Welcome...Selamat Datang...

Padi organik petani hasil pendampingan kami

Padi Rojolele organik

Lokomotif tua di kota kecil Cepu, Blora

Lokomotif tua yang sekarang kadang-kadang digunakan untuk kereta wisata di lingkunagn perhutani Cepu-Blora.

SATE BUNTEL KHAS SOLO

Lezat dan bikin kita ketagihan.

Jajanan khas Jawa

Jajanan khas Jawa ini sekarang sering disajikan dalam acara formal maupun informal. Lengkap, rasanya bervariasi dan sehat.

Para peserta LDK di Tawangmangu

Latihan Dasar Kepemimpinan diikuti oleh sekitar 30 mahasiswa Surakarta di Tawangmangu pada tahun 2011.

Di Tanah Lot Bali

Refreshing di Bali pada tahun 2010, bersama teman-teman dosen.

Kamis, 13 September 2018

Burung Gagak yang Cerdik


Pada suatu musim kemarau, tidak turun hujan di seluruh daerah. Sungai-sungai dan sumber air mengering, membuat  burung-burung dan binatang lain kehausan.

Seekor burung gagak terbang kesana kemari mencari air tetapi sia-sia belaka. Akhirnya dia memutuskan untuk terbang ke kota. Kemudian burung gagak itu mengintai di dalam sebuah rumah di atas meja ada sebuah buyung berisi air

Beruntunglah dia, maka burung gagak itu langsung terbang menuju buyung itu. Namun sayang, hanya ada sedikit air di dalam buyung itu, dan paruhnya tidak dapat mencapainya meskipun dia telah berusaha keras.

Burung gagak itu lalu memandang ke sekeliling untuk mencari jalan keluar masalah yang dia alami. Beberapa batu kecil yang berserakan di tanah dekat tempat itu memberinya gagasan. Lalu dia terbang memungut batu-batu kecil itu dan memasukkannya ke dalam buyung itu.

Semakin lama batu-batu kecil itu menaikkan permukaan air di dalam buyung itu. Tatkala sudah mencapai mulut buyung maka burung gagak itu dapat memuaskan dahaganya.

Keperluan adalah induk penemuan.

***
Diceritakan kembali dari buku "50 Aesop Fables"

Solo, Kamis, 13 September 2018
'salam hangat penuh cinta'
Suko Waspodo
kompasiana
antologi puisi suko
ilustrasi: pinsdaddy 

Cubitlah Aku dengan Kasihmu


semakin kurasakan hangat tulus cintamu ... setiap kali kita nyata padu bertemu ... walaupun tak selalu bersama di perjalanan waktu ... engkau sungguh berarti bagi hidupku ... makna cinta sejati hanya ada di dirimu ... meski sering aku mengecewakanmu ... namun selalu ada maafmu untukku ... cemburu kadang datang menggoda  ... menguji kesungguhan cinta kita ... lalu engkau pun terbawa kecewa ... oleh celoteh canda yang aku bawa ... perjalanan waktu membuat aku kian mengerti ... betapa seringkali aku membuat hatimu tersakiti ... memaksamu untuk memahami semua yang kuingini ... walau kutahu tak mudah namun engkau tak membenci ... ijinkan lewat untai kata ini kuungkap niatku ... tuk tak akan lagi membuatmu gundah selalu ... jangan biarkan aku mengabaikanmu ... cubitlah aku dengan kasihmu ... tatkala aku dikuasi oleh keakuanku

***
Solo, Selasa, 11 September 2018. 5:56 pm
'salam hangat penuh cinta'
Suko Waspodo
antologi puisi suko
kompasiana
pepnews
ilustr: fizdi.com 

Syair Rindu di Lembaran Waktu















kucoba menyentuhmu dengan segenap rasa
mengalirkan kehangatan cinta sepenuh asa
kutuliskan syair rindu di lembaran  waktu
betapa hasratku seutuhnya memilikimu

khayalku hadirkan engkau di pelukanku
membelai asmara dalam gejolak naluriku
saling bermanja kita terbuai nyanyian surga
berpadu raga kita dalam indah mimpi semata

selalu hanya rangkai kata mengurai cinta berarti
betapa engkau senantiasa ada di relung hati ini

telah berlaksa puisi aku cipta sepenuh mesra
tergoreskan dalam warna lukisan abstrak maya

kini dalam ruang sendu aku menanti datangmu
tak tahu entah kapan kita akan nyata bertemu


***

Solo, Minggu, 9 September 2018. 5:50 am
'salam hangat penuh cinta'
Suko Waspodo
antologi puisi suko
kompasiana
pepnews
ilustr: KSR Ronggolawe 

Bisik Kerinduan



















kusibak daun kucari embun
tak kutemui
musim telah menyembunyikannya
hingga ia kan bosan dengan kesendirian
mungkin belai angin kan menggantikan
namun aku tak ingin
dalam dingin berselimut kesepian

kunanti belai hangat mentari
seraya mendekap penuh kesetiaan
akan kasih yang tak berkesudahan

kala kicauan merdu melantunkan
syair kehidupan memaknai perjalanan
betapa keangkuhan menguji ketulusan

teramat sederhana menguntai kata
tatkala pesan cinta mengalir di dalamnya

ketika langkah terantuk bara
asa tuk bermanja berujung luka

pedih tak selalu harus berubah sedih
jika memang harus tertatih merintih

sesungguhnya waktu telah mengingatkan
kesunyian ini membisikkan kerinduan


***
Solo, Jumat, 7 September 2018. 6:20 am
'salam hangat penuh cinta'
Suko Waspodo
antologi puisi suko
kompasiana
pepnews
ilustr: Heno Airlangga 

Dibelai Rembang Petang












rembang petang kususuri sunyi pematang
kunyanyikan lirih tembang tiada sumbang
rona jingga cakrawala semburatkan rasa
mengurai kenangan indah  di dangau kita

semusim kemarau lalu kita dipertemukan
tatkala gundah gulana membawa keinginan
untuk satukan hati dalam pelukan rembulan
meski tiada harus berhias bintang di haribaan

perjalanan waktu menguji kesetiaan tuk padu
tiada mudah namun kian rekatkan tulus satu
kadang tirai pemisah menyekat hasrat rindu
kuasa cinta mendekap senantiasa menyatu

kawanan pipit terbang rendah menggamit
sadarkan aku mentari melambai berpamit
kusambut malam dengan bisik kenangan
kapan kita merengkuh lagi kemesraan


***
Solo, Kamis, 6 September 2018. 5:41 pm
'salam hangat penuh cinta'
Suko Waspodo
antologi puisi suko
kompasiana
pepnews
ilustr: papeis de parede 

