Welcome...Selamat Datang...

Padi organik petani hasil pendampingan kami

Padi Rojolele organik

Lokomotif tua di kota kecil Cepu, Blora

Lokomotif tua yang sekarang kadang-kadang digunakan untuk kereta wisata di lingkunagn perhutani Cepu-Blora.

SATE BUNTEL KHAS SOLO

Lezat dan bikin kita ketagihan.

Jajanan khas Jawa

Jajanan khas Jawa ini sekarang sering disajikan dalam acara formal maupun informal. Lengkap, rasanya bervariasi dan sehat.

Para peserta LDK di Tawangmangu

Latihan Dasar Kepemimpinan diikuti oleh sekitar 30 mahasiswa Surakarta di Tawangmangu pada tahun 2011.

Di Tanah Lot Bali

Refreshing di Bali pada tahun 2010, bersama teman-teman dosen.

Rabu, 30 Oktober 2013

Kanvas Asmara Kita













kutatap mesra kanvas asmara kita
ada goresan indah yang tertunda
kini kau hadirkan lagi warna cinta
untuk ciptakan lukisan paduan asa

terucap janji tuk terus warnai hari
saling melengkapi niatan suci hati
leburkan hasrat kita satukan naluri
tak jeri meski harus sulit dihadapi

kan kugenggam erat tulus cintamu
lalui hari indah selalu bersamamu
inginku senantiasa bahagiakanmu
lupakan masa lalu kita yang semu

tak ingin lagi kanvas sepi tiada arti
mesti kita warnai dengan tulus hati
goreskan keindahan gairah nurani
tercipta mosaik cinta kita nan abadi

***
Solo,  Rabu, 30 Oktober 2013. 10:45 am
'salam hangat penuh cinta'
Suko Waspodo
pepnews
Ilustrasi: arxangelo.info


Selasa, 22 Oktober 2013

Antara















ada desir kagum hangat mengalir
manakala kita saling menyapa mesra
jumpa pertama di dunia maya terukir
pendarkan aura cinta antara kita

dirimu dan diriku diantara rentang ruang
menggapai celah kita tuk meraih asa
bergandeng tangan kita dalam bayang
meniti ketulusan seberang jurang beda

kian mekar putik asmara dua hati
terbasahi embun gairah bening lembut
kumbang dan kembang memadu janji
suatu saat nanti rindu bersambut

tapi kasih masih terbesit rasa takut
saat rasa mulai lekat berpaut
dan hati saling mendekap pagut
bukankah masih terlalu pagi untuk menyebut

aku menerka juga menyeka setiap tanya
apa siapa kamu disana
aku mengeja setiap harinya
tapi entahlah aku belum mampu memaknai rasa

sebenarnya aku ingin
datang atau melompat kesana
sebelum titik mengakhiri tanda tanya

tentang ruang yang terbentang
mungkin kau menyebutnya jurang
tapi aku menyebutnya keindahan
tempat kita berdua menyimpan kerinduan

***
Solo_Surabaya, Selasa, 22 Oktober 2013
'salam hangat penuh cinta'
Suko Waspodo & Julie Chou
pepnews
ilustrasi: weheartit.com



Senin, 21 Oktober 2013

Jokowi bukan Pemimpin yang Istimewa


Faktanya memang begitu.  Perilaku kepemimpinan Jokowi sebagai pemimpin masyarakat yang dipilih rakyat memang tidak istimewa. Semua yang dijalankan olehnya selama ini biasa saja. Pemimpin masyarakat memang harus sepenuhnya melayani rakyat, memberi teladan, mengantisipasi permasalahan, tertib, disiplin, jujur, penuh pengorbanan dan berbelarasa. Berbelarasa artinya terlibat dalam suka dan duka rakyatnya. Mengabdi kepada rakyat yang telah memilihnya sebagai pemimpin.

Jokowi dalam memimpin warganya memenuhi semua kriteria sebagai pemimpin masyarakat yang dipilih oleh rakyat itu. Jadi memang sudah menjadi konsekwensinya telah bersedia sebagai pemimpin masyarakat menjalankan semua kewajibannya. Maka tidak ada yang istimewa.

Yang istimewa justru ada pada perilaku hampir semua pejabat negeri ini. Mereka tidak menjalankan fungsi kepemimpinan serta kewajiban mereka. Lebih parah lagi mereka justru berperilaku berlawanan dengan kewajibannya, korup dalam segala bidang, tidak disiplin, gila hormat dan mengabaikan rakyat. Bahkan banyak dari mereka yang dipilih oleh rakyat tetapi justru tidak pernah peduli dengan permasalahan rakyat melainkan hanya memperkaya diri sendiri. Inilah yang nampaknya menjadi hal-hal yang istimewa yang dilakukan oleh para penyelenggara negeri ini.

Keistimewaan Jokowi ada pada kepribadiannya. Dia seorang yang konsisten dalam menjalankan tugasnya. Sosok yang sederhana, penuh semangat pengabdian dan berbelarasa. Karena itulah Jokowi terlihat menonjol dan semakin dicintai rakyat. Dia hanya dibenci oleh mereka yang tidak jujur, tidak mau disiplin serta tidak mencintai rakyat kecil.

Tetaplah konsisten dengan pola kepemimpinanmu yang benar, Jokowi. Rakyat kecil senantiasa mencintaimu dan berharap banyak dengan kepribadianmu yang luarbiasa dalam melayani mereka. Merdeka!

Salam damai penuh cinta.

