutuhan yang mendesak. Indonesia yang tengah memasuki fase bonus demografi dan tenaga kerja muda dan produktif seperti saat ini hanya akan bermanfaat bagi pertumbuhan ekonomi apabila mereka bekerja di sektor formal yang memberikan kepastian dan stabilitas sosial.

Kelima, belenggu impor pangan yang ditandai dengan nilai impor produk pertanian melonjak 346% atau 4 kali lipat selama periode 2003-2013. Hal ini terjadi karena lahan usaha tani menyusut sebanyak 5 juta hektar menjadi 26 juta hektar. Dalam periode 2003-2013, Indonesia kehilangan 5,07 juta rumah tangga usaha petani. Kondisi ini diperparah dengan teknologi pertanian yang diterapkan di Indonesia tidak banyak berkembang.

Keenam, persaingan ekonomi global yang semakin keras dan diakui atau tidak Indonesia masih mempunyai kerentanan ekonomi serta isu-isu yang menjadi penghambat investasi, sehingga investasi global masih terhambat oleh ekonomi biaya tinggi, akibat belum tuntasnya reformasi birokrasi di sektor ini. Hal-hal lain yang menyesakkan untuk segera diatasi juga adalah: buruknya infrastruktur, perizinan, isu perpajakan dan perburuhan. Investasi yang masuk selama ini berhenti di portofolio sehingga tidak berdampak ke sektor riil dan penciptaan lapangan kerja.

Langkah Jokowi untuk memimpin negara ini sampai tahun 2019 tidaklah ringan karena banyak tantangan berat siap menghadangnya di depan mata. Oleh sebab itu kita wajib mendukung dan membantu pemerintahan Jokowi-JK jika kita ingin bangsa dan negara ini menjadi semakin mandiri dan hebat.

Salam damai penuh cinta.

***
Solo, Sabtu, 23 Agustus 2014
Suko Waspodo

Jumat, 22 Agustus 2014

SBY ‘Ngrecoki’ Jokowi

SBY ngrecoki Jokowi, inilah pesan yang lagi santer beredar di media sosial yang ditujukan ke SBY pasca putusan MK yang menolak gugatan pilpres kubu Prabowo-Hatta  yang berarti Jokowi-JK pasti menjadi Presiden dan Wakil Presiden RI ketujuh. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengaku menerima sejumlah pesan yang bernada negatif tentang dirinya. Pesan itu berbunyi SBY dan Partai Demokrat dilarang merecoki pemerintahan Jokowi .

"Hari ini saya menerima sejumlah pesan yang bernada negatif. Saya tahu hal ini juga beredar di sejumlah kalangan. Pesan negatif itu berbunyi 'SBY dan Partai Demokrat jangan ngrecoki Jokowi'. Artinya, SBY jangan mengganggu atau mengatur-atur Jokowi ," tulisnya dalam akun Twitter resminya, @SBYudhoyono, Kamis, 21 Agustus 2014  malam.

SBY mengaku tidak paham mengapa dirinya disebut ngrecoki presiden terpilih Jokowi . Kalau pun sebabnya soal rencana pertemuan dengan Jokowi , SBY tidak bermaksud untuk merecoki, melainkan niat tulus membantu.

SBY juga sempat menegaskan alasannya membantu Jokowi terkait pemerintahan yang baru. Dia merasa bertanggung jawab secara moral membantu Presiden terpilih untuk menjalankan pemerintahan baru yang akan datang.

"Sewaktu saya menyampaikan Pidato Kenegaraan, 15 Agustus 2014, saya katakan secara moral saya wajib membantu Presiden Baru. Saya dengan senang hati membantu jika memang dikehendaki. Jadi terserah kepada Presiden baru. Tidak ada pikiran buruk dari saya," tegas SBY lebih lanjut.

Menurut Susilo Bambang Yudoyono, maksud  pertemuannya dengan Jokowi itu agar Jokowi dapat lebih siap menjalankan pemerintahan yang baru. Namun, katanya  ada pihak-pihak yang tidak menghendaki hal itu terjadi.

"Ketika saya ingin ikut menyukseskan transisi antara saya dengan Presiden terpilih itu juga niat baik saya agar ketika dilantik jauh lebih siap. Namun, ternyata ada yang tidak menghendaki hal-hal baik itu terjadi. Tentu saya harus menghormati. Naluri politik saya jadi bekerja," pungkasnya.