Bersilat Caci Menebar Benci



















panas menyengat di kerumunan ratusan ngengat 
batin tercekat kala terdengar mereka menghujat
inikah calon penguasa yang telah mereka sepakat
di manakah teladan yang semestinya dianut rakyat

kami telah miliki pemimpin yang selalu mengayomi
bukan pengumbar orasi bermuatan janji penuh ilusi
jangan memperkosa kami dengan umpatan tuk ganti
kami lawan jika kalian melecehkan pemimpin kami

negeri ini bukan arena mengumbar sumpah serapah
tuk kalian yang serakah dan haus darah tuk menjarah
kami akan pertahankan keutuhan tumpah darah indah
meski harus berlumur darah kami tak akan menyerah

kami  menghargai siapa pun yang menjunjung harga diri
menjaga martabat bangsa dan membangun niat nan suci
kebenaran tak ditegakkan oleh pembenaran tanpa bukti
apalagi dengan perilaku selalu bersilat caci menebar benci

kami  senantiasa menjaga adab apabila kalian tidak biadab


***
Solo, Kamis, 6 September 2018. 12:37 pm
'salam kritis penuh cinta'
Suko Waspodo
antologi puisi suko
kompasiana
pepnews
ilustr: pixabay 

Belajar dari Niat Busuk


Bagaimana mungkin kita belajar dari niat busuk? Dalam hal ini maksudnya adalah bahwa dari niat busuk yang ada dari suatu peristiwa atau kasus akan kita pakai untuk menentukan sikap atau berlaku lebih hati-hati terhadap kelanjutannya.

Akhir-akhir ini berlangsung dua peristiwa yang cukup mengundang perhatian dan memanaskan situasi, khususnya situasi politik negeri ini. Pertama tentang tagar 2019 ganti presiden dan yang kedua mengenai larangan mantan koruptor menjadi caleg.

Tagar 2019 ganti presiden, dengan inisiator politisi PKS Mardani Ali Sera, telah berkembang menjadi gerakan yang dianggap meresahkan masyarakat. Penolakan sebagian masyarakat terhadap pengumpulan massa oleh gerombolan ini telah memunculkan pelarangan oleh aparat keamanan terhadap mereka yang akan deklarasi di beberapa tempat di Indonesia, antara lain Batam, Riau, Surabaya dan Solo.

Para penggerak gerombolan tagar 2019 ganti presiden tentu saja berang dengan pelarangan ini dan terlebih oleh tanggapan Ali Mochtar Ngabalin yang menilai mereka akan melakukan tindakan makar. 

Ngabalin beranggapan bahwa gerombolan ini sangat berbahaya. Sebagai orang yang awam politik pun  kita bisa lihat dari video yang beredar  serta spanduk yang terpasang di beberapa tempat, dimana mereka membuat pernyataan ingin mengganti sistem pemerintahan presidensial  menjadi khilafah. Maka kita bisa memaklumi kecemasan yang muncul saat menyikapi gerombolan ini.

Terlepas apakah mereka berniat mengganti sistem pemerintahan atau tidak, melanggar undang-undang atau tidak, sesungguhnya masyarakat berhak untuk menolak manakala kerumunan massa berpotensi menimbulkan kerusuhan. 

Kebebasan berekspresi dan berpendapat di muka umum memang dijamin oleh undang-undang tetapi tidak serta merta boleh seenaknya sendiri. Aparat keamanan tidak bisa disalahkan apabila mencegah timbulnya bentrokan.

Kasus yang kedua tentang larangan mantan koruptor menjadi caleg juga telah mengusik nalar politik kita. Pihak yang tidak setuju pelarangan ini menganggap bahwa hal itu melanggar hak asasi para mantan koruptor, sedangkan pihak yang setuju menganggap bahwa hak asasi rakyat untuk memiliki wakil rakyat yang bersih harus lebih diutamakan. 

Benarkah yang menolak pelarangan terhadap caleg mantan napi koruptor memperjuangkan hak asasi? Jangan-jangan ada transaksi kotor antara partai dengan para caleg bermasalah tersebut? Bukankah masih banyak orang lain yang bisa dicalegkan dan memiliki rekam jejak yang lebih baik? Inilah situasi yang patut kita curigai.

Salahkah kalau kita mencurigai omongan orang-orang  atau mereka yang mengaku politisi yang mendukung gerombolan tagar 2019 ganti presiden dan yang mendukung pencalegan mantan koruptor? 

Mereka di berbagai talk show politik di televisi serta di media sosial bersikukuh dengan pendapat mereka bahwa mereka menyuarakan kepentingan rakyat dan hak asasi. Layakkah disebut menyuarakan kepentingan rakyat manakala mereka berniat mengganti sistem pemerintahan yang sah dikehendaki rakyat? Pantaskah mereka mengaku membela hak asasi apabila yang dibela adalah melulu kepentingan sekelompok orang dan mengorbankan kepentingan rakyat yang lebih besar?

Inilah situasi politik saat ini, dimana orang-orang yang punya niat busuk berambisi tuk berkuasa. Kewaspadaan rakyat diuji untuk tetap menjaga keberlangsungan Pancasila dan NKRI. Jangan sampai karena emosi sesaat yang tergoda dengan ungkapan 'demi kebebasan dan hak asasi' kita mengorbankan masa depan anak cucu kita. Merdeka !

***
Solo, Kamis, 6 September 2018
'salam kritis penuh cinta'
Suko Waspodo
kompasiana
antologi puisi suko
ilustrasi: ayukomalasaridewi 

Kisah Asmara yang Tertunda














cinta sesungguhnya memang misteri
ketika kisah indah lama terulang kembali
laksana sekawanan burung  terbang pulang
keindahan asmara membara kita jelang

dalam buku harian aku simpan kenangan
masa remajamu senantiasa penuh keluguan
laksana kupu-kupu menari indah memukau
kala ingin kutangkap terbang tak terjangkau

aku pun tak memiliki nyali untuk memulai
terkurung dalam keterbatasan rendah diri
hanya pena cintaku yang senantiasa setia
menuliskan ketakutan yang mengikis asa

perjalanan hidup memisahkan keinginan
cinta hanya tersimpan tanpa terungkapkan
tatkala indah maya mempertemukan kita
membuka kembali kisah cinta yang tertunda

inikah jodoh yang menautkan kita kembali
meski dinding tinggi menghalangi dua hati
buku usang yang pernah aku telantarkan
sungguh berarti memaknai kesungguhan

indah cinta pertama senantiasa abadi
memadukan kesejatian hati tak terganti


***
Solo, Rabu, 5 September 2018. 7:24 pm
'salam hangat penuh cinta'
Suko Waspodo
antologi puisi suko
kompasiana
pepnews
ilustr: vladaray 