***
Solo, Senin, 21 Oktober 2013
Suko Waspodo

Minggu, 20 Oktober 2013

Senandung Dua Hati



















padang ilalang
padamu aku merayu
dimana jalan kau bentang
tunjukkan pada hati yang pilu

rumput bergoyang
ijinkan aku  tuk merajuk
ungkapkan rindu yang mengiang
serta setangkup mimpi ingin kupeluk

bunga indah berkembang
sudikah kau sampaikan getaran jiwaku
pada hati di seberang bayang-bayang
tawarkan cinta semanis madu

burung-burung yang bernyanyi
dendangkan smaraku nan merindu
mengalun merdu syahdu di ruang hati
bergema selalu di lubuk kalbu

duhai kupu-kupu cinta
sematkan tulus hangat rasaku
untuknya belahan jiwa  memesona 
nyatakan dua hati kami kian berpadu

hembusan sejuk sang bayu
temani aku panjatkan kuat pinta
peluk-Nya rekatkan asa kami kian satu
meniti  warna-warni pelangi cinta

***
Solo_Jember, Minggu, 20 Oktober 2013. 12:26 am
'salam hangat penuh cinta'
Suko Waspodo & Btari Ayu Larasati
pepnews
ilustrasi: paintingmotherhood

Makan Siang Bersama Jokowi

Diplomasi, membicarakan bisnis, politik atau menjelaskan suatu kebijakan dapat dilakukan dengan berbagai cara, baik secara formal maupun informal. Diplomasi politik biasanya lebih banyak dilakukan secara formal namun di era Orde Baru, presiden Soeharto sering juga menggunakan cara informal dengan mengajak tamunya di Tapos sambil melihat-lihat ternaknya. Soeharto juga biasa mengumpulkan para kepala daerah di Tapos untuk memberi pengarahan tentang kebijakan pemerintah waktu itu. Selain contoh tadi perbincangan juga bisa dilakukan sambil bermain Golf atau Tenis. Hal ini biasanya terjadi diantara kepala negara atau pimpinan perusahaan dalam jumlah terbatas. Jamuan makan juga sering digunakan untuk tujuan perbincangan penting atau penyampaian kebijakan.

Acara makan bersama terbukti merupakan cara yang sangat tepat untuk mengkomunikasikan suatu kebijakan. Apalagi antara rakyat kecil dengan pemimpin atau kepala daerahnya. Pada umumnya rakyat akan sangat merasa dihargai dalam situasi seperti ini. Kesempatan yang langka untuk bisa makan bersama dengan kepala daerahnya. Situasi seperti ini yang akhirnya mencairkan sekat antara rakyat dengan pemimpinnya sehingga komunikasi berlangsung lancar dan santai.

Joko Widodo merupakan salah satu dari sedikit pejabat negeri ini yang menggunakan diplomasi makan siang bersama ini. Sudah enam kali sejak setahun menjabat, Jokowi mengundang warga makan siang. Yang pertama, Februari 2013, warga korban banjir di Jakarta Utara. Kedua, warga Waduk Pluit dua kali dalam bulan April 2013. Makan siang bersama yang keempat dengan para pemilik bus metromini pada Agustus 2013. Kelima September 2013, makan siang bersama warga Waduk Ria Rio. Yang keenam makan siang dengan para pedagang kaki lima Blok G Tanah Abang, September yang lalu.

Efektifkah cara menjelaskan kebijakan dengan makan siang bersama? Ternyata sangat efektif. Hampir semuanya berhasil dijelaskan oleh gubernur Jokowi. Misalnya, warga di Waduk Pluit dan Waduk Ria Rio. Pertama, mereka menolak kebijakan pemerintah untuk memindahkan tempat tinggal mereka tetapi setelah diberi penjelasan bahwa di tempat yang baru hidup mereka akan lebih baik, diberi gratis TV, lemari, kulkas, akhirnya menurut evaluasi di lapangan, berhasil. Semua warga terkait bersedia dipindahkan.

Dengan diplomasi atau komunikasi dengan sarana makan siang bersama warga menunjukkan betapa cerdasnya Jokowi dalam merangkul rakyat. Pendekatan dengan prinsip nguwongke, memanusiakan, menyentuh hati rakyat dari sisi manusiawinya. Inilah salah satu strategi kepemimpinan Jokowi yang membuat tingkat kepuasan publik begitu tinggi dalam satu tahun dia memimpin DKI Jakarta.

Alangkah indahnya kalau para pemimpin negeri ini juga mendekat ke rakyat seperti yang dilakukan oleh Jokowi. Semoga ulasan lewat tulisan ini bisa semakin membuka mata hati kita tentang pentingnya saling menghargai, khususnya antara pemimpin dengan rakyatnya. Merdeka !

Salam damai penuh cinta.

***
Solo, Minggu, 20 Oktober 2013
Suko Waspodo

Sabtu, 19 Oktober 2013

Politisi Busuk













mulutnya bau bangkai
mengumbar komentar ngawur

asal njeplak tak pakai otak
sok paling benar tanpa dasar
kejar ambisi demi korupsi
tingkah polah selalu serakah
maling teriak maling

rela menjilat  demi  jadi pejabat
menindas rakyat kian kesrakat
dahi mengkilat perilaku bejat
mengumbar kepuasan syahwat

demi nafsu tak kenal malu
tak jemu harta terus diburu
kepalsuan tuk raih tahta semu
pelihara wanita untuk dimadu

lawan politik dihancurkan licik
tak perlu berlaku dengan etik
apalagi sopan santun simpatik
meski  sadar diri pejabat publik

politisi busuk selalu mabuk
penuhi hidup dengan kemaruk
rakyat kecil kian terpuruk
derita hidup terasa menusuk

***
Solo, Sabtu, 19 Oktober 2013. 10:22 pm
'salam kritis penuh cinta'
Suko Waspodo
pepnews
ilustrasi: himakom.fisip-untirta.ac.id


Jokowi Penyebab Kebakaran 1000 Rumah

Menarik, pernyataan  Ketua Fraksi Partai Demokrat DPR Nurhayati Ali Assegaf  yang menilai, belum ada keberhasilan yang dicapai oleh Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo alias Jokowi dalam membenahi ibukota. Dia bahkan menyinggung terjadinya kebakaran sekitar 1.000 rumah di wilayah Kelapa Gading menjelang satu tahun kepemimpinan Jokowi dan wakilnya Basuki Tjahaja Purnama. Menurut dia kebakaran tersebut sebagai bentuk keteledoran pengelola kota ini, demikian seperti diberitakan oleh Kompas.com, Sabtu 19 Oktober 2013.

