Welcome...Selamat Datang...

Padi organik petani hasil pendampingan kami

Padi Rojolele organik

Lokomotif tua di kota kecil Cepu, Blora

Lokomotif tua yang sekarang kadang-kadang digunakan untuk kereta wisata di lingkunagn perhutani Cepu-Blora.

SATE BUNTEL KHAS SOLO

Lezat dan bikin kita ketagihan.

Jajanan khas Jawa

Jajanan khas Jawa ini sekarang sering disajikan dalam acara formal maupun informal. Lengkap, rasanya bervariasi dan sehat.

Para peserta LDK di Tawangmangu

Latihan Dasar Kepemimpinan diikuti oleh sekitar 30 mahasiswa Surakarta di Tawangmangu pada tahun 2011.

Di Tanah Lot Bali

Refreshing di Bali pada tahun 2010, bersama teman-teman dosen.

Selasa, 29 Juli 2014

Keindahan Bercinta menurut Kamasutra Jawa

Bercinta (making love) sebagai bagian yang penting dalam kehidupan pasangan suami isteri senantiasa menarik untuk dibahas. Kali ini saya akan berbagi pengetahuan tentang keindahan bercinta yang saya peroleh dari Kamasutra Jawa. Berikut ini sebagian tentang asmara, keindahan bercinta, yang mungkin bermanfaat bagi anda.

Asmara Tura
Asmara Tura dalam Kamasutra Jawa disebut juga sengseming pandulu. Maksudnya kedua insan yang bercinta hendaknya dilandasi oleh rasa saling tertarik kepada kecantikan dan ketampanan kedua belah pihak.

Ketika cinta telah bersemi, semuanya tampak indah. Si wanita yang sebenarnya biasa-biasa saja, namun dalam pandangan sang pria akan tampak cantik bagaikan rembulan purnama.

Sang pria yang kecil kerempeng sekalipun, akan tampak bagaikan Arjuna sedang memanah dalam pandangan si wanita.

Sengseming pandulu arti bahasanya adalah kebanggaan pandangan. Sebuah pasangan yang serasi harus saling memiliki rasa kebanggaan terhadap pasangannya.

Asmara Dana
Asmara Dana dalam Kamasutra Jawa disebut juga sengseming pocapan. Syair, puisi dan kata-kata mutiara seringkali dilantunkan oleh sepasang kekasih yang sedang jatuh cinta untuk merayu.

Kata-kata rayuan itu sungguh mempesona dan punya daya magis ajaib yang menimbulkan bukit cinta kasih semakin meninggi.

Kelebihan laki-laki biasanya pada sisi rayuan ini. Pihak perempuan yang sudah memiliki benih cinta pada laki-laki tersebut, biasanya akan terbius dan menyerahkan jiwa raga sepenuh kasih.

Asmara Turida
Asmara Turida dalam Kamasutra Jawa disebut juga sengseming pamirengan. Maknanya kedua insan yang bercinta akan semakin larut dalam asyik masyuk dengan sendau gurau mesra yang membuat rangsangan pada gendang telinga.

Suara yang merdu, desah napas yang syahdu akan membuat kedua pasangan terlena. Sepasang suami istri yang sedang bercinta, akan lebih nikmat jika si istri mengimbangi suami dengan desah-desahan yang terkendali.

Asmara Tantra
Asmara Tantra disebut juga sengseming pangarasan. Kamasutra ini menekankan pentingnya berciuman yang penuh gairah.

Ciuman merupakan pemantik birahi yang paling dahsyat. Kedua insan yang sedang among tresna tidak akan melupakan ciuman, entah itu dahi, pipi, mata, bibir atau bagian tubuh yang lain.

Karena itu, setiap pasangan suami istri hendaknya mempelajari teknik-teknik berciuman. Masing-masing jenis ciuman membawa kenikmatan dan pengaruh psikologis yang berbeda.

