Gubernur DKI Joko Widodo akhirnya resmi
menjadi capres PDIP. Joko Widodo atau lebih beken dengan nama panggilan Jokowi
bukanlah ketua umum parpol atau pengusaha kaya, tetapi anak ajaib yang didukung
masyarakat karena citra merakyat. Seperti apa jejak perjalanan elektabilitas
Jokowi dari masa ke masa? Mari kita amati dengan mencermati paparan berikut
ini.
Tidak begitu lama setelah dilantik
jadi DKI-1 pada 15 Oktober 2012 silam, nama Jokowi terus menghiasi berbagai
survei capres. Bahkan nama Jokowi langsung muncul sebagai capres yang patut
diperhitungkan. Padahal saat itu belum ada yang mencapreskan dia namun sudah
membuat panas-dingin mereka yang sudah nyata-nyata mencapreskan diri.
Survei pertama yang mencantumkan
nama Jokowi sebagai capres muncul di awal tahun 2013. Lembaga survei Pusat Data
Bersatu (PDB) pimpinan Didik J Rachbini yang merilis survei tersebut pada 6
Februari 2013. Hasil survei PDB saat itu menunjukkan Jokowi unggul di urutan
pertama dengan 21,2% mengalahkan Prabowo (18,4%) dan Megawati (13,0%).
Selanjutnya survei kedua dirilis
oleh Lembaga Survei Jakarta (LSJ) pada 19 Februari 2013. Survei yang
berlangsung di 33 provinsi dengan 1.225 sampel itu memiliki margin error 2,8%.
Hasilnya, Jokowi unggul lagi dengan 18,1 persen di urutan pertama, disusul
Prabowo Subianto 10,9 persen dan Wiranto dengan 9,8 persen.
Survei ketiga di tahun 2013
dirilis pada 17 Mei 2013 oleh Median Survei Nasional (Median). Hasilnya,
kembali nama Gubernur DKI Joko Widodo duduk di nomor urut 1 dengan 92%, disusul
Jusuf Kalla (91,8%) dan Megawati Soekarnoputri (91,3%).
Nama Jokowi lagi-lagi bersinar
dalam survei keempat di tahun 2013 yang dirilis oleh Pol-Tracking Institute
pada 5 Mei 2013. Dalam survei ini 14 nama tokoh diuji melalui focus group
discussion dengan melibatkan para ahli dari akademisi, pakar daerah, politisi,
LSM, tokoh media, pengamat politik termasuk tokoh masyarakat. Dari 14 nama yang
disurvei, Jokowi menang telak dengan skor 82,54 persen, disusul Tri Rismaharani
76,33 persen dan Fadel Muhammad 70,38 persen.
Survei kelima digelar LIPI dan
dirilis 27 Juni 2013. Dari hasil survei ini menunjukkan Jokowi makin jauh
meninggalkan Prabowo dengan 22,6%, disusul Prabowo Subianto dengan raihan 14,2%
dan Aburizal Bakrie 9,4%.
Indonesia Research Centre (IRC)
menjadi surveyor keenam di tahun 2013 yang memenangkan pria 52 tahun itu.
Survei itu dirilis pada 28 Juni 2013. Survei ini menempatkan Jokowi di nomor
urut 1 dengan 24,8%, disusul Prabowo Subianto 14,8% dan Aburizal Bakrie 7,95 %.
IRC mengulang surveinya pada 16
Juli 2013. Survei ketujuh di tahun 2013 ini dilakukan dilakukan terhadap
pemilik telepon di 11 kota besar di Indonesia pada 8-11 Juli 2013. Hasilnya
publik memilih Jokowi sebagai presiden dengan 32%. Setelah itu Prabowo (8,2%)
dan Wiranto (6,8 persen).
Survei kedelapan di tahun 2013 digelar
oleh PDB Rabu, 17 Juli 2013. Ini merupakan survei kedua yang digelar PDB di
tahun 2013 dengan metode yang sama. Hasilnya, Joko Widodo makin tak tertandingi
dengan 25,97%, meninggalkan Prabowo Subianto (19,83%) dan Megawati
Soekarnoputri (13,08%).
Memasuki tahun 2014 elektabilitas
Jokowi semakin tak terkalahkan. Survei capres terakhir yang digelar oleh Indo
Barometer semakin mengukuhkan posisi Jokowi sebagai capres terkuat saat ini.
"Simulasi 13 nama capres,
Joko Widodo yang paling tinggi dipilih 34,8%, disusul Prabowo Subianto (17,4%),
dan Aburizal Bakrie (12,5%). Sedangkan Megawati dan Wiranto dipilih
masing-masing sebesar (6,8%). Calon lain kurang dari 2 persen," kata
Direktur Eksekutif Indo Barometer, M Qodari, dalam paparan survei di Kantor
Indo Barometer di Jl Tebet Barat Dalam, Jakarta Selatan, Rabu, 12 Maret 2014.
Tren elektabilitas Jokowi memang
semakin bagus, namun dengan raihan di bawah 50% Jokowi belum mampu memenangkan
Pilpres satu putaran. Akankah 'anak ajaib' dari Solo ini meraih kursi RI-1?
Rakyat yang menentukan. Merdeka!
Salam damai penuh cinta.
***
Solo, Senin, 17 Maret 2014
Suko Waspodo
Sumber Gambar: politik.kompasiana.com