Tetaplah di Jalanmu



















engkau tak pernah memaksakan kehendakmu
karena bukan ambisi kuasa yang membentukmu
nyata rakyat yang menghendaki peran baktimu
bukan sebatas memenuhi teriakan tiada menentu

memahami jeritan rakyat adalah keniscayaan
tatkala ketimpangan menimbulkan penderitaan
sekadar menarik simpati itu mudah kau lakukan
tetapi yang utama menyelesaikan akar persoalan

tak perlu hiraukan gerakan kaum pengecut akut
berkata nyinyir dan memfitnah sebusuk kentut
setiap saat umbar kebohongan tuk cari pengikut
inilah ujianmu tuk buktikan kebenaran tak surut

paling mudah memang mencaci maki dan mencela
namun bisakah capai cita hanya dengan kata dusta
kesejahteraan negeri ini butuh sarat prestasi kerja
memang tak semudah membalikkan tangan semata

keberpihakan tidak perlu takut dituduh pencitraan
kesederhanaan bukti sikap pemimpin negarawan

anjing biarlah menggonggong kafilah tetap berlalu
abaikan semua tuduhan kosong tetaplah di jalanmu


***
Solo, Rabu, 5 September 2018. 4:17 pm
'salam damai penuh cinta'
Suko Waspodo
antologi puisi suko
kompasiana
pepnews
ilustr: pinterest/maghfiraxy 

Batas Keangkuhan
















angin sore ini sungguh berkesan
seakan membawa pesan terlupakan
memaknai musim sungguh keniscayaan
tak harus menggerutu dan umbar umpatan

tiada pantas aku berharap yang tak kumiliki
seperti kemarau ingin mendekap pelangi
tak mungkin hadir embun di senja hari
yang pasti bulan gantikan mentari

nyanyi tekukur selalu mengingatkan
betapa rasa bersyukur sering aku abaikan
karunia alam indah sering aku telantarkan
rajutan persaudaraan terkoyak kecemburuan

inikah bukti terima kasihku tuk sang pencipta
tegakkan keangkuhan musuhi yang berbeda
mestinya sadari tiada mungkin aku berdaya
melawan kebesaran hakiki alam semesta

keterbatasan diri senantiasa abadi
menjaga naluri mendengarkan nurani


***
Solo, Selasa, 4 September 2018. 6:04 pm
'salam damai penuh cinta'
Suko Waspodo
antologi puisi suko 
kompasiana
pepnews
ilustr: todocoleccion

Perempuan Berkerudung Merah















ada kekaguman merasuki batin terpesona
kumaknai lukisan sang pencipta di dirinya
berkerudung merah ayunya kian merekah
cerminan pribadi santun sempurna indah

laksana mawar mekar semerbak mewangi
aku yakin banyak kumbang terpukau pasti
adakah yang telah beruntung menyunting
namun tak akan membuatku tuk berpaling

ingin kupersembahkan wangi melati putih
tuk melengkapi keindahan parasnya jernih
mungkinkah akan menjadi nyata khayal ini
atau hanya akan menghiasi mimpiku sunyi

dengan puisi sederhana ini aku memujanya
berharap tersungging senyum di wajahnya
seandainya dia tak mau peduli ketulusan ini
pintaku untai kata ini tak melahirkan benci


***
Solo, Selasa, 4 September 2018. 9:34 am
'salam hangat penuh cinta'
Suko Waspodo
antologi puisi suko
kompasiana
pepnews
ilustr: Madiha Idrees 

Pilihan Bijak Jokowi


Upacara penutupan Asian Games 2018 tinggal menghitung jam, dijadwalkan upacara penutupan akan dimulai pukul 19.00 malam ini (Minggu, 2 September 2018). Berlangsung di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK), tiket acara ini sudah terjual habis. Namun kita tetap bisa menikmatinya juga dari rumah karena akan diliput juga  secara live oleh beberapa stasiun TV nasional.

Upacara penutupan bakal berlangsung meriah. Dijamin tak kalah dengan pembukaan yang sangat heboh 18 Agustus lalu. Daftar pengisi acara penutupan ajang olahraga terakbar di benua Asia itu pun sudah dirilis. Ada 18 pelaku seni yang akan mengisi acara penutupan nanti malam.

Sederet hiburan sudah disiapkan panitia. Tak hanya artis lokal, penyanyi luar negeri juga akan tampil. Beberapa artis top yang akan turut memeriahkan antara lain Super Junior (Suju), iKon, Bunga Citra Lestari, Siti Badriah, Isyana Sarasvati, Denada, hingga Gigi.

Selain penampilan para musisi dan penyanyi, acara ini juga akan mempertontonkan pertunjukan budaya dan seni khas dari Indonesia. Para personel TNI pun tak ketinggalan dalam memeriahkan acara penutupan ini.

Upacara penutupan masih akan dinakhodai Wishnutama, seperti saat pembukaan yang lalu. Namun bagi kita yang ingin menyaksikan kehadiran Presiden Jokowi di GBK nanti dan apalagi berharap ada suguhan spektakuler dari dia lagi, silahkan sedikit kecewa. Jokowi tidak bisa hadir di GBK karena dia lebih memilih tugasnya untuk ke Lombok, Nusa Tenggara Barat, guna melakukan peninjauan proses rehabilitasi pascagempa pada Minggu (2/9/2018) pagi tadi.

Kita harus memahami pilihan bijak Presiden Joko Widodo ini. Bukan berarti dia tidak ingin mengungkapkan rasa syukurnya atas keberhasilan Indonesia di Asian Games kali ini dan hadir dalam upacara penutupan melainkan peninjauan korban gempa tersebut sangat memerlukan perhatiannya secara langsung.

Dalam hal ini kita semakin melihat sisi kenegarawanan Jokowi. Saat upacara pembukaan Asian Games yang lalu memang harus dia yang membukanya, selain memang tugasnya juga sekalian memberi semangat kepada kontingen Indonesia. Dan terbukti Indonesia berhasil memborong medali terbanyak sepanjang sejarah.

Namun saat penutupannya, sesungguhnya memang tidak harus Presiden Joko Widodo yang menutup, manakala ada tugas yang lebih penting, apalagi ini adalah sebuah tugas kemanusiaan. Kendati demikian, Jokowi memastikan bahwa dia tidak akan ketinggalan menonton upacara penutupan Asian Games 2018 nanti. Hanya saja, dia kali ini akan menonton acara tersebut dari layar kaca bersama warga Lombok. Itulah pilihan bijak Jokowi, yang harus membuat kita bangga selalu memilikinya. Merdeka!!

***
Solo, Minggu, 2 September 2018
'salam damai penuh cinta
Suko Waspodo
kompasiana
antologi puisi suko
ilustrasi: mediaindonesia.com 

"Independent Observer", Sebuah Media Kebingungan


Sebuah koran baru berbahasa Inggris dengan nama Independent Observer baru saja terbit dan mengundang perhatian serta ramai dibicarakan. Penyebabnya koran ini diduga diterbitkan kubu Prabowo-Sandiaga untuk melawan Jokowi-Ma'ruf.