Pernyataan Nurhayati ini sungguh mengada-ada dan tidak pantas diucapkan oleh wakil rakyat. Tapi mungkin demi kepentingan partainya yang terpuruk sehingga dia jadi asal bunyi. Sungguh tidak masuk akal kalau setiap musibah yang terjadi di Jakarta lalu ditimpakan pada gubernurnya. Bencana kebakaran yang terjadi masa kepemimpinan gubernur sebelumnya lalu dibandingkan dengan musibah kebakaran saat ini. Kebakaran kan murni keteledoran apalagi kalau itu terjadi karena  listrik hubungan pendek di rumah penduduk, apakah lalu yang disalahkan gubernurnya?  Kalau Nurhayati menuduh semua itu karena keteledoran  pengelola DKI Jakarta alias gubernurnya, tolong tunjukkan dimana kesalahan itu terjadi jangan asal berkomentar.

Menilai keberhasilan Jokowi  sebagai  tak lepas dari kepemimpinan sebelumnya, tentu saja memang begitu.  Demikian pula carut marutnya ibukota ini juga pasti tak lepas ddari pemimpin sebelumnya. Tidak perlu wakil rakyat yang ngomong, siapapun bisa mengatakan seperti itu. Pernyataan yang tidak penting. Lagi pula Jokowi juga tidak merayakan setahun pemerintahannya. Dia tidak pernah menyombongkan diri. Survei yang ada tentang keberhasilan itu juga bukan atas permintaannya.

Tulisan ini bukan bermaksud membela Jokowi seolah tidak boleh disalahkan tetapi secara umum mohon para pejabat ini apalagi sebagai wakil rakyat untuk tidak asal berkomentar. Komentar yang emosional tanpa landasan bukti yang kuat hanya menunjukkan betapa tidak pantasnya dia sebagai wakil rakyat. Pantasnya memang hanya sebagai wakil  mulut partai yang sedang tenggelam.

Tulisan ini hanya ingin meletakkan cara pandang  yang proporsional dalam menilai keberhasilan maupun kegagalan. Selamat melanjutkan tugas pak Jokowi dan pak Ahok. Teruskan pengabdian anda yang tulus untuk rakyat. Abaikan saja mereka yang asal ngomong tanpa landasan yang nyata. Maju terus pantang mundur. Merdeka!

Salam damai penuh cinta.
***
Solo, Sabtu, 19 Oktober 2013
Suko Waspodo

Kegelisahan Kita


















gelisah menyambut hadirmu dinda
namun bahagia jua saat bisa padu jumpa
kala pertama kita saling menggenggam
kagumku akan anggun sikapmu

kelembutanmu kian kuatkan indahmu
sederhana tutur katamu namun sendu

kutangkap kegundahan di tatap matamu
meski ingin kau sembunyikan
kucoba hangatkan hatimu
tuk hapus keresahanmu

kau ungkap kegamanganmu
dirimu yang terbelenggu

mengapa kau ragu
kebahagiaan itu juga milikmu
mesti kau raih dalam hidupmu
jangan kau tutup pintu hatimu

hidup ini indah
usahlah kau sia-siakan dengan gelisah

terimalah tulus cintaku
harapku hadirkan bahagia kita

ingin senantiasa kualirkan
hangat  gairahku dalam nadimu
agar tak terus larut dalam pedih laramu

dalam dingin ruang syahdu
berpeluk kita tumpahkan  rindu

kau simpan gulanamu
hari-harimu berlalu dalam semu

meski tak banyak kata terucap
kutangkap berjuta makna dalam dekap

haruskah kau biarkan diri terpasung
terlantarkan karunia yang agung
meratapi diri hanya pasrah
sambut anugerah jangan menyerah

usah kau lara sendiri
jalani hidup tanpa arti
raihlah peraduan cintamu
memeluk asa hapuskan sendu

tulus kuingin hiasi hidup bersamamu

***
Solo, Sabtu, 19 Oktober 2013. 08:42 am
'salam hangat penuh cinta'
Suko Waspodo
pepnews
ilustrasi: galleryhip.com

Jumat, 18 Oktober 2013

Para Pembenci Jokowi

Setahun melaksanakan tugas sebagai Gubernur DKI prestasi Jokowi dan Ahok sungguh dahsyat. Hampir semua masyarakat, khususnya warga DKI, puas dengan kepemimpinan Jokowi-Ahok. Hal ini bisa kita lihat dari hasil survei yang menunjukkan  angka kepuasan hingga 87,5 persen. Sungguh prestasi yang luar biasa. Hampir seluruh warga puas terhadap kepemimpinan mereka.

Memang masih ada para pembenci Jokowi.  Mereka adalah para koruptor,  para pejabat serakah yang  hanya mementingkan diri sendiri. Mereka yang tidak menginginkan negeri ini menjadi tertib dan tertata. Mereka yang tidak disiplin dan tidak mau jujur. Mereka inilah yang selalu berusaha untuk menjegal popularitas Jokowi di mata rakyat. Jokowi yang sederhana pasti tidak diinginkan oleh para pejabat yang hedonis dan gila hormat. Jokowi yang berpihak kepada rakyat kecil pasti dibenci oleh mereka yang selama ini sudah menikmati kemapanan dan mengabaikan penderitaan rakyat.

Namun kita tidak perlu terlalu berkecil hati, berdasarkan survei oleh lembaga mana pun jumlah pembenci Jokowi relatif rendah, kurang dari 25 persen.  Jumlah itu kemungkinan besar hanya mewakili mereka yang selama ini menikmati jabatan dengan tidak jujur dan cemas dengan jabatannya apabila suatu saat Jokowi mengetahui ketidakberesan mereka, serta para politisi busuk yang berambisi dengan cara-cara kotor. Selebihnya, lebih dari 75 persen rakyat masih menginginkan negeri ini ditata menjadi lebih baik. Rakyat membutuhkan pemimpin rakyat sejati  dan sampai saat ini baru bisa ditunjukkan oleh kepemimpinan Jokowi.

Selamat untuk pak Jokowi dan Ahok atas prestasinya selama setahun ini selamat juga untuk seluruh warga Jakarta yang sudah menikmati perubahan.  Terus jalin kerjasama dengan pemimpin anda yang luar biasa ini demi kemajuan kita bersama.