Mencermati niat baik SBY ini memang sebaiknya kita jangan keburu berburuk sangka. Kita seharusnya menyadari bahwa kelangsungan negara ini tidak bisa hanya didasarkan kepada satu pemikiran Jokowi saja atau para politisi partai pendukungnya. Untuk menata negara yang sangat kompleks ini membutuhkan masukan dari para politisi atau negarawan negeri ini yang sudah berpengalaman.

Joko Widodo yang bisa dikatakan orang yang masih baru dalam kancah politik negeri ini pasti sangat membutuhkan masukan-masukan dari siapa pun. Jokowi terbiasa menerima atau mencari masukan dari rakyat kecil dalam kebiasaan blusukan-nya, maka pasti tidak ada masalah apabila dia juga mendengarkan masukan dari SBY. Kita tidak perlu kuatir dan bahkan harus yakin bahwa Jokowi pasti akan selalu menyaring masukan yang ada baik dari rakyat atau bahkan dari SBY sekalipun. Yang mesti kita lakukan adalah terus mengawal Jokowi dengan sikap kritis terhadap langkah-langkah yang akan diambil.

Mari kita beri kepercayaan kepada Jokowi-JK dalam menata negara ini. Bersikap kritis terhadapnya tentu merupakan kewajiban kita namun kita tidak perlu terlalu cemas dan selalu mencurigai siapa pun yang ingin memberi masukan terhadap pemerintahannya.

Salam damai penuh cinta.

***
Solo, Jumat, 22 Agustus 2014
Suko Waspodo

Aku Ingin

















aku ingin engkau di pangkuanku
berdua kita nikmati indahnya malam
menatap rembulan berkawan bintang
berbisik mengeja asa kita terbayang

aku ingin mengusap senyummu
dengan tatapan hangat penuh kasih
meyakinkanmu akan kesungguhanku
sematkan putih cinta di relung hatimu

aku ingin alirkan hangat sayangku
lewat kecupan lembut di keningmu
agar engkau resapi ketulusan cintaku
selalu padu dengan wangi asmaramu

aku ingin mencium bibirmu mesra
dan engkau sambut dengan dekapan
kurasakan gairahmu sambut hasratku
getaran kehendak serasa memuncak

aku ingin membawamu terbang
menuju langit ketujuh tuntas rindu
tersentak ini hanya lamunan belaka
kangenku padamu kian mencekam

aku terlempar pada pedih kenyataan
keinginan hanya tinggal khayal semu
bagaikan pungguk merindukan bulan
merengkuhmu ternyata hanya impian

***
Solo, Rabu, 20 Agustus 2014. 8:19 pm
‘salam hangat penuh cinta’
Suko Waspodo

Selasa, 19 Agustus 2014

Cinta Kita Tak Pernah Kering



















musim demi musim telah berganti
selalu asa kita mengalir di lubuk hati
sentuhan sesejuk rinai di musim hujan
semaikan benih cinta kian berkesan

kemarau tak jadikan kita gersang
karena kesungguhan kita menjelang
penghujan tak jadikan kita kedinginan
karena pelukan selalu menghangatkan

berbagi kita menjaga kesucian hati
tak ingin padu kita sekedar mimpi
ketulusan cinta semakin nyata ada
menghapus sepi mengurai makna

saat malam sepi tanpa rembulan
kita berdekap dengan mesra belaian
lenguh lirih kita menahan gejolak
saling bisik ungkap rindu kehendak

kita laksana kumbang dan kembang
berpagut dalam gairah kian meregang
kita basahi jiwa ini dengan kasih tulus
hadirkan ingin yang semakin kudus

biarkan malam berubah siang
asmara kita tak pernah lekang
tak takut halangan bersanding
cinta kita tak pernah kering