Terbitan perdananya dengan headline 'New Hope Vs Unfulfilled Promises' (Harapan Baru Vs Janji-janji yang Belum Terpenuhi) dan ilustrasinya gambar pasangan Prabowo-Sandiaga dan Jokowi-Ma'ruf. Gambar tersebut yang banyak diduga merupakan bentuk propaganda itu pun segera menyebar melalui broadcast aplikasi WhatsApp serta Twitter.

Meski namanya termuat kata 'independent' tetapi bisa diduga arah keberpihakannya. Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani mengakui koran Independent Observer memang diterbitkan oleh sekelompok orang yang memiliki kedekatan dengan sang ketum, Prabowo. Tetapi dia menegaskan koran tersebut tidak terafiliasi dengan Gerindra. 

Di sisi lain dia juga mengatakan tidak tahu sampai sejauh mana kedekatan penerbit koran baru tersebut dengan Prabowo dan apakah mereka sudah saling berkomunikasi secara langsung.

Melihat penerbitan koran ini di saat panasnya persaingan perebutan kursi presiden kali ini, mengingatkan kita pada Tabloid Obor Rakyat yang menyebar kampanye negatif saat menjelang pilpres 2014. Menurut Surya Paloh, Ketua Umum Parta Nasdem dan sekaligus pemilik Media Group ini, kubu Jokowi tidak terlalu ambil pusing karena sudah berpengalaman saat menghadapi Tabloid Obor Rakyat.

Tampaknya yang terlihat lagi semakin pusing justru kubu Prabowo-Sandiaga apabila koran ini memang menjadi sarana propaganda mereka. Menerbitkan media cetak dalam bahasa Inggris sesungguhnya merupakan langkah yang tidak efektif. Sasaran propaganda yang dituju pastinya rakyat Indonesia tetapi mengapa pakai bahasa Inggris. Sebagian besar rakyat Indonesia, apalagi rakyat kecil, faktanya bukan pemakai bahasa Inggris yang aktif apalagi menguasai bahasa tersebut.

Di era komunikasi modern saat ini sepertinya sudah kurang efektif melakukan propaganda dengan media cetak, tetapi mungkin pertimbangannya karena belum seluruh masyarakat Indonesia melek media on-line, namun mengapa memilih berbahasa Inggris?  Sekilas tampak ketidakwajarannya dan seperti lagi pusing tujuh keliling.

Apakah ini hanya strategi awal saja? Agar lebih terkesan soft dan intelek digunakan bahasa Inggris lebih dulu, toh belum memasuki masa kampanye, baru nanti pada saat memasuki kampanye diterbitkan dalam bahasa Indonesia. Kita lihat saja perubahan selanjutnya.

Inilah sepertinya langkah baru kubu Prabowo-Sandiaga dalam rangka meraih ambisi mereka. Sebuah langkah yang terkesan asal-asalan dan kebingungan. Merdeka !

***
Solo, Minggu, 2 September 2018
'salam kritis penuh cinta'
Suko Waspodo
kompasiana
antologi puisi suko
foto: Jawa Pos 

Berkelakar




















kucium lho ...
hardikku sambil tertawa
jangan aaahh elaknya
sambil cemberut manja
terlihat perilakuku berkelakar
namun sejatinya aku serius
ada keinginan dalam hatiku
tuk sungguh mencumbunya
suatu saat nanti

kucubit lho ...
kataku keras sambil melotot
tanganku mengarah ke lengannya
seakan ingin mencubitnya
tentu saja ini kelakar belaka
entah suatu saat nanti

kutembak lho ...
kataku kearah mereka
sambil kuarahkan telunjukku
kearah jidat mereka bergantian
ini juga hanya berkelakar
mana mungkin menembak
pakai jari telunjuk saja
entah bila saatnya tiba

kukudeta lho ...
kataku kepada mereka
dengan nada ucapan bercanda
ini kesannya berkelakar saja
entah bila saatnya tiba
karena dulu aku pernah pula
merencanakannya sungguh
menyesal belum terlaksana

inilah sajak sederhana
hanya berkelakar saja
tetapi terserah anda
bila dimaknai tuk waspada


***
Solo, Sabtu, 1 September 2018. 8:01 pm
'salam kritis penuh cinta'
Suko Waspodo
antologi puisi suko
kompasiana
pepnews
ilustr: pixabay 

Penghargaan terhadap Prestasi dan Pencitraan


Perhelatan besar Asian Games 2018 segera berakhir. Drama-drama pencapaian prestasi oleh para atlet, yang berlangsung dari tanggal 18 Agustus hingga 2 September 2018, segera menjadi sejarah yang mengagumkan dan membanggakan. 

Tak terkecuali juga momen spektakuler pembukaannya yang amazing serta peristiwa dirangkulnya secara bersamaaan Presiden Joko Widodo dengan Prabowo oleh Hanifan Yudani Kusumah, atlet Pencak Silat peraih medali emas, yang menjadi viral di media sosial.

Terlepas dari sikap nyinyir para politisi pembenci Jokowi, kita wajib mengapresiasi keputusan pemerintah Indonesia dalam hal pemberian bonus kepada para atlet kita yang meraih medali beserta pelatih dan asisten pelatihnya di ajang Asian Games kali ini. Pemberian bonus yang jauh lebih besar dari sebelumnya ini sungguh merupakan bentuk penghargaan yang tulus dari pemerintah.

Selanjutnya yang juga tak kalah pentingnya adalah bahwa perolehan medali emas jauh di atas target. Target pencapaian hanya 20 medali emas dan masuk dalam 10 besar sudah cukup tetapi kenyataannya sampai saat tulisan ini disajikan Indonesia sementara sudah memperoleh 30 medali emas, 24 perak dan 41 perunggu serta berada di peringkat ke-4 di bawah China, Jepang, dan Korea Selatan. Ini benar-benar prestasi yang luar biasa dan membanggakan sepanjang sejarah.

Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi memastikan pemberian bonus bagi para atlet peraih medali Asian Games 2018 akan segera dicairkan pada pekan pertama September.

Biasanya dalam ajang multi-cabang olahraga, seperti SEA Games, bonus dicairkan setelah seluruh rangkaian pertandingan hingga ASEAN Para Games selesai dan itu butuh waktu sekitar dua hingga tiga bulan. Namun untuk Asian Games 2018 kali ini, pemberian akan dipercepat sesuai instruksi Presiden Joko Widodo.

