Welcome...Selamat Datang...

Minggu, 15 Juli 2018

Media Cetak vs Media Digital


Tumbangnya majalah Rolling Stone Indonesia menambah penghuni makam media cetak. Sebelumnya sudah wafat beberapa media cetak yang pada masanya pernah meramaikan dan bahkan sangat populer di jagad media cetak Indonesia seperti, tabloid Soccer dan harian Bola kelompok Kompas Gramedia, surat kabar Sinar Harapan, surat kabar berbahasa Inggris Jakarta Globe, surat kabar Ekonomi Indonesia Finance Today, majalah teknologi Chip, Tech Life, majalah T3, What Hi Fi, Reader's DigestIndonesia, Bloomberg Business Week, Kawanku, majalah musik Trax, Fortune, tabloid Gaul, Car & Tunning Guide dan juga majalah remaja yang sangat melegenda  Hai.

Inilah dampak dari kemajuan teknologi informasi  sehingga media berita digital lebih dipilih dan berkembang sangat pesat. Berita serta informasi pengetahuan terbaru maupun tulisan ilmiah bisa dengan mudah kita nikmati dan manfaatkan secara cepat. Perubahan situasi dan informasi yang berlangsung dengan cepat bisa kita ketahui dan pahami dengan media yang kita genggam kapan pun dan dimana pun kita berada.

Memang pada tahap awal penggunaan media digital belum sepraktis seperti saat ini. Memperoleh informasi atau buku digital masih harus melalui internet dengan PC desktop atau laptop sehingga masih terkesan ribet dan media cetak masih dianggap lebih praktis dan bisa ditenteng serta dinikmati dimana pun. Namun semenjak smartphone ditemukan dan semakin canggih maka lambat laun media digital menjadi pilihan yang semakin dibutuhkan.

Tidak sedikit orang yang mencemaskan perkembangan media digital, secara khusus media sosial, yang memproduksi orang-orang yang asal menyampaikan informasi secara vulgar, seronok, plagiat  dan hoax. Memang setiap perubahan pasti memunculkan dampak negatifnya namun lebih banyak yang melihat dan memanfaatkan sisi positifnya.

Media cetak senyatanya memang  lebih mudah dikendalikan. Tidak bisa sembarangan mencetak informasi, misalnya seperti kondisi media berita cetak di era Orde Baru yang begitu mudah disensor dan dibreidel. Di era sekarang pun media cetak tidak akan mungkin bisa menyampaikan berita atau informasi  terbaru pada saat peristiwa berlangsung. Sementara media informasi digital sekarang sudah setiap saat terbarui dan dalam genggaman.

Di sisi lain yang mungkin jarang diamati adalah dampak terhadap lingkungan hidup. Berapa jumlah batang pohon yang harus ditebang untuk bahan kertas media cetak surat kabar, tabloid atau majalah setiap kali terbit? Belum lagi saat kita mempertimbangkan masalah limbah media cetak bekas. Oleh sebab itu maka media informasi yang paperless menjadi pilihan paling tepat untuk hemat pohon yang pada akhirnya menjaga keseimbangan ekosistem serta kelestarian lingkungan hidup.

Jadi, perkembangan media digital memang keniscayaan yang tidak bisa kita hindari. Bertumbangannya media cetak harus kita terima dan kita pahami sebagai sebuah risiko namun di sisi lain kemajuan media digital juga harus kita syukuri sebagai  berkah kemajuan ilmu pengetahuan dan peradaban. Mari kita manfaatkan secara bijak.

Salam hangat penuh cinta.

***
Solo, Senin, 8 Januari 2018
Suko Waspodo 
ilustrasi: humanrights doc.

0 comments:

Posting Komentar