***
Solo_Kudus, Selasa, 19 Agustus 2014. 4:17 pm
‘salam hangat penuh cinta’
Suko Waspodo & Dinda Pertiwi

Parau Tatkala Kemarau













bumi semakin kerontang
tanah merekah rindukan hujan
hanya ada ngenas kering ilalang
ditimpa terik surya kepanasan

tiada lagi teduh hijau rimba
kita serakah menjarahnya keji
abai akan keseimbangan semesta
yang seharusnya kita lindungi

bening tirta kian sulit kita dapat
terkuras kejam kita mengerikan
mata air telah garing sepi tercekat
tersisa air mata penuh kepiluan

unggas hanya mampu merintih
rasakan persada yang kian merana
menapaki hidupnya dengan tertatih
tertindas perilaku ganas kejam kita

alam kian ternista sengsara
rimbun rimba meranggas sirna
warih nan segar impian belaka
unggas semakin lara nestapa
kini tinggal penyesalan kita
di tengah siksa neraka dunia

jeritan kita semakin parau
tatkala telah rusak kemarau

***
Solo, Selasa, 19 Agustus 2014. 1:14 pm
‘salam hijau penuh cinta’
Suko Waspodo

Lomba Panjat Pinang: Pelecehan yang Dilestarikan

Peringatan HUT Kemerdekaan RI ke-69 telah berlalu dan biasanya selalu ada kenangan terkait dengan lomba-lamba dalam rangka peringatan penting tersebut. Setiap tahun, biasanya sekitar selama seminggu sebelum tanggal 17 Agustus, selalu ada lomba-lomba yang diselenggarakan baik oleh sekolah, instansi atau masyarakat di setiap kampung. Salah satu lomba yang paling populer dan seolah dilestarikan adalah lomba Panjat Pinang.

Bentuk dan Tata Cara Lomba 

Sebuah pohon pinang yang cukup tinggi dan batangnya dilumuri oleh pelumas disiapkan lebih dahulu oleh panitia perlombaan. Di bagian atas atau puncak  batang pohon tersebut disediakan berbagai macam hadiah menarik. Para peserta berlomba untuk mendapatkan hadiah-hadiah yang ada dengan cara memanjat batang pohon tersebut.

Karena batang pohon tersebut licin (harus telah diberi pelumas), para pemanjat batang pohon sering kali jatuh. Taktik, strategi dan kerja sama para peserta dalam satu kelompok untuk memanjat batang pohon inilah yang biasanya menjadi kunci keberhasilan mengatasi licinnya batang pohon, dan sekaligus menjadi atraksi yang sangat  menarik bagi para penonton. Hadiah yang berhasil diperoleh kemudian dibagikan kepada para peserta masing-masing dalam kelompoknya.

Asal Mulanya

Lomba Panjat Pinang berasal dari jaman penjajahan Belanda. Lomba ini diadakan oleh orang-orang Belanda apabila sedang mengadakan acara besar seperti hajatan, pernikahan, dan lain-lain. Para peserta lomba ini adalah orang-orang pribumi. Pada waktu itu hadiah yang diperebutkan biasanya bahan makanan seperti keju, gula, susu, teh atau kopi. Selain itu juga terkadang berupa pakaian seperti kemeja atau celana, maklum karena dikalangan pribumi barang-barang seperti ini termasuk mewah.

Sementara orang-orang  pribumi bersusah payah untuk memperebutkan hadiah, orang-orang Belanda menonton sambil tertawa-tawa. Tata cara permainan ini belum berubah sejak dahulu hingga sekarang. Bisa dibayangkan kondisi pada masa penjajahan, sementara rakyat pribumi Indonesia bersusah payah dengan berlumuran keringat, para penjajah Belanda dan keluarganya tertawa terbahak bahak melihat penderitaan bangsa Indonesia. Kemungkin juga saat ini, setiap kali  perayaan 17 Agustus, orang-orang Belanda masih tertawa terbahak bahak, menyaksikan bahwa acara yang pernah mereka buat dengan tujuan melecehkan Bangsa Indonesia, ternyata justru dilestarikan.

Kontroversi 

Hingga sekarang bentuk lomba ini masih dipertahankan keberadaannya. Banyak pihak yang tidak mempermasalahkan sejarah permainan ini, namun tidak sedikit juga yang mempersoalkannya. Jika sejarah lomba panjat pinang merupakan peristiwa yang begitu menyakitkan mengapa harus dilestarikan. Ada beberapa kontroversi seputar Panjat Pinang.

Sementara sebagian besar orang Indonesia percaya itu adalah tantangan pendidikan yang mengajarkan orang untuk bekerja sama dan bekerja keras dalam mencapai tujuan mereka, pihak yang lain mengatakan panjat pinang adalah peristiwa yang  merendahkan  dan bahkan melecehkan. Selain itu ada juga isu lingkungan, yakni mengurangi sejumlah besar batang-pohon pinang untuk suatu perayaan hedonistik.