Atlet peraih medali emas nomor perorangan mendapatkan bonus sebesar1,5 miliar rupiah, peraih medali emas pasangan atau ganda sebesas 1 miliar rupiah untuk masing-masing, dan peraih medali emas beregu masing-masing mendapatkan 750 juta rupiah.

Menpora memastikan seluruh bonus akan dikirim langsung melalui rekening masing-masing atlet, pelatih, dan asisten pelatih. Nilai bonus yang diterima pun merupakan nominal bersih tanpa pemotongan pajak.

Selain bonus uang tunai, pemerintah juga memberikan penghargaan kepada para atlet peraih medali Asian Games berupa pengangkatan status sebagai pegawai negeri sipil dan bonus rumah dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

Dikutip dari Kantor Berita Antara, berikut rincian besaran bonus bagi para atlet peraih medali Asian Games 2018 serta bonus bagi para pelatih dan asisten pelatih.

Medali Emas

- Atlet peraih nomor perorangan 1,5 miliar rupiah
- Atlet nomor pasangan atau ganda masing-masing 1 miliar rupiah.
- Atlet nomor beregu masing-masing 750 juta rupiah.
- Pelatih nomor perorangan atau nomor ganda 450 juta rupiah.
- Pelatih beregu 600 juta rupiah.
- Bonus tambahan bagi medali emas kedua dan seterus bagi pelatih 225 juta rupiah.
- Asisten pelatih perorangan atau beregu 300 juta rupiah.
- Asisten pelatih beregu 375 juta rupiah.
- Bonus tambahan medali emas kedua dan seterusnya bagi asisten pelatih 150 juta rupiah.

Medali Perak 

- Atlet nomor perorangan 500 juta rupiah.
- Atlet nomor pasangan atau ganda masing-masing 400 juta rupiah.
- Atlet nomor beregu masing-masing 300 juta rupiah.
- Pelatih nomor perorangan atau nomor ganda 150 juta rupiah.
- Pelatih beregu 200 juta rupiah.
- Bonus tambahan bagi medali perak kedua dan seterus bagi pelatih 75 juta rupiah.
- Asisten pelatih perorangan atau beregu 100 juta rupiah.
- Asisten pelatih beregu 125 juta rupiah.
- Bonus tambahan medali perak kedua dan seterusnya bagi asisten pelatih 50 juta rupiah.

Medali Perunggu

- Atlet nomor perorangan 250 juta rupiah.
- Atlet nomor pasangan atau ganda masing-masing 200 juta rupiah.
- Atlet nomor beregu masing-masing 150 juta rupiah.
- Pelatih nomor perorangan atau nomor ganda 75 juta rupiah.
- Pelatih beregu 100 juta rupiah.
- Bonus tambahan bagi medali perunggu kedua dan seterus bagi pelatih 37,5 juta rupiah
- Asisten pelatih perorangan atau beregu 50 juta rupiah.
- Asisten pelatih beregu 62,5 juta rupiah.
- Bonus tambahan medali perunggu kedua dan seterusnya bagi asisten pelatih 25 juta rupiah.

Penyerahan bonus Atlet Indonesia peraih medali di Asian Games 2018 akan dilakukan langsung oleh Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka, Jakarta, pada Minggu pagi, 2 September 2018.

Melihat besaran bonus yang akan diberikan tersebut, kita bisa memaknainya sebagai penghargaan yang tulus dari pemerintah kepada para atlet khususnya dan secara lebih besar tentu menaikkan citra serta kehormatan negeri ini di mata dunia. Karena negara yang berprestasi besar di bidang olah raganya menunjukkan bahwa situasi negara yang bersangkutan sangat kondusif sehingga kepedulian terhadap para atletnya begitu tinggi.

Kecuali itu pemerintah Indonesia saat ini juga semakin menyadari bahwa pencapaian prestasi olah raga bukanlah proses yang mudah dan cepat. Pemilik talenta di bidang ini tidak banyak, butuh pelatihan yang serius dan konsisten. 

Setelah itu prestasi yang dicapai biasanya tidak bisa berlangsung lama, karena faktor usia atlet dan tingkat kompetisi yang tinggi ikut mempengaruhi, oleh sebab itu maka wajar apabila penghargaan kepada mereka harus besar. Penghargaan yang besar tersebut diharapkan mampu menunjang kehidupan mereka setelah tidak menjadi atlet atau tidak mampu berprestasi lagi.

Penghargaan terhadap prestasi yang besar bagi para atlet diharapkan bisa semakin meningkatkan prestasi mereka dan selanjutnya akan menjadi sarana pencitraan negara di mata dunia. Semoga.

***
Solo, Sabtu, 1 September 2018
'salam damai penuh cinta'
Suko Waspodo
kompasiana
antologi puisi suko
ilustrasi: juara.net 

Ujung Pekan Tanpa Belaian




















menapaki perjalanan di ujung pekan terasa sendu
serasa berbeda dengan hari-hari yang telah berlalu
katanya selalu berujung pada malam yang syahdu
namun bagiku hanyalah kesendirian kian merindu

seekor burung terbang memasuki sarangnya sunyi
dalam kesepian berharap hadirmu di ruang fantasi
seakan menanti mentari menyapa malam nan sepi
berharap engkau di sisi kali ini seakan hanya mimpi

sepasang cicak bercengkerama di langit-langit putih
membawa kenangan saat kita jumpa bermesra kasih
rentang keterbatasan tiada harus membuatku sedih
tatkala menyadari inilah kebersamaan yang kita pilih

angin malam berhembus sepoi dingin buai lamunan
wangi melati menghadirkan bayang ayumu rupawan
inginku engkau bermanja dalam kehangatan pelukan
nyata galau mencekam di ujung pekan tanpa belaian


***
Solo, 1 September 2018. 8:47 am
'salam hangat penuh cinta'
Suko Waspodo
antologi puisi suko
kompasiana
pepnews
ilustr: Leon Zernitsky  

Tatkala Pesohor Menjadi Politisi


Pesohor atau selebritas menjadi politisi tentu sah-sah saja, tak ada yang berhak melarang. Di negara mana pun pasti bisa kita jumpai pesohor menjadi politisi. Salah satu contohnya Amerika Serikat pernah memiliki seorang presiden mantan bintang film, yakni Ronald Reagan. Karir politiknya sebagai presiden cukup bagus, terbukti dia menjabat selama dua periode.

Di Indonesia, paling tidak sejak era reformasi, banyak pesohor mencoba karir sebagai politisi. Sophan Sophiaan, Deddy Mizwar, Rano Karno, Miing Bagito, Eko Patrio, Rhoma Irama, Okky Asokawati, Rieke Diah Pitaloka, dan masih banyak lagi, adalah sebagian pesohor negeri ini yang pernah atau sedang mencoba peruntungannya di dunia politik. Ada yang menjadi kepala daerah, namun sebagian besar menjadi wakil rakyat.

