Mencermati situasi negeri ini
rasanya tak hanya memalukan tapi sudah sangat mencemaskan sekaligus mengerikan.
Negeri yang semakin berantakan karena dikelola oleh para koruptor serakah tanpa
lagi punya nurani.
Ibarat sebuah pohon, negeri ini
sudah menjadi pohon yang penuh benalu, sehingga tak tampak lagi pohon aslinya.
Seluruh dahan, cabang dan rantingnya telah ditempeli benalu. Tak tampak lagi
jenis pohon aslinya. Seluruh bagian telah dipenuhi tumbuhan parasit ini dan
yang lebih dahsyat benalunya berwarna-warni, ada benalu hijau, biru, merah,
kuning, hitam dan warna-warni lainnya. Semuanya saling berebut menghisap sari
makanan pohon itu sehingga tidak mampu lagi berbuah yang bisa dinikmati.
Kekayaan dan kedaulatan negeri
ini telah dijarah oleh penyelenggaranya yang super korup dengan perilaku serakahnya.
Para politisi culas hijau, biru, merah, kuning, hitam dan warna-warni yang lain
tanpa malu menggunakan jabatan dan pengaruhnya terus menguras uang rakyat.
Segala cara dihalalkan meski mereka mengaku bertuhan. Semua peraturan
perundangan dan hukum dilanggar meski mereka sejatinya penyusun undang-undang
serta hukum itu dan mesti menjaga tegaknya.
Masih pantaskah menyebut diri
negara, apalagi negara hukum manakala para penyelengara negaranya dengan
terang-terangan melanggar hukum demi memperkaya diri. Masihkah merasa bangga
sebagai negara yang agamis manakala segala cara dilakukan dengan penuh
kesetanan? Pohon itu tak lagi layak sebagai pohon karena sudah tidak lagi
berbuah dan kehilangan jatidiri. Hidupnya tak lagi sehat digerogoti
berwarna-warni benalu.
Bagaimanakah untuk menyehatkan
pohon itu kembali? Biasanya harus dengan memotong dahan, cabang atau ranting
yang berbenalu. Namun masalahnya adalah hampir seluruh pohon beserta daunnya
telah dijarah oleh benalu. Kemungkinan lainnya adalah dengan menebang habis
pohon itu dan menanam kembali pohon baru.
Bagian manakah tatanan negeri ini
yang mesti dibenahi manakala semua lini telah dijalankan dengan korup? Tak ada
lagi yang layak dipercaya. Tak ada lagi keteladanan para pemimpinnya. Hampir
semuanya telah menjadi penjarah negerinya sendiri. Reformasi yang diharapkan
bisa mengurangi benalu yang ada, ternyata sia-sia. Haruskah pohon ini ditebang
habis saja. Sungguh mengerikan kalau sampai hal itu terjadi. Benar-benar tak
ada lagi harga diri negeri ini.
Kalau semua hukum yang ada sudah
tak lagi dihormati maka kemungkinan negeri ini pada saatnya akan tergilas oleh
hukum alam. Rakyat berhak untuk menuntut dan menentukan eksistensi negeri ini.
Mereka pemilik sah negeri ini. Jika hal itu yang terjadi tak ada yang bisa dan
boleh menyalahkannya. Apakah akan terjadi seperti itu? Rakyat yang bisa
menjawabnya.
Salam damai penuh cinta.
***
Solo, Minggu 6 Oktober 2013
Suko Waspodo
0 comments:
Posting Komentar