Memang terjadi pro serta kontra mengenai perlombaan yang satu ini. Satu pihak berpendapat bahwa sebaiknya perlombaan ini dihentikan karena dianggap mencederai nilai-nilai kemanusiaan. Sementara pihak lain menganggap ada nilai luhur dalam perlombaan ini seperti: kerja keras, pantang menyerah, kerjasama kelompok atau  gotong royong. Bagaimana menurut pendapat anda?

Salam damai penuh cinta.

***
Solo, Senin, 18 Agustus 2014
Suko Waspodo

Kala Cinta Rekatkan Kita















awalnya aku tak ingin menyapamu
namun bayang dirimu menggodaku
mengajakku untuk menyentuhmu
lalu semburat senyum datang darimu

entah mengapa aku tersipu
seluruh pesonamu membuaiku
tatkala pandangan kita beradu
kemudian aku tersihir oleh auramu

tatap matamu getarkan rasaku
inikah suatu pertanda inginku
karena kamu memanah hatiku
dengan pesona asmaramu

aku suka kamu apa adanya
ungkap isi hatimu sejujurnya
kugenggam lembut senyum mesra
hangatkan hatiku yang beku lama

tak kupungkiri ada desir berbeda
kala pertama kita jumpa maya
tutur katamu yang bersahaja
pertanda kamu pribadi sederhana

mungkinkah kita kan bersama
menjalin kerinduan padukan asa
merajut benang-benang tulus kita
berharap saatnya tiba rekatkan cinta

***
Solo_Semarang, Senin, 18 Agustus 2014. 11:12 am
‘salam hangat penuh cinta’
Suko Waspodo & Wahyu Saptorini Berbudi

Dialog Rindu Engkau dan Aku



















sedang apakah engkau kekasihku
aku disini menahan kesepian hatiku
sedang menanti  sapa lembutmu cintaku
pun menunggu lama untuk bisa bertemu

sapamu membuat aku bahagia
canda mesramu hapuskan gulana
tak lagi sepi hari-hariku
hadirmu temani sendiriku

serasa ingin menggenggam jemari lentikmu
tuk alirkan hangat asmara nan syahdu
kupandang potretmu semakin ingin berpadu
sayu tatapanmu serasa merasuki jiwaku

ijinkan aku memeluk sepi hatimu
sambil kudendangkan tembang rindu
tak mampu kutahan gejolak hati merona
berdendang berdua tuntaskan kangen sua

andai  aku bisa sematkan indah kembang
agar hatimu tak lagi ragu bimbang
duhai kekasih sembuhkan lukaku yang perih
memadu kasih selamanya tak lagi sedih

kapankah kita kan nyata jumpa
tuk padukan gejolak rasa cinta
sabarlah sayang hingga waktunya datang
bila tiada halang pastilah aku terbang

hasrat mencumbumu sepenuh ratri
meski hanya berdekap dalam mimpi
lembut belaimu kurasa dalam hati
tak ingin kuingkari semua indah naluri

***
Solo_Kudus, Minggu, 17 Agustus 2014. 9:31 pm
‘salam hangat penuh cinta’
Suko Waspodo & Dinda Pertiwi

7 Macam Sikap Ilmiah

Penulis karangan ilmiah sepatutnya memiliki sikap-sikap ilmiah agar karyanya dapat dipertanggungjawabkan, baik kepada masyarakat maupun kepada diri sendiri. Untuk itu penulis karangan ilmiah seharusnya memahami dan merealisasikan sikap-sikap ilmiahnya sehingga dia dan karyanya menjadi semakin berkualitas.

Orang yang berjiwa ilmiah adalah orang yang memiliki tujuh macam sikap ilmiah. Ketujuh macam sikap ilmiah tersebut adalah sikap ingin tahu, kritis, terbuka, objektif, rela menghargai karya orang lain, berani mempertahankan kebenaran dan menjangkau ke depan.

Pengejawantahan ketujuh sikap tersebut adalah sebagai berikut.