Kecuali almarhum Sophan Sophiaan, yang selain bintang film tetapi juga putra politisi terkemuka Manai Sophiaan, hampir semua pesohor yang menjadi politisi adalah orang-orang baru di dunia politik praktis. Artinya mereka bukan kader partai yang sudah lama berkecimpung di partai yang bersangkutan. Bahkan mungkin sebelumnya mereka selalu mengatakan tidak mau dan tidak suka politik.

Keterlibatan mereka di politik praktis biasanya dipicu oleh ajakan partai untuk dicalegkan, dengan pertimbangan pada umumnya para pesohor sudah memiliki penggemar yang banyak sehingga kemungkinan mereka terpilih menjadi anggota legislatif relatif lebih mudah. 

Namun tidak sedikit pula para pesohor yang mau dicalegkan tersebut adalah mereka yang nyaris sudah habis karir keartisannya. Dengan demikian bertemulah dua kepentingan, partai yang butuh pekerja partai dengan artis yang butuh sarana mencari uang.

Walaupun pada setiap kesempatan para pesohor yang baru akan menjadi caleg atau sudah menjadi caleg selalu mengatakan bahwa mereka membawa aspirasi rakyat tetapi pada kenyataannya tak terbukti. Hampir sebagian besar mantan pesohor yang terjun menjadi politisi di negeri ini tak memiliki prestasi yang menonjol yang sungguh dinikmati rakyat.

Menarik juga kita mencermati keterlibatan Ahmad Dhani dan Neno Warisman pada hingar bingar politik akhir-akhir ini. Neno Warisman yang saat ini sudah habis karirnya sebagai penyanyi ketemu dengan kebutuhan koalisi oposisi untuk menyuarakan kepentingan mereka. 

Entah benar atau tidak, katanya Neno sebagai pencetus tagar 2019 ganti presiden, tetapi faktanya bahwa koalisi menjadikan dia sebagai media untuk mencoba meraih dukungan suara para mak-mak. Di lain pihak Neno akan bisa memperoleh ketenarannya kembali dan menangguk uang dari dunia politik.

Sementara itu, Ahmad Dhani yang pernah populer dengan bandnya Dewa 19, juga mencoba meraih dukungan politik lewat tagar 2019 ganti presiden. Karirnya sebagai musisi memang sudah habis dan rekam jejaknya juga tidak harum, maka wajar kalau keterlibatannya di politik kali ini juga mengundang kontroversi.

Siapa pun, termasuk para pesohor, tentu boleh dan berhak menjadi politisi, tetapi ketika mereka tidak memberi kontribusi yang positif bagi rakyat serta kehidupan berbangsa dan bernegara maka sudah selayaknya tidak kita dukung. Maka berhati-hatilah kita dalam menyikapi para pesohor yang menjadi politisi. Kepopuleran mereka saat ini atau sebelumnya tidak serta merta menjamin kualitas mereka sebagai politisi.

Demikianlah sharing pengamatan ini semoga bisa menambah wawasan kita dalam dunia politik, khususnya politik praktis di negeri ini. Tetaplah kritis dan cerdas. Merdeka !!!

***
Solo, Jumat, 31 Agustus 2018
'salam kritis penuh cinta'
Suko Waspodo
kompasiana
antologi puisi suko
ilustrasi:inilah.com 

Aku Heran












aku heran ...
tatkala agama dijadikan sarana penekan belaka
untuk menghakimi pendapat berbeda sebagai dosa
pemukanya mengumbar kebencian di kerumunan massa
ayat-ayat ditafsirkan sebatas kepentingan golongannya

aku heran ...
kelicikan dilakukan tanpa tedeng aling-aling
peraturan dan adab kesopanan tak diambil pusing
pemaksaan kehendak diperagakan hingga menungging
gerombolan para maling bersekutu tuk teriak maling

aku heran ...
kemunafikan dan keserakahan tetap dipelihara
tangan kanan mengacungkan kejujuran yang utama
namun tangan kiri menerima sarana tuk meraih kuasa
demi mengisi pundi-pundi tak malu halalkan segala cara

aku heran ...
yang berperilaku selalu terpuji malahan dicaci maki
tindakan dan kerja prestasi dianggap tuk pencitraan diri
rakyat sungguh menikmati tetapi dianggap telah dibohongi
kemajuan bukan hanya mimpi mengapa masih selalu dicurigai


***
Solo, Jumat, 31 Agustus 2018. 10:30 am
'salam kritis penuh cinta'
Suko Waspodo
antologi puisi suko
kompasiana
pepnews
ilustr: The Asrudian Center 

Menata Kembali Format Penulisan Puisi di Kompasiana


Beberapa bulan terakhir ini terjadi masalah dalam format penulisan puisi di Kompasiana. Permasalahannya adalah format awal yang ditulis berubah saat sudah ditayangkan.

Misalnya, saat ditulis awal satu puisi kita tulis dalam 4 bait dengan masing-masing 4 baris tetapi saat tayang berubah menjadi 1 bait dengan 16 baris. Demikian pula jika kita tulis satu puisi dalam 5 bait dengan format 4 baris, 4 baris, 3 baris, 3 baris dan 2 baris maka saat tayang terkumpul jadi 1 bait berisi 16 baris. Tentu saja hal ini merusak keindahan puisi dan makna yang terkandung di dalamnya.

Saya pernah menanyakan lewat 'percakapan' kepada admin di Kompasiana tetapi tidak mendapat jawaban. Mungkin permasalahannya memang di 'setingan program penulisan di blog Kompasiana' dan bukan karena diubah oleh adminnya.

Karena tidak ingin keindahan puisi saya rusak oleh masalah ini lalu saya coba perbaiki format penulisan puisi saya yang sudah tayang lewat 'edit'. Saat saya membuka halaman edit memang format tulisan puisi saya  tetap seperti saat awal saya tulis, lalu 'iseng' saya coba 'blok' seluruh puisi saya dan kemudian saya 'bold' kemudian saya klik simpan, dan jreeeenngg ..... tampilan puisi saya seperti yang saya inginkan jumlah baris dan baitnya. Demikian pula kalau saya blok dan kemudian saya 'italic' juga bisa beres masalah formatnya. Apabila saya tidak ingin dengan format 'bold' atau 'italic' maka caranya saya edit sekali lagi dengan cara yang sama dan format dikembalikan ke format normal lalu klik simpan.

Nah, bagi temin-teman kompasianer penulis puisi, silahkan mencobanya. Dijamin beres permasalahannya. Namun kita pasti berharap pihak pengelola Kompasiana tetap segera membenahi permasalahan ini sehingga penulisan puisi tidak perlu jadi ribet seperti ini. Semoga.