Salam damai penuh cinta.
***
Solo, Jumat, 18 Oktober 2013
Suko Waspodo

Kamis, 17 Oktober 2013

Padam
















tak mampu lagi hadir kata-kata indah
tak mungkin kini terjalin syair madah
semenjak kau kian coba menjauhiku
serasa sirna tuk tuliskan nyanyi jiwaku

tunas  itu perlahan merunduk kering
seiring dengan gairah yang kian gering
keindahan itu telah berganti nestapa
hangat asmara beralih kebekuan  rasa

tiada lagi yang dinanti akan bersemi
hanya gugur daun kian miriskan hati
waktu berlalu dan aku terpekur diam
terkapar dan pasti asaku kian padam

***
Solo, Kamis, 17 Oktober 2013. 6:43 pm
'salam hangat penuh cinta'   
Suko Waspodo
pepnews
ilustrasi: oil-paintings-art

Minggu, 13 Oktober 2013

Sayap Patah













pedih mengiris kedalaman hati
tanpamu disisi mendampingi
sumbang terasa nyanyian diri
karena  dikau juwita tak di sini

gamang hadapi hari tanpamu
serasa timpang langkah hidupku
tak ingin dinda niat kan berlalu
tegakan diriku tersayat sembilu

jangan tinggalkan aku kian sedih
terhimpit gulana nyeri merintih
pintaku tak terjadi kasih tersisih
tertutup gelap hati yang berdalih

ingin kuarungi  langit biru cerah
tempuh rentang kita nan terarah
namun  nyata diri kian terengah
aku ibarat burung bersayap patah

***
Solo, Minggu, 13 Oktober 2013, 12:51
'salam hangat penuh cinta'
Suko Waspodo
antologi puisi suko
kompasiana
pepnews
ilustrasi: damien59

Sabtu, 12 Oktober 2013

di sini aku













di sini aku dalam sepi merindumu
kutatap langit malam tiada berbintang
berharap hadirkan  bayangmu memelukku
hanya angin malam menerpa sepoi dingin
hembus atis diriku terkungkung sunyi

di sini aku bersenandung lirih sendu
tembang cinta yang selalu kita dendang
serasa dirimu menggenggam erat tanganku
namun semua hanyalah khayalku ingin
nyata hanya kesendirianku sepi

di sini aku goreskan syair syahdu
tentang asmara kita penuh kembang
semerbak mewangi selimuti ruang kalbu
pintaku ikatan hati kita tetap terjalin
tanpa prasangka yang meracuni

di sini aku kidungkan khusuk doaku
memohon lindung-Nya penuh sayang
cinta kita yang terpisah ruang dan waktu
senantiasa kita jaga dalam hangat yakin
hingga tersatukan dalam nyata abadi

***
Solo, Sabtu, 12 Oktober 2013. 10:52 pm
'salam rindu penuh cinta'
Suko Waspodo
pepnews
ilustrasi: pictify.com

Eyang Puteri



















eyang puteri …
rambutmu telah memutih
jangan paksa diri untuk meraih
tak mungkin memimpin dengan tertatih

eyang puteri …
pandangmu telah memudar
mestinya tak layak kuasa kau kejar
beri kesempatan yang muda untuk belajar

eyang puteri …..
badanmu kian membungkuk
atur partai tak cukup mengangguk
apalagi menghadapi para politisi busuk

eyang puteri …
yuswamu tak muda lagi
tak pantas lagi engkau kejar ambisi
untuk terus ingin menguasai  negeri ini

eyang puteri …
nafasmu sering tersengal
tulangmu kian mudah terasa pegal
cukup jagalah bantengmu tak terjagal

***
Solo, Sabtu, 12 Oktober 2013. 2:07 pm
'salam damai penuh cinta'
Suko Waspodo
antologi puisi suko
kompasiana
pepnews

ilustr: absolutearts

Kenangan Malam Biru













selalu terbayang jumpa kita di kota tua
bergandeng tangan kita nikmati tradisi
nuansa sakral hangatkan asmara kita
satukan mimpi indah kita nyata pasti

gairah kita dalam dingin malam syahdu
berkawan langit cerah taburan bintang
dekapan rasa menghebat rindu menyatu
tuntaskan hasrat yang lama terkekang

dalam wangi nuansa peraduan jingga
berpagut kita mengeja syair indah cinta
tautkan hati rekatkan gejolak purba kita
berpeluh indah menggapai puncak asa

waktu berlalu kudus cinta kian berpadu
terikat janji tuk jaga hati abadi menyatu
saling setia meskipun raga sulit bertemu
tulus nurani wujudkan bahagia tak semu

aku tulis syair indah ini hanya untukmu
ungkapan kenangan indah di malam biru

***
Solo, Sabtu, 12 Oktober 2013. 12:13 pm
'salam hangat penuh cinta'
Suko Waspodo
antologi puisi suko
kompasiana
pepnews
Ilustrasi: framingpainting

Jokowi Menggairahkan Pemilu 2014

Elektabilitas Jokowi yang semakin meroket menunjukkan betapa besarnya harapan masyarakat terhadap tokoh ini. Menunjukkan pula kerinduan rakyat negeri ini akan seorang pemimpin yang bisa memahami mereka. Diprediksi bahwa pemilu 2014 akan terasa menggairahkan apabila Jokowi bersedia dicapreskan. Dicapreskan bukan mencapreskan karena Jokowi tidak pernah mengungkapkan keinginan untuk menjadi presiden tapi suara rakyat yang terus mengarah ke dia untuk bersedia menjadi presiden.

Situasi ini tentu akan berbeda dengan pemilu-pemilu sebelumnya. Diperkirakan bahwa jumlah golput akan turun drastis kalau Jokowi bersedia dicapreskan. Rakyat sangat berharap pada tokoh fenomenal ini. Selama ini tingkat golput tinggi karena rakyat merasa bahwa pemilu tidak akan membawa perubahan nasib mereka karena tidak ada tumpuan harapan baru terhadap figur pemimpin yang bisa membawa perubahan. Pemilu hanya sekedar formalitas demokrasi tanpa arti.