  1. Sikap ingin tahu diwujudkan dengan selalu bertanya-tanya tentang berbagai hal. Mengapa demikian? Apa saja unsur-unsurnya? Bagaimana kalau diganti dengan komponen yang lain? Dan seterusnya. 
  2. Sikap kritis direalisasikan dengan mencari informasi sebanyak-banyaknya, baik dengan jalan bertanya kepada siapa saja yang diperkirakan mengetahui masalah maupun dengan membaca sebelum menentukan pendapat untuk ditulis.
  3. Sikap terbuka dinyatakan dengan selalu bersedia mendengarkan keterangan dan argumentasi orang lain.
  4. Sikap objektif diperlihatkan dengan cara menyatakan apa adanya, tanpa dibarengi perasaan pribadi.
  5. Sikap rela menghargai karya orang lain diwujudkan dengan mengutip dan menyatakan terima kasih atas karangan orang lain, dan menganggapnya sebagai karya yang orisinal milik pengarangnya.
  6. Sikap berani mempertahankan kebenaran diwujudkan dengan membela fakta atas hasil penelitiannya.
  7. Sikap menjangkau ke depan dibuktikan dengan sikap futuristic, yaitu berpandangan jauh, mampu membuat hipotesis dan membuktikannya dan bahkan mampu menyusun suatu teori baru.
Demikianlah sikap-sikap yang perlu dipahami dan diwujudkan apabila kita ingin menjadi penulis karangan ilmiah.  Semoga tulisan kecil dan sederhana ini bermanfaat bagi kita.

Salam damai penuh cinta.

***
Solo, Sabtu, 16 Agustus 2014
Suko Waspodo

OSPEK bukan Arena Balas Dendam dan Pelecehan

Beberapa hari ini hingga akhir bulan Agustus nanti di hampir setiap perguruan tinggi pasti berlangsung program rutin OSPEK (Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus) bagi mahasiswa baru. Program ini sering menjadi arena balas dendam oleh mahasiswa-mahasiswi lama dan pelecehan terhadap mahasiswa-mahasiswi baru.

Di beberapa perguruan tinggi, OSPEK sering dilaksanakan dengan cara sadis, kekerasan fisik yang cenderung kejam melecehkan dan sering memakan korban. Seperti yang pernah terjadi pada tahun lalu dan sebelumnya, korban luka parah atau bahkan sampai meninggal dunia.

OSPEK menjadi arena balas dendam oleh mahasiswa-mahasiswi lama. Balas dendam dalam hal ini adalah balas dendam yang aneh. Balas dendam mahasiswa=mahasiswi lama justru mengarah ke mahasiswa-mahasiswi baru. Dendam terhadap kekerasan serta pelecehan yang pernah diterima oleh mahasiswa-mahasiswi  lama dari para mahasiswa-mahasiswi senior sebelumnya kemudian dilampiaskan kepada mahasiswa-mahasiswi baru, dan biasanya lebih kejam. Hal seperti itu berlangsung turun temurun dan menjadi tradisi di beberapa perguruan tinggi. Tentu saja hal ini tidak bisa dibenarkan. Perguruan tinggi bukan tempat untuk berlatih kekerasan dan pelecehan.

Seharusnya OSPEK menjadi media pembelajaran bagi mahasiswa-mahasiswi baru dan bukan arena balas dendam, apalagi pelecehan. Masa OSPEK yang biasanya berlangsung selama tiga hari seharusnya menjadi media bagi mahasiswa-mahasiswi  baru untuk mengenal dunia perguruan tinggi. Mendalami bagaimana sistem perkuliahan di perguruan tinggi yang bersangkutan serta memahami hak serta kewajiban mereka sebagai mahasiswa-mahasiswi. Melatih kedisiplinan secara ilmiah dan manusiawi tanpa kekerasan. Apabila dimungkinkan program ini bisa ditutup dengan acara outbound dan malam keakraban.

Tulisan kecil ini hanya sekedar untuk mengingatkan agar OSPEK yang sejatinya proram yang bermutu tidak menjadi arena yang justru merendahkan mahasiswa-mahasiswi baru serta citra perguruan tinggi sebagai lembaga ilmiah pencetak intelektual muda. OSPEK tidak harus menjadi program yang menakutkan. Jangan sampai terjadi lagi korban dalam acara OSPEK seperti tahun-tahun sebelumnya.

Selamat melaksanakan OSPEK secara ilmiah dan berkualitas. Selamat menyiapkan diri menjadi calon-calon intelektual muda yang tahan uji namun tetap manusiawi.

Salam damai penuh cinta.

***
Solo, Kamis, 14 Agustus 2014
Suko Waspodo