***
Solo, Kamis, 30 Agustus 2018
'salam kreatif penuh cinta'
Suko Waspodo
ilustrasi: kompasiana

Sabtu, 01 September 2018

Tak Cukup Hanya "NKRI Harga Mati"


Keseriusan usaha pemerintah untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa sangat patut diacungi jempol. Dimana-mana dalam setiap kesempatan selalu diingatkan dengan semboyan 'NKRI Harga Mati'. Elemen-elemen masyarakat pendukung pemerintah juga senantiasa menggaungkan semboyan tersebut.

Kesadaran masyarakat yang semakin tinggi tentang kehidupan berbangsa dan  bernegara juga bisa kita lihat dari banyaknya orang yang mengenakan atribut dengan semboyan tersebut. Terlepas mungkin itu baru yang tampak secara lahiriah namun patut kita apresiasi. Saling mengingatkan niscaya sangat penting.

Namun demikian ada satu hal yang lebih penting lagi dari mempertahankan negara kesatuan Republik Indonesia, yakni mempertahankan Pancasila.

Pasti kita setuju untuk mempertahankan bentuk negara kesatuan  tetapi apa jadinya kalau dasar negaranya bukan Pancasila.

Sejarah telah menunjukkan beberapa kali dasar negara ini diuji eksistensinya. Yang pernah sangat melukai kehidupan berbangsa adalah tatkala ada keinginan sebagian masyarakat untuk menggantinya dengan ideologi Komunis. Peristiwa tersebut menimbulkan luka dalam dan trauma sampai sekarang.

Selain itu yang tak kalah berbahayanya juga adalah keinginan untuk mengganti  sila Pancasila dengan menyertakan syariat Islam di dalamnya.

Bentuk negara kesatuan mungkin bisa tetap kita pertahankan tetapi apa jadinya kalau Pancasila diubah. Kebhinekaan yang merupakan kekayaan dan kebanggan kita bisa koyak tercabik-cabik oleh pertikaian yang berkepanjangan.

Mungkin saja oleh perkembangan dan tuntutan efektifitas pemerintahan maka sistem desentralisasi sekarang ini lalu berkembang menjadi bentuk negara administrasi kepulauan, mirip bentuk negara serikat. Bentuk negara seperti ini mungkin saja diterapkan tetapi harus tetap dengan dasar negara Pancasila.

Pembentukan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila atau disingkat BPIP oleh pemerintah patut kita dukung seratus persen.

Lembaga yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden ini memiliki tugas membantu Presiden dalam merumuskan arah kebijakan pembinaan ideologi Pancasila.

Lebih lanjut lembaga ini melaksanakan koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian pembinaan ideologi Pancasila secara menyeluruh dan berkelanjutan, dan melaksanakan penyusunan standardisasi pendidikan dan pelatihan, menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan.

Selain itu juga memberikan rekomendasi berdasarkan hasil kajian terhadap kebijakan atau regulasi yang bertentangan dengan Pancasila kepada lembaga tinggi negara, kementerian/lembaga, pemerintahan daerah, organisasi sosial politik, dan komponen masyarakat lainnya. BPIP merupakan revitalisasi dari Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-PIP).

Sekilas mungkin mirip dengan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) atau Eka Prasetya Pancakarsa di era Orde Baru, tetapi pasti berbeda. Dan kita tidak berharap menjadi seperti P4 yang menjadi indoktrinasi politik yang mengarah ke pemerintahan otoriter di jaman Orde Baru.

Analisis sederhana ini tidak bermaksud untuk meremehkan pentingnya bentuk negara kesatuan namun untuk mengingatkan bahwa Pancasila adalah yang terpenting.

Jadi selain NKRI Harga Mati, prinsip "Pancasila Harga Mati" harus juga mendarah daging dalam tubuh dan kehidupan setiap warga negara Indonesia.

Merdeka!

***
Solo, Kamis, 30 Agustus 2018
'salam damai penuh cinta'
Suko Waspodo
kompasiana
antologi puisi suko
edited ilustration by suko waspodo 

Persekongkolan










kami nyaris habis ...
ibarat kendaraan bermotor bahan bakar kian menipis
berbagai cara telah kami tempuh secara sadis
tuk musnahkan perilaku mereka yang tiada cela
karena sesungguhnya kami memang tak punya pesona

kami selalu mengolok-olok ...
berharap mereka terpancing dan terpojok
namun ibarat ayam jago malah nyaring berkokok
tapi kami seperti anjing yang hanya bisa menggonggong
kudisan kami tak menarik rakyat memberi tulang tuk melolong

kami pelihara persengkokolan ...
agar lebih mudah wujudkan ambisi raih kekuasaan
iri hati kami seolah akan meledak tidak bisa tertahankan
mereka semakin dicintai oleh seluruh rakyat cerdas negeri ini
ingin memerangi mereka secara ksatria kami tak mempunyai amunisi

kami butuh ongkosi nafsu kami ...
tatkala sahabat kami memberi tentu saja kami terima dengan girang hati
paling tidak bisa mengisi kembali pundi-pundi keserakahan kami
persetan dengan segala cemoohan mereka  yang menggebu-gebu
kami telah kebal dengan segala macam sindiran yang mengusik rasa malu

kami tak takut dituduh makar ...
kekuasaan mereka yang sah harus segera kami bongkar
kalau perlu kami akan bertindak terbuka dengan cara nan kasar
otak kami memang senantiasa terbalik dan tak mungkin bertindak baik
lihatlah kami yang akan secara keji dan bengis membuat mereka tercabik-cabik


***
Solo, 30 Agustus 2018. 12:54 pm
'salam kritis penuh cinta'
Suko Waspodo
antologi puisi suko
kompasiana
pepnews
ilustr: wall2born 

Jika Harus Memahami















mengapa tiada kujumpai wangimu pagi ini
meski aku telah menunggumu sejak dini
mungkin kemarau telah membuatmu bosan
atas kekeringan yang terasa begitu menekan

saatnya memang belum berkenan
tuk mengecup keharuman rinai hujan
berharap sekedar embun pun tak ada
apalagi pelangi indah di bibir cakrawala

tak menarikkah pepohonan meranggas
tatkala harus menunggu saatnya bertunas
biarkan langit menghimpun gumpalan awan
tuk saatnya tiba membasahi bumi menawan

syukuri apa yang ada niscaya sungguh berarti
keakuan mestinya tak harus menolak tuk memahami
sadari kesejatian diri senantiasa dalam keterbatasan
pemaksaan gejolak hanya akan menuai kegundahan

sejenak memaknai keheningan menyentuh damai hati
membuka kepasrahan akan karunia senantiasa terpuji


***
Solo, Kamis, 30 Agustus 2018. 9:27 am
'salam hangat penuh cinta'
Suko Waspodo
antologi puisi suko
kompasiana
pepnews
ilustr: docenticonservatorio 

[Cermin] Tak Perlu Ganti "Shockbreaker"


Minggu pagi menjelang siang kemarin saya jalan-jalan di satu pasar klithikan (barang bekas) di Solo. Saya tidak ada maksud membeli apa pun, hanya sekadar melihat-lihat suku cadang motor baru dan bekas. Setelah beberapa saat berkeliling, saya mampir di kios teman saya yang menjual suku cadang motor dan sekaligus membuka bengkel kecil untuk penggantian.