Dengan pencapresan Jokowi, PDI-P juga sudah bisa dipastikan tidak perlu terlalu sibuk kampanye karena Jokowi sudah merupakan nilai jual yang dahsyat. Rakyat akan berbondong-bondong memilih untuk memenangkan PDI-P dengan harapan agar Jokowi bisa diajukan sebagai presiden dan mereka pilih. Hampir semua pengamat politik mengamati fenomena ini. Jokowi akan merupakan mesin pengumpul suara yang luar biasa dalam pemilu 2014.

Bagi media masa, dengan keikutsertaan Jokowi dalam pencapresan juga akan merupakan berkah tersendiri. Pemberitaan tentang Jokowi dan para capres pesaingnya akan selalu ditunggu oleh siapapun sehingga media masa akan sangat dibutuhkan. Pasti ini nilai tambah ekonomi tersendiri bagi perusahaan media masa.

Akhirnya kegairahan rakyat terhadap pemilu 2014 kuncinya tinggal hanya pada PDI-P dan Jokowi. Rakyat butuh pemimpin mereka yang baru yang seperti yang mereka harapkan. Rakyat negeri ini sudah semakin cerdas, mereka hanya akan datang ke Tempat Pemungutan Suara kalau mereka yakin bahwa mereka akan mengalami perubahan nasibnya lewat suara yang mereka berikan. Selamat menyongsong pesta demokrasi dengan penuh harapan akan hadirnya perubahan dan perbaikan terhadap nasib rakyat kecil.

Salam damai penuh cinta.
***
Solo, Sabtu, 12 Oktober 2013
Suko Waspodo
antologi puisi suko
kompasiana
pepnews

Jumat, 11 Oktober 2013

Jakarta Tidak di Pulau Jawa

Sudah lama sebenarnya uneg-uneg ini ingin saya ungkapkan tetapi tertunda, namun pada sore ini akhirnya saya tuliskan karena terpacu oleh satu artikel di Kompasiana. Artikel yang berisi harapan agar pemerintah membangun jalan Jakarta ke Jawa agar setiap kali melakukan perjalanan mudik menjadi lancar.

Saya merasa risih dengan penyebutan Jawa tersebut. Dalam konteks artikel tadi Jawa yang dimaksud adalah Jawa Tengah.  Mengapa menyebut wilayah Jawa Tengah dengan Jawa saja? Hal ini sering juga saya dengar dari orang-orang di Jakarta kalau menyebut Jawa Tengah selalu hanya Jawa saja. Mengatakan akan ke Solo, Purwokerto, Jogya atau tempat lain di Jawa Tengah selalu dengan kalimat Saya akan pergi  ke Jawa. Bukankah ini aneh dan keliru?

Hal ini perlu dibenahi.  Apakah Jakarta bukan berada di pulau Jawa? Atau pelajaran Geografi kita perlu dibenahi? Pasti tidak. Yang perlu dibenahi adalah kita yang menggunakan penyebutan dengan kata Jawa itu. Kerancuan arti tidak bisa dibiarkan. Dalam hal ini para pendidik pada sekolah di Jakarta harus selalu mengingatkan kesalahan ini pada para peserta didik demikian juga media masa juga terus membantu membenahi penggunaan istilah ini. Saya akan pergi ke Jawa Tengah. Saya akan mudik ke Solo. Saya baru pulang dari Purwokerto. Ini beberapa contoh kalimat yang benar

Sekedar tulisan sederhana untuk membenahi agar semua pengguna sebutan Jawa tadi tak tampak bodoh. Apakah Jakarta tidak di Pulau Jawa?

Salam damai penuh cinta.
***
Solo, Jumat, 11 Oktober 2013
Suko Waspodo

Senja Jingga Sendu















terhempaskan diri pada kehampaan hati
indah mentari pagi berlalu sepi tanpa arti
hari-hari suram kulalui penuh kelu sendiri
tiada merdu sapa manismu hangatkan diri

kicau burung tak mampu hibur sunyi hatiku
yang kuharap hadirmu tuk padukan smaraku
abaikan kata mereka tentang engkau dan aku
hanya kita yang mampu maknai cinta kita satu

terik surya merayap menggapai puncak hari
harapku tak keringkan cinta yang mulai semi
ingin terus kubasahi dengan sejuk bening hati
agar tumbuh tunas kesetiaan cinta kita abadi

namun harapan tinggallah harapan menanti
laksana  kemarau berharap hujan basahi bumi
pintaku kau buka kembali peraduan kasih suci
sambut kebersamaan indah menggapai mimpi

kembara mentari  berganti senja jingga sendu
langkah kehidupanku berpacu dengan waktu
menanti hadirmu dinda juwita belahan jiwaku
hangatkan ratri dengan dekapan penuh rindu

***
Solo, Jumat, 11 Oktober 2013. 5:09 pm
'salam hangat penuh rindu'
Suko Waspodo
pepnews
ilustrasi: yousaytoo.com

Kamis, 10 Oktober 2013

Insomnia



















suara jengkerik menghiasi sepi malam
hatiku sunyi menghitung waktu tanpa arti
bayangan saat indah bersamamu melintas
dalam tarian asmara penuh pesona kala itu
berpagut kita  merenda nafas padukan hasrat
tersenggal dalam gairah yang membuncah

kini semuanya hanyalah ibarat kisah fiksi
yang berlalu tinggalkan nyeri di lubuk hati
tatkala cinta suci dinodai dengan prasangka
karena satu mulut beracun menebar dusta
menutup ruang hati dengan iri dan dengki
menghancurkan kudus cinta berubah duka

namun aku hanya bisa meratap dalam gelap
sejak kau tutup pintu hatimu untuk mengerti
kucoba berharap pada keajaiban hadir maaf
untuk memahami yang sesungguhnya terjadi

malam merayap memasuki gerbang sunyi pagi
mata tak mampu terpejam menahan rasa pedih
menyongsong esok hari yang semakin tak pasti
karena kau tak mau lagi menerima tulus cinta ini