Bau tubuh sang kekasih saat tercium waktu bercumbu lebih bermakna daripada parfum paling wangi sekalipun. Yang penting bukan bau badan, karena seseorang yang memiliki bau badan harus sadar diri menjaga tubuhnya dengan berbagai cara tertentu agar pasangan tidak muak.

Bau badan yang kurang sedap akan menghilangkan gairah berciuman dan gairah seksual yang membara.

Asmaragama
Asmaragama disebut juga sengseming salulut. Kamasutra ini menekankan arti puncak dari karonsih adalah salulut, yakni masuknya alat kelamin laki-laki ke dalam alat kelamin perempuan.

Alat kelamin laki-laki sebelum masuk ke dalam liang vagina harus dipastikan empat hal, yakni besar, panjang, keras dan hangat.

Sedangkan alat kelamin perempuan yang mampu memberikan kenikmatan bagi laki-laki adalah yang hangat, empuk dan menyerah.

Asmara Nala
Asmara Nala dalam Kamasutra Jawa disebut juga sengseming nala. Diajarkan agar kedua insan yang bercinta hendaknya dilandasi oleh cinta kasih yang muncul dari lubuk hati masing-masing.

Ketika dua insan saling tergetar jiwanya satu sama lain, maka mereka akan mendapati bagian yang sesungguhnya dalam hubungan karonsih itu.

Seks bukan sekedar untuk menyalurkan hasrat birahi seorang laki-laki dan perempuan, namun merupakan perpaduan dua hati yang saling mencinta dan mendamba.

Makin mendalam cinta keduanya, makin dalam pula rasa kenikmatan seksual yang diperoleh.

Ketika sepasang mata jejaka membentur pandangan sepasang mata seorang gadis, dan pada hati masing-masing ada getaran aneh yang menyelinap tanpa bisa dikendalikan, itulah awal benih cinta bersemi.

Cinta akan menimbulkan perasaan gelisah yang indah, yang hanya akan terjawab dengan bertemunya dua hati tersebut dalam kasih sayang.

Demikianlah tulisan sederhana ini hanya sekedar berbagi pengetahuan bagi anda pasangan suami istri atau calon suami istri. Semoga bermanfaat untuk keindahan jalinan asmara anda.

Salam hangat penuh cinta.

***
Solo, Selasa, 29 Juli 2014
Suko Waspodo

Senin, 28 Juli 2014

Menuntut Menkominfo

Menarik sekali mengikuti informasi yang ditampilkan oleh kawan kompasianer Opa Jappy di sini. Apa yang terjadi benar-benar perilaku berbahaya. Pemostingan berita bohong dan bahkan pemutarbalikan fakta tersebut oleh yang itu-itu layak untuk ditindak lanjuti.

Kita semua tahu bahwa yang itu-itu sangat dekat dengan menkominfo Tifatul Sembiring dan dia  melakukan pembiaran terhadap hal ini. Kita semua yang mendukung kebenaran dan mencintai negeri ini  berhak untuk menuntut menkominfo atas pembiaran tersebut. 

Kita semua yakin pasti menkominfo tahu tentang tindakan nista pemutarbalikan fakta ini. Dia tampaknya dengan sengaja membiarkan situasi ini dan itu berarti dia telah mengabaikan tanggungjawabnya sebagai menkominfo.  Kalau dia terus membiarkan situasi ini maka dia layak untuk dituntut mundur.

Kawan-kawan yang menguasai IT mohon terus menelusuri kasus ini dan membuka kepada media tentang apa yang sesungguhnya terjadi.  Kawan-kawan media yang namanya dicemarkan dalam kasus ini juga layak untuk menuntutnya.

Dalam hal ini kita tidak memihak kepada pasangan Jokowi-JK maupun Prabowo-Hatta melainkan memihak kebenaran. Kita tidak rela rakyat kita diracuni oleh yang itu-itu dengan memperoleh berita yang memutar balik fakta. Mereka, yang itu-itu, sungguh orang-orang yang kotor menjijikkan serta berbahaya bagi negeri ini, kita wajib memusnahkan mereka.