Sekadar mampir bersilahturami dan melihat kesibukan kerja teman saya, saya duduk beberapa saat di tempat itu. Pada kesempatan itu saya mendengar percakapan dua orang bapak yang sedang menunggu giliran penggantian suku cadang motor mereka.

Si bapak yang berusia tengah baya bertanya kepada bapak yang lebih muda di sebelahnya, "Mau mengganti apa, pak?"

"Ganti shockbreaker belakang. Sudah kurang lentur rasanya," jawabnya

"Mengapa harus ganti shockbreaker, pak? Toh sekarang, di jaman pak Jokowi, hampir tidak ada jalan yang jelek, apalagi banyak lubang", kata si bapak penanya awal. "Kita benar-benar dimanjakan dengan sarana jalan yang mulus dan nyaman", lanjutnya.

Percakapan kecil tersebut sungguh merupakan gambaran nyata salah satu kepuasan warga masyarakat terhadap kerja pemerintahan presiden Joko Widodo saat ini. Perubahan yang sungguh terasa nyata dan dinikmati rakyat.

Kita tidak perlu terlalu jauh dulu untuk membuktikan kesungguhan Jokowi dalam memperbaiki infrastruktur yang ada. Tidak perlu sampai ke Papua atau Aceh. Di sekitar kampung saya di pinggiran Solo saja sangat banyak perubahan yang saya alami. Dahulu kami untuk memanggil taksi datang menjemput ke rumah saja sulit. Armada taksi selalu menolak karena jalan masuk ke kampung yang sangat buruk. Sekarang jalan-jalan begitu mulus dan transportasi  menjadi sangat lancar. Taksi dan sarana transportasi lain tak lagi menolak masuk kampung kami. Begitu saja cerita saya.

Merdeka!!!

***
Solo, Rabu, 29 Agustus 2018
'salam hangat penuh cinta'
Suko Waspodo
kompasiana
antologi puisi suko
foto: id.multivendor.info 

Tagar Ganti Kamar


Peristiwa terbaru dicokoknya Nur Mahmudi politikus kader PKS oleh pihak kepolisian sebagai tersangka korupsi menambah deretan panjang para kader partai yang berperilaku busuk dan besar kemungkinan masuk bui. Apakah ini menandakan bahwa partai menjadi tempat pengaderan calon koruptor? Tentu saja tidak.

Kemungkinan yang terjadi adalah ada banyak orang yang menggunakan partai sebagai sarana meraih ambisi kekuasaan dan kemudian melakukan perbuatan busuk korupsi. Namun bisa juga terjadi bahwa seseorang mulanya merupakan kader partai yang baik dan terpuji di mata rakyat namun begitu berkuasa lalu tergoda untuk bertindak korup.

Politik sebagai sarana mewujudkan kesejahteraan masyarakat melalui kekuasaan memang rawan untuk terjebak dalam perilaku serakah korupsi, power tends to corrupt. Kecenderungan ini kian diperparah oleh tradisi di mana para kader partai yang memperoleh kekuasaan lalu menjadi petugas partai yang harus membiayai kehidupan partainya. Tentu mereka tidak mau gaji atau tunjangan mereka sebagai pejabat diserahkan sebagian untuk partai, maka kemudian mereka melakukan segala cara untuk bisa korupsi.

Dalam perpolitikan semestinya partai memiliki mesin bisnis yang mendukung kehidupan partai. Idealisme untuk mencapai kehidupan berbangsa dan bernegara demi kesejahteraan rakyat hanya mungkin tercapai secara bersih apabila ada dukungan dana yang bersih pula. 

Di negeri ini sudah mulai ada beberapa partai yang memiliki mesin bisnis untuk mendanai idealisme para politisi di partai yang bersangkutan. Tradisi meniadakan politik mahar merupakan awal yang baik dan bijak yang patut kita dukung.

Para politisi yang ingin terlibat di dalam kekuasaan dan atau menjadi wakil rakyat seharusnya adalah orang-orang yang tidak lagi berorientasi kekuasaan untuk memperkaya diri. Idealisme politik yang bersih hanya mungkin tercapai apabila politisinya lebih mengutamakan kepentingan rakyat dan tetap bermartabat.

Apabila para politisi hanya berorientasi memperkaya diri dengan perilaku busuknya maka wajar saja kalau deretan politisi dan kader partai semakin banyak yang menghuni penjara. KPK serta aparat penegak hukum lainnya harus kita dukung untuk semakin jeli dan trengginas dalam tugasnya. Perburuan tikus alias koruptor harus semakin serius. Dengan demikian bagi para koruptor senantiasa hanya akan berlaku #GantiKamar alias berpindah dari kenikmatan hidup mewahnya ke kamar penjara atau kalau perlu ke kamar mayat dan selanjutnya ke neraka.

Pancasila harga mati, kesejahteraan rakyat terwujud nyata dan merata.  Merdeka !!!

***
Solo, Rabu, 29 Agustus 2018
'salam kritis penuh cinta"
Suko Waspodo
kompasiana
antologi puisi suko
ilustrasi: infoido

Perburuan Tikus


gemerlap dunia semakin menggoda ... para tikus semakin massive mencuri ... tak sekedar remah-remah ikan asin ... atau sisa makanan yang berceceran ... tidak juga harus yang tersaji di meja

tikus sekarang memilih tentengan tas ... memang tampak hanya plastik kresek ... namun isinya pastilah milyaran bernilai ... tak harus dengan media online transfer ... yang justru sekarang mudah terendus

namun pemburu tikus tak kalah cerdik ... menebar perangkap tikus nan kian rakus ... tikus-tikus kakap terjerat  tiada berkutat ... pisau hukum siap merajam nafsu mereka

wahai para tikus yang masih merajalela ... kesempatanmu mencuri semakin sempit ... nikmati saja makanan yang memang untukmu ... agar tak terkapar oleh kecekatan mereka  yang memburumu

perburuan tikus semakin tegas dilakukan ... para tikus semakin sulit melakukan pencurian

***
Solo, Rabu, 29 Agustus 2018. 5:13 am
'salam kritis penuh cinta'
Suko Waspodo
antologi puisi suko
kompasiana
pepnews
ilustr: qureta