***
Solo, Rabu, 9 Oktober 2013. 12:13 am
'salam hangat penuh cinta'
Suko Waspodo
pepnews
ilustrasi: grieftastic

Selasa, 08 Oktober 2013

Kutulis Puisi Cinta















kutulis saja deretan kata indah sarat makna
berbagi bahagia bagi yang menginginkannya
tiada maksud untuk mengumbar pesona diri
karena aku adalah aku yang tiada punya arti

bagiku menulis puisi cinta adalah kebutuhan
untuk berbagi keindahan bukan kebencian
salahkah kalau aku hanya ingin berbagi cinta
karena cinta menghangatkan alam semesta

puisi cinta yang aku tulis pasti ungkapan hati
maksudku hanya menghibur yang gundah diri
aku memilih untuk ungkap segala yang indah
menikmati karunia cinta yang kian merekah

puisi cintaku ungkapan cintaku tuk siapa saja
bukan hanya untuk seseorang yang istimewa
mengapa keindahan syair harus dicemburui
dengan prasangka yang hanya meracuni hati

kutulis puisi cinta kutumpahkan gejolak rindu
memeluk semesta raih kedamaiannya selalu
harapku untai kata puisi cintaku memberi arti
jangan dijahati dengan pikiran penuh dengki

***
Solo, Selasa, 8 Oktober 2013. 10:07 am
'salam hangat penuh cinta'
Suko Waspodo
pepnews
ilustrasi: ArtPics On Fb

Senin, 07 Oktober 2013

Angkatan Parang

sesumbar kejujuran sesaat jabatan didapatkan
sumpah dengan kitab suci hanya sekilas awalan
kala kekuasaan diraih pun menjadi kesetanan
segala cara dihalalkan menumpuk kekayaan

relasi dengan Tuhan hanya sekedar formalitas
yang penting terlihat sebagai manusia pantas
meski perilaku nyata penuh tipu muslihat culas
demi memenuhi nafsu hewani tak kenal puas

kesabaran rakyat jelata pasti ada batasnya jua
kemiskinan semestinya tak harus terus mendera
bila keadilan diterapkan di negeri ini senyatanya
pasti makmur terasakan ke hidup rakyat  merata

hukum biarlah hanya sekedar tumpukan usang
tak penting karena penegaknya tak lagi garang
jangan salahkan bila rakyat kian kuat meradang
hancurkan para koruptor dengan angkat parang

***
Solo, Senin, 7 Oktober 2013. 10:13 am
'salam kritis penuh cinta'
Suko Waspodo

Yang Penting Jokowi

Popularitas Jokowi semakin meroket. Lembaga survey maupun jajak pendapat manapun selalu membuktikan keunggulannya sebagai tokoh yang paling populer sebagai capres pada 2014. Para tokoh lain yang sudah dengan terang-terangan mencapreskan diri maupun dicapreskan jauh tertinggal popularitasnya. Padahal Jokowi belum pernah menyatakan mau dicapreskan apalagi menyapreskan diri sendiri.

Dalam lingkup pemberitaan atau tuilisan Kompasiana sendiri, kita juga bisa mengukur popularitas tokoh fenomenal ini. Tulisan yang dimuat di Kompasiana akan banyak dibaca asalkan menyebutkan Jokowi. Mulai dari hanya sekedar tulisan humor, puisi, reportase dan bahkan sampai analisis pasti akan dibaca banyak orang; yang penting tentang Jokowi. Silahkan anda buktikan dengan mencermati tulisan yang ada di Kompasiana tentang Jokowi, jumlah pembaca yang tertera selalu tinggi.

Pengamatan sederhana dalam lingkup Kompasiana ini menunjukkan betapa Jokowi sangat ditunggu pemberitaan atau bahasannya. Semua hal tentang dia selalu dirindukan. Jadi salah besar kalau masih ada yang menyatakan bahwa pemberitaan tentang Jokowi adalah pencitraan. Penulis di Kompasiana sebagian besar adalah orang-orang yang independen, tak berkepentingan dengan partai apalagi kekuasaan. Jadi kalau mereka menuliskan tentang Jokowi, semuanya murni maksud mereka sendiri tanpa sponsor dari pihak manapun. Maka tatkala tulisan atau reportase tentang Jokowi itu banyak dibaca berarti Jokowi memang sangat tinggi popularitasnya.

Demikianlah tulisan ini mencoba sedikit mengungkapkan pengamatan sederhana tentang popularitas Jokowi dari sisi yang berbeda. Semoga bisa menambah wawasan  tentang tokoh yang fenomenal ini.

Salam damai penuh cinta.
***
Solo, Minggu, 6 Oktober 2013
Suko Waspodo
antologi puisi suko
kompasiana
pepnews

Minggu, 06 Oktober 2013

Pohon Penuh Benalu

Mencermati situasi negeri ini rasanya tak hanya memalukan tapi sudah sangat mencemaskan sekaligus mengerikan. Negeri yang semakin berantakan karena dikelola oleh para koruptor serakah tanpa lagi punya nurani.

Ibarat sebuah pohon, negeri ini sudah menjadi pohon yang penuh benalu, sehingga tak tampak lagi pohon aslinya. Seluruh dahan, cabang dan rantingnya telah ditempeli benalu. Tak tampak lagi jenis pohon aslinya. Seluruh bagian telah dipenuhi tumbuhan parasit ini dan yang lebih dahsyat benalunya berwarna-warni, ada benalu hijau, biru, merah, kuning, hitam dan warna-warni lainnya. Semuanya saling berebut menghisap sari makanan pohon itu sehingga tidak mampu lagi berbuah yang bisa dinikmati.

Kekayaan dan kedaulatan negeri ini telah dijarah oleh penyelenggaranya yang super korup dengan perilaku serakahnya. Para politisi culas hijau, biru, merah, kuning, hitam dan warna-warni yang lain tanpa malu menggunakan jabatan dan pengaruhnya terus menguras uang rakyat. Segala cara dihalalkan meski mereka mengaku bertuhan. Semua peraturan perundangan dan hukum dilanggar meski mereka sejatinya penyusun undang-undang serta hukum itu dan mesti menjaga tegaknya.