Kita cinta damai tetapi lebih cinta kebenaran.

***
Solo, Senin, 28 Juli 2014

Sabtu, 26 Juli 2014

Alhamdulillah, Prabowo Tidak Menang

Itulah yang terucap secara lahir maupun batin oleh rakyat tatkala akhirnya Prabowo tidak memenangi pilpres di negeri ini. Lebih-lebih apabila kita mencermati perilaku Prabowo dalam menyikapi penetapan KPU. Pernyataan pengunduran dirinya dari pilpres sebelum penetapan oleh KPU namun kemudian tetap menuntut ke MK, sungguh perilaku yang seenaknya sendiri alias waton suloyo.

Lebih berbahaya lagi adalah perilakunya dengan membuat video pidato di Youtube. Kalau kita mencermati maka akan kita rasakan nuansa penghasutan. Berbagai fitnah dia ucapkan di videonya itu. Berbicara tentang pentingnya menjunjung demokrasi tetapi nyatanya mencederai pilpres. Menilai KPU tidak jujur dan terlibat politik uang, padahal kenyataan di beberapa daerah justru kubunya yang bagi-bagi uang kepada rakyat menjelang waktu pemungutan suara pilpres yang lalu. Dengan sombongnya dia menyatakan diri setara dengan Mahatma Gandi, Martin Luther King dan Nelson Mandela padahal kenyataannya dia terlibat pelanggaran HAM dalam kasus penculikan mahasiswa dan para aktifis pada tahun 1998. Dan masih banyak lagi pemutarbalikan fakta yang dia sampaikan dalam video di Youtube itu. Sungguh berbahaya!

Sekarang marilah kita mengucap syukur bahwa Prabowo tidak memenangi pilpres. Kita tidak ingin negara ini dipimpin oleh orang yang paranoid seperti dia. Namun kita juga senantiasa harus hati-hati dengan gerakan dia dan antek-anteknya.  Terus kawal rakyat agar tidak terhasut oleh Prabowo.

Salam damai penuh cinta.

***
Solo, Sabtu, 26 Juli 2014
Suko Waspodo

Padamkan Lentera Asa


















hari ini aku tak merangkai larik puisi
hanya menganyam pandan kenangan
tentang sua jiwa raga kita di awal pagi
lepaskan rindu dalam nyaman pelukan

hari ini aku tak menyulam aksara
hanya merajut senyum kebahagiaan
manakala cinta terenda tanpa suara
padukan rasa lewat tatap dan kecupan

hari ini aku tak merakit indah kalimat
biarlah kata tercekat di pangkal lidah
hanya ingin membungkam kuat hasrat
lesapkan bersama hati berwajah gundah

hari ini aku tak melukis tentang rindu 
karna bayangmu masih menemaniku
hanya berharap jemarimu hapus laraku
lalu padamkan lentera asa di batinku

***
Solo, Sabtu, 26 Juli 2014
‘salam hangat penuh cinta’
Suko Waspodo & …

Jumat, 25 Juli 2014

Kubu ‘Sirik’ Prabowo

Sirik maknanya adalah iri hati disertai rasa dengki terhadap keberhasilan orang lain. Situasi itulah yang terjadi dan menjangkiti mereka yang berada pada kubu capres-cawapres kalah Prabowo-Hatta.

Berbagai fitnah mereka kepada kubu pemenang Jokowi-JK masih terus bermunculan di media. Perkembangan ketidak siapan mereka akan kekalahan terungkap juga dalam menanggapi ucapan selamat para pemimpin dunia kepada Jokowi. Hal itulah yang  bisa kita anggap perilaku sirik.