Masih pantaskah menyebut diri negara, apalagi negara hukum manakala para penyelengara negaranya dengan terang-terangan melanggar hukum demi memperkaya diri. Masihkah merasa bangga sebagai negara yang agamis manakala segala cara dilakukan dengan penuh kesetanan? Pohon itu tak lagi layak sebagai pohon karena sudah tidak lagi berbuah dan kehilangan jatidiri. Hidupnya tak lagi sehat digerogoti berwarna-warni benalu.

Bagaimanakah untuk menyehatkan pohon itu kembali? Biasanya harus dengan memotong dahan, cabang atau ranting yang berbenalu. Namun masalahnya adalah hampir seluruh pohon beserta daunnya telah dijarah oleh benalu. Kemungkinan lainnya adalah dengan menebang habis pohon itu dan menanam kembali pohon baru.

Bagian manakah tatanan negeri ini yang mesti dibenahi manakala semua lini telah dijalankan dengan korup? Tak ada lagi yang layak dipercaya. Tak ada lagi keteladanan para pemimpinnya. Hampir semuanya telah menjadi penjarah negerinya sendiri. Reformasi yang diharapkan bisa mengurangi benalu yang ada, ternyata sia-sia. Haruskah pohon ini ditebang habis saja. Sungguh mengerikan kalau sampai hal itu terjadi. Benar-benar tak ada lagi harga diri negeri ini.

Kalau semua hukum yang ada sudah tak lagi dihormati maka kemungkinan negeri ini pada saatnya akan tergilas oleh hukum alam. Rakyat berhak untuk menuntut dan menentukan eksistensi negeri ini. Mereka pemilik sah negeri ini. Jika hal itu yang terjadi tak ada yang bisa dan boleh menyalahkannya. Apakah akan terjadi seperti itu? Rakyat yang bisa menjawabnya.

Salam damai penuh cinta.

***
Solo, Minggu 6 Oktober 2013
Suko Waspodo

Meniti Pelangi Cinta















sapamu kembali hadir merdu awali hari
menyejukkan kemarau rasaku kala dini
hapuskan semua  yang merisaukan hati
tembang cinta lembut sendu menghiasi

simponi kedamaian merasuki kerinduan
alunan nada asmara semaikan keindahan
membasuh gundah usang kian tersucikan
kemilau cahaya niscaya pendar ketulusan

sepoi irama alam membelai rindu dendam
halus sentuh kalbu laksana belai manikam
berpagut hasrat kita dalam indah semayam
lupakan masa lalu singkirkan tatkala kelam

hangat kebahagiaan teriring syahdu syair
membuai gejolak naluri dalam bayu semilir
satukan perbedaan cita dalam cinta terukir
meniti indah pelangi cinta kita tanpa akhir

***
Solo, Minggu, 6 Oktober 2013, 08:45
'salam hangat penuh cinta'
Suko Waspodo
pepnews
ilustrasi: zettyzetty
 

Sabtu, 05 Oktober 2013

Berlalu dalam Sunyi












malam terasa sepi mengurung diriku
menerawang anganku pada hadirmu
namun hanya ada ruang kosong di hati
kian terasa nyeri perihku  menggayuti

haruskah hari-hari indah jadi menyiksa
karena tak ada lagi sapamu yang teduh
semenjak engkau berusaha menjauh
salahkah aku yang amat mencintaimu

mengapa harus aku miliki perasaan ini
kalau hanya akan berujung kepedihan
kehampaan kembali hempaskan jiwa
tak berdaya dalam hari-hari tanpa arti

malam serasa tak beranjak menjadi pagi
mata tak bisa terpejam menahan rindu
aku membutuhkanmu  belahan jiwaku
tak ingin hidupku berlalu dalam sunyi

***
Solo, Sabtu, 5 Oktober 2013. 12:46 pm
'salam hangat penuh cinta'
Suko Waspodo
pepnews
ilustr: fineartamerica

Jumat, 04 Oktober 2013

Suffix –ist dan Akhiran –i/wi


Beberapa hari yang lalu terjadi perdebatan yang cukup sengit di Kompasiana terkait dengan artikel saudara Sutomo Paguci yang berjudul Mana Ada Islamis Dukung Jokowi. Perdebatan terjadi terkait dengan penyebutan atau penggunaan kata islamis.

Dalam kesempatan kali ini saya tidak akan mencampuri perdebatan yang terjadi antara saudara Sutomo Paguci dengan penentangnya karena itu adalah wilayah politik dan agama yang sangat sensitif di negara ini. Saya akan membahas aspek bahasanya atau lebih tepatnya masalah penggunaan akhiran –is dalam kata islamis.

Suffix –ist

Suffix atau akhiran –ist hanya ada dalam Bahasa Inggris. Suffix –ist adalah akhiran yang ditambahkan pada noun (kata benda/nomina) tertentu untuk membentuk noun baru yang menyatakan ahli tentang yang dinyatakan oleh noun asalnya. Diserap ke dalam Bahasa Indonesia, kata benda Bahasa Inggris dengan suffix –ist itu ditulis dengan –is.
Contoh:
  • piano + -ist —> pianist —> pianis
  • cartoon + -ist —> cartoonist —> kartunis
  • column + -ist —> columnist —> kolumnis
  • commune + -ist —> communist —> komunis
  • art + -ist —> artist —> artis
  • islam + -ist —> islamist —> islamis
Akhiran –i/wi

Akhiran –i/wi adalah akhiran dalam Bahasa Indonesia yang tugasnya sebagai pembentuk kata sifat (adjektiva) dari kata benda (nomina) tertentu.
Contoh:
  • alam + -i —> alami
  • dunia + -wi —> duniawi
  • hewan + -i —> hewani
  • surga + -wi —> surgawi
  • islam + -i —> islami
Perlu diketahui bahwa dalam Bahasa Indonesia tidak ada akhiran –is melainkan hanya penulisan kata dari Bahasa Inggris yang berakhiran –ist diserap dan ditulis dengan –is seperti contoh di atas. Selain itu ada juga kata-kata dalam bahasa Indonesia yang memakai –is yang bukan akhiran tetapi merupakan terjemahan dari kata-kata sifat Bahasa Inggris yang berakhiran –al.
Contoh: 
  • logical —> logis
  • lyrical —> liris
  • magical —> magis
Demikian tulisan kecil dan sederhana ini semoga bisa sedikit membantu masalah kesalahpahaman dalam memahami penggunaan kata islamis pada artikel yang saya sebutkan di atas khususnya dan pemahaman penggunaan suffix –ist maupun akhiran –i/wi secara keseluruhan.

Salam damai penuh cinta.

***
Solo, Jumat, 4 Oktober 2013
Suko Waspodo
antologi puisi suko
kompasiana
pepnews

Pagar Makan Tanaman

kian miris hati melihat situasi negeri ini
keserakahan dipertontonkan tanpa risi
tak ada jeri pejabat melakukan korupsi
meski dari kanan kiri terus dicaci maki

rakyat telah sandarkan harap padamu
untuk menjaga tegak hukum kita selalu
namun ternyata tak punya malu dirimu
kau embat juga uang yang bukan hakmu

begitu rakusnya engkau dengan nafsumu
nyata tak sedikit uang rakyat untuk gajimu
gemerlap duniawi  butakan mata hatimu
kau pelihara selalu perilaku laknat iblismu

kepada siapa lagi rakyat tumpukan harapan
manakala penjaga hukum telah lupa daratan
jangan salahkan kalau rakyat turun ke jalan
karena nyata pagar telah makan tanaman

***
Solo, Jumat, 4 Oktober 2013. 08:19 am
'salam kritis penuh cinta'
Suko Waspodo

Terima Kasih untuk Elex Media Komputindo dan Kompasiana


Dalam kesempatan tulisan saya kali ini perkenankanlah pertama saya meminta maaf kepada Elex Media Komputindo (EMK) dan Kompasiana karena telah membuat tulisan satire yang keras “Dahsyat! Tulisanku tentang Jokowi Dihargai 155.000 Rupiah”. Tidak ada maksud buruk saya dalam menulis artikel itu, semua hanya karena kecintaan saya kepada EMK dan Kompasiana. Saya tidak ingin EMK sebagai penerbit besar dan Kompasiana sebagai satu-satunya media warga paling terkemuka terkesan melecehkan karya intelektual. Sungguh itu semua hanya untuk menjaga nama baik EMK dan Kompasiana agar buku “Jokowi (Bukan) untuk Presiden” dapat tebit dan beredar dengan lancar tanpa ganjalan dari para penulisnya.

Selanjutnya dalam kesempatan ini pula saya menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada EMK dan Kompasiana yang telah berkenan akan meninjau kembali Surat Perjanjian Penerbitan yang termuat dalam emailnya kepada kami sebagai berikut:

Dear Kompasianer,

Dengan ini kami ingin memberitahukan kepada para penulis buku ”Jokowi (Bukan) untuk Presiden” yang telah terbit pada 16 September 2013 untuk menangguhkan (Hold) Surat Perjanjian Penerbitan (SPP) yang kami kirimkan beberapa waktu lalu.

Hal ini kami lakukan karena beberapa keluhan dari sebagian penulis yang merasa tidak nyaman dengan perjanjian tersebut terutama menyoal nominal honorarium (flat fee/bayar putus) dan durasi pengalihan hak cipta (10 tahun).

Saat ini, kami mencoba meninjau ulang SPP itu dan akan melakukan diskusi dengan pihak penerbit Elexmedia Komputindo selaku penerbit buku tersebut. Kami akan menginformasikan kepada Anda sekalian apabila ada keputusan tentang kesepakatan baru.

Terima kasih

Saya pribadi bisa menerima niat baik dari EMK serta Kompasiana dalam email tersebut dan semoga juga teman-teman kompasianer lain yang menulis di buku “Jokowi (Bukan) untuk Presiden”. Ini semua menjadi pembelajaran yang sangat berharga bagi kita bersama. Semoga kolaborasi ini menjadi langkah awal yang baik dalam kerjasama selanjutnya antara Kompasiana dengan EMK, para penulis dengan Kompasiana maupun para penulis secara pribadi dengan EMK. Mari kita jaga kebersamaan yang baik yang selama ini telah kita jalin dengan Kompasiana dan selanjutnya juga kerjasama yang terus kita langsungkan dengan Elex Media Komputindo.

Akhirnya, sekali lagi terima kasih untuk Elex Media Komputindo dan Kompasiana atas kerjasamanya dalam penerbitan buku “Jokowi (Bukan) untuk Presiden”, semoga menjadi buku yang Best Seller.

Salam damai penuh cinta

Foto: dok. pribadi.

***
Solo, Kamis, 3 Oktober 2013
Suko Waspodo

Kamis, 03 Oktober 2013

Jumpa Kedua
















kusibak kemilau rikma indahmu bergetar hatiku
ada kelembutan terpancar pada wajah teduhmu
jumpa kedua kita semakin kuatkan kerinduan asa
gairah memenuhi dekap erat hangatkan cinta kita

kukecup keningmu lembut kurasakan debar kalbu
ketulusanmu mengalir  yakinkan kita mesti berpadu
meski sadari kebersamaan ini memang tak mudah
namun kebahagiaan kita pasti bukan hal yang salah

kukulum hangat bibir ranum indah merekah basah
tak ingin saat kita berlalu sepi tanpa cumbuan mesra
hapus segala nyeri kepedihan yang pernah singgah
nikmati padu raga dalam belaian penuh gejolak rasa

kupeluk asmaramu dalam ungkap gairah tak bertepi
kerinduan kita tertumpah dalam dekap kuat naluri
saling merengkuh kehendak tuk kian rekatkan cinta
perpaduan rindu kita tak hanya sesaat jumpa kedua

***
Solo, Kamis, 3 Oktober 2013, 09:40
'salam hangat penuh cinta'
Suko Waspodo
pepnews
ilustrasi: ArtPics On Fb