Kubu capres-cawapres Prabowo Subianto-Hatta Rajasa mempertanyakan esensi mengucapan selamat dari para pemimpin dunia kepada Joko Widodo dan Jusuf Kalla. Juru bicara tim pemenangan Prabowo-Hatta, Tantowi Yahya menegaskan bahwa penetapan Komisi Pemilihan Umum terkait pemenang Pemilu Presiden masih dalam wilayah sengketa. Tim hukum Prabowo-Hatta masih akan mengajukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi. "Bagi saya aneh, sekaligus mengundang pertanyaan, ketika hasil Pilpres masih dalam sengketa, para pimpinan dunia telah menyampaikan ucapan selamat," ujar Tantowi, Kamis 24 Juli 2014.

Wakil Ketua Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat itu menilai, pelaksanaan Pemilu Presiden 2014 berlangsung dengan penuh kecurangan. Berdasarkan catatan tim, ada 21 juta suara bermasalah di lebih dari 52.000 tempat pemungutan suara di hampir semua wilayah di lndonesia. "Itu adalah salah satu bukti ketidaksiapan dan ketidaksigapan KPU (Komisi Pemilihan Umum) dalam menyelenggarakan Pilpres," kata dia.

Selain itu, menurut Tantowi, untuk pertama kalinya pula persentase partisipasi rakyat di Pilpres lebih rendah dari Pemilu Legislatif. "Cacatnya penyelenggaraan Pipres kali ini diperparah pula dengan sikap partisan komisioner KPU terhadap salah satu capres, dan sikap mereka yang tidak akomodatif terhadap keberatan-keberatan atas hasil rekap yang kami ajukan," kata Tantowi.

Kabar  kemenangan Joko Widodo menjadi orang nomor satu di RI tentu saja sudah didengar oleh para pemimpin dunia. Mereka pun menyambut hangat kemenangan Gubernur DKI Jakarta itu sebagai Presiden baru menggantikan Susilo Bambang Yudhoyono. Mereka menyampaikan selamat kepada Jokowi-JK yang terpilih menjadi Presiden dan Wakil Presiden baru.

Apa yang dilakukan oleh para pemimpin dunia tersebut sebenarnya wajar saja. Dan adalah hak mereka untuk memberi ucapan selamat kepada Jokowi-JK. Yang justru aneh adalah pernyataan kubu Prabowo-Hatta lewat Tantowi Yahya di atas. Silahkan saja mereka mempermasalahkan hasil pilpres dan menuntutnya di MK tetapi tentu tidak perlu mempermasalahkan orang lain yang memberi ucapan selamat kepada pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla. Seharusnya mereka justru introspeksi diri dan bahkan malu saat beberapa waktu yang lalu mengadakan perayaan kemenangan.

Perilaku sirik ternyata tidak hanya bisa menjangkiti orang kecil dan rendah pendidikan tetapi ternyata menjangkiti secara akut kubu Prabowo-Hatta, yang tentu saja kita tahu mereka adalah orang-orang yang sangat berpendidikan. Sungguh memalukan kalau kita mencermati situasi ini. Marilah kita belajar dari situasi ini dan jangan meniru perilaku mereka.

Salam damai penuh cinta.

***
Solo, Jumat, 25 Juli 2014
Suko Waspodo

Menjilat Ludah Sendiri?

Menjilat ludah sendiri dalam arti nyata tentu sangat menjijikkan, dalam arti kiasan juga tak kalah menjijikkannya. Itulah yang terjadi dengan perilaku Ahmad Dhani, Amien Rais dan Debby Rhoma.

Terkait dengan pilpres yang lalu Ahmad Dhani, Amien Rais dan Debby Roma membuat pernyataan nazar yang kontroversial. Ahmad Dhani  lewat kicauan di Twitter-nya bernazar akan potong ‘burung’ (kemaluan) nya apabila Jokowi memenangi pilpres. Demikian juga  dengan pernyataan Profesor Amin Rais.  Mantan Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat dan tokoh Muhammadiyah itu, menuai kecaman banyak orang terkait dengan dukungannya kepada Prabowo Subianto. Padahal dahulu, Amien dikabarkan pernah mendesak agar Prabowo diseret ke Mahkamah Militer karena dinilai mengetahui dan bertanggung jawab atas penculikan para aktivis. Namun Amien mengatakan tak pernah membuat pernyataan seperti itu. Amien pun menantang agar penudingnya memperlihatkan kliping koran, rekaman radio, atau televisi, yang memuat pernyataannya yang menyudutkan Prabowo. Kalau terbukti ada, ia akan jalan kaki bolak-balik Jakarta-Yogyakarta.  Dan ternyata ada bukti kliping pemberitaan Koran Republika tentang pernyataan Amien Rais waktu itu.

Sementara itu putri raja dangdut Rhoma Irama, Debby Rhoma, pernah menulis di Facebook-nya akan pindah ke luar negeri jika Jokowi menjadi presiden. “Jika Joko Widodo nyapres  dan  jika tidak ada Rhoma Irama dalam bursa capres 2014 saya bertekad untuk pindah dari Jakarta,  dan  jika Joko Widodo terpilih menjadi Presiden 2014 maka saya bertekad untuk pndah negara.  Sebagai warga Jakarta berharap mempunyai Gubernur yang istiqomah, yang komit dengan janjinya memimpin Jakarta setidaknya 1 periode, bukan setengah atau seperempat periode… .” tulisnya pada 13 Mei 2014. Setelah hasil rekapitulasi suara di Komisi Pemilihan Umum di provinsi menunjukkan Jokowi lebih unggul, sejumlah netizens menagih janji Debby.

Banyak kalangan kemudian menanyakan tentang pemenuhan janji Ahmad Dhani  terkait Jokowi telah memenangi pilpres. Inilah reaksi Ahmad Dhani. Dhani menjelaskan, bahwa capture kicauan yang tersebar luas ke berbagai media sosial tersebut adalah palsu dan bukan dirinya yang melakukan hal tersebut serta telah dimanipulasi. Dan lebih lanjut bahkan Dhani meminta semua media yang telah memberitakan tentang potong ‘burung’ agar membuat pernyaan minta maaf di media masing-masing. Kompasiana telah melakukannya Kamis, 24 Juli 2014.

Namun yang menarik dan aneh adalah mengapa Dhani baru menyatakan bahwa kicauan itu palsu setelah terbukti Jokowi menang dan banyak kalangan menagih nazarnya. Mengapa tidak menyanggahnya saat kicauan itu beredar lama sebelum kemenangan Jokowi. Entahlah siapa yang benar, tetapi yang pasti Kompasiana sudah membuat pernyataan maaf. Biarlah Tuhan yang tahu tentang kebenarannya.

Sedangkan Debby mengingkari janjinya dengan menjelaskan mengenai statusnya yang akan pindah warga negara lantaran kesal terhadap Jokowi tak menuntaskan tanggung jawabnya di Ibukota. Padahal, sebut Debby, ia mengagumi sejumlah program pelayanan publik yang dianggapnya banyak kemajuan pada era kepemimpinan Jokowi. “Saat orang lagi senang-senangnya, tahu-tahu Jokowi meninggalkan kita semua di Jakarta untuk jadi capres. Sebagai warga Jakarta, saya sangat kesal. Jadi, saya tuangkan dalam tulisan itu,” ujar Debby. Debby mengaku tak sungguh-sungguh hendak pindah kewarganegaraan. Menurut dia, tulisannya di Facebook hanyalah wujud emosi sesaat. Dia pun tak menyangka tulisannya itu akan menjadi buah bibir banyak orang dan diberitakan di beberapa media online.”Pindah ke luar kota saja sama ayah saya enggak boleh karena saya punya anak kan,” katanya.

Mengenai Profesor Amien Rais, sampai saat ini belum ada pernyataannya terkait janjinya jalan kaki bolak-balik Jakarta-Yogyakarta. Kita yakin bahwa Amien Rais pasti tidak akan memenuhi  janjinya. Jangankan jalan kaki Jakarta-Yogyakarta, jalan kaki dari rumahnya  ke tempat kerjanya di kampus UGM saja belum tentu kuat. Kita semua tahu beliau sudah sepuh.

Inilah kenyataan menarik tentang begitu mudahnya orang membuat pernyataan janji dan kemudian mengingkarinya. Kemajuan teknologi komunikasi dan informasi begitu canggih dan semuanya jadi sangat terbuka namun menjilat ludah sendiri  justru sering dilakukan. Menjijikkan.

Salam damai penuh cinta

***
Solo, Jumat, 25 Juli 2014
Suko Waspodo

Kabinet Usulan Rakyat

Joko Widodo-Jusuf Kalla telah memenangi laga pilpres 2014. Kemenangan pasangan ini sebagian besar didukung oleh ribuan komunitas relawan. Para relawan bukan hanya ambil bagian dalam kampanye dan pendanaan. Namun, mereka juga terlibat aktif mengawasi proses penghitungan suara.

Kemungkinan perkembangan politik Indonesia mutakhir bukan hanya diwarnai oleh kehadiran sosok Jokowi, namun juga munculnya partisipasi relawan yang luar biasa. Kini, para relawan terus mengawal perjalanan politik pasangan pilihan mereka ini dengan berbagai cara.

Jokowi Center dan Radio Jokowi memutuskan untuk ikut mengawal proses penjaringan nama-nama calon menteri yang dianggap layak oleh rakyat. Pemilihan menteri memang hak prerogatif Presiden. Namun bukan berarti rakyat tidak bisa berpartisipasi.

Di dalam memilih daftar nama calon-calon menteri ini, kami melakukan diskusi intensif dengan berbagai kalangan: aktivis, intelektual, wartawan dan juga para politikus. Nama-nama ini kami hadirkan, dan anda kami persilahkan untuk memilihnya sebagai bagian dari keterlibatan politik.

1. Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan
  •     Jenderal TNI Budiman
  •     Jenderal TNI Dr. Moeldoko
  •     Jenderal TNI (Purn) Sutiyoso
  •     Yang lain:
2. Menteri Koordinator Perekonomian
  •     Chairul Tanjung
  •     Prof. Dr.(H.C.) Dahlan Iskan
  •     Gita Irawan Wirjawan
  •     Yang lain:
3. Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat
  •     Drs. H. A. Muhaimin Iskandar, M.Si
  •     Dr. Ir. Kuntoro Mangkusubroto, MSIE., MSCE.
  •     Prof. Dr. Alwi Shihab
  •     Yang lain:
4. Menteri Dalam Negeri
  •     Dr. Abraham Samad, S.H., M.H
  •     Dr (HC). Agustin Teras Narang, SH
  •     Prof. Dr. Pratikno, M.Soc. Sc
  •     Yang lain:
5. Menteri Luar Negeri
  •     Don K. Marut, MA, M.Phil.
  •     Drs. Makmur Keliat, Ph.D
  •     Dr. Raden Mohammad Marty Muliana Natalegawa, M.Phil, B.Sc
  •     Yang lain:
6. Menteri Pertahanan
  •     Andi Widjajanto, S.Sos., M.Sc
  •     Mayor Jenderal (Purn) TB Hasanuddin
  •     Jenderal TNI (Purn.) Ryamizard Ryacudu
  •     Yang lain:
7. Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia (HAM)
  •     Dr. Artidjo Alkostar, SH., LLM
  •     Prof. Dr. Saldi Isra, S.H., MPA
  •     Dr. Zainal Arifin Mochtar, SH., LLM
  •     Yang lain:
8. Menteri Keuangan
  •     Prof. Dr. Hendrawan Supratikno
  •     DR. Ir. Raden Pardede, Ph.D
  •     Agus Martowardojo
  •     Yang lain:
9. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)
  •     Dr. Ir. Arif Budimanta, MSc
  •     Ir. Luluk Sumiarso
  •     Dr. Ir. Tumiran, M.Eng.
  •     Yang lain:
10. Menteri Perindustrian
  •     Anton Joenoes Supit
  •     Dr. Poempida Hidayatulloh, B.Eng (Hon), PhD, DIC
  •     Prof. Dr. Ir. Tri Yogi Yuwono, DEA
  •     Yang lain:
11. Menteri Perdagangan
  •     Dr. Mari Elka Pangestu, Ph.D
  •     Soetrisno Bachir
  •     Dr. Sri Adiningsih
  •     Yang lain:
12. Menteri Pertanian
  •     Arif Wibowo
  •     Prof. Dr. Bustanul Arifin
  •     Dr. Ir. Iman Sugema, M.Sc.
  •     Yang lain:
13. Menteri Kehutanan
  •     Prof. Dr Ir. Frans Wanggai
  •     Dr. Mohamad Prakosa
  •     Dr. Satyawan Pudyatmoko, M.Sc
  •     Yang lain:
14. Menteri Perhubungan
  •     Marsekal TNI (Purn) Chappy Hakim
  •     Prof. Dr. Tech. Ir. Danang Parikesit M. Sc.
  •     Ignasius Jonan
  •     Yang lain:
15. Menteri Kelautan dan Perikanan
  •     Prof. Dr. Ir. Jamaluddin Jompa, M.Sc
  •     Dr. Kadarusman, P.hD
  •     Prof. Dr.Ir. Rokhmin Dahuri, MS.
  •     Yang lain:
16. Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
  •     Rieke Dyah Pitaloka
  •     Dr. Rizal Sukma
  •     Wahyu Susilo
  •     Yang lain:
17. Menteri Pekerjaan Umum
  •     Dr. Bayu Krisnamurthi, M.Si
  •     Dr. Ing. Ilham Akbar Habibie, MBA
  •     Tri Mumpuni Wiyatno
  •     Yang lain:
18. Menteri Kesehatan
  •     Prof. DR. Fasli Jalal
  •     dr. Ribka Tjiptaning
  •     Prof. dr. Ali Ghufron Mukti, M.Sc., Ph.D.
  •     Yang lain:
19. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
  •     Prof. Dr. Abdul Munir Mulkhan
  •     Dr. Hilmar Farid
  •     Yudi Latif, MA, PhD.
  •     Yang lain:
20. Menteri Sosial
  •     Dadang Juliantara
  •     Eva Kusuma Sundari
  •     Ir. Hasto Kristiyanto, MM
  •     Yang lain:
21. Menteri Agama
  •     Prof. Dr. Azyumardi Azra, M
  •     Drs. H. Lukman Hakim Saifudin
  •     Siti Maulida
  •     Yang lain:
22. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
  •     Garin Nugroho
  •     Jeffrie Geovanie
  •     Mira Lesmana
  •     Yang lain:
23. Menteri Komunikasi dan Informatika
  •     Drs. Ferry Mursyidan Baldan
  •     Nezar Patria, MA
  •     Ir. Onno W Purbo. M.Eng, PhD.
  •     Yang lain:
24. Menteri Sekretaris Negara
  •     Maruarar Sirait, S.IP
  •     Ir. H. Pramono Anung Wibowo MM
  •     Dr. H. Yuddy Chrisnandi, ME
  •     Yang lain:
25. Menteri Riset dan Teknologi
  •     Dr. I Gede Wenten
  •     Dr.Eng. Romi Satria Wahono, B.Eng.,M.Eng
  •     Prof. Yohannes Surya, Ph.D.
  •     Yang lain:
26. Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM)
  •     Abdul Kadir Karding, S.Pi, M.Si
  •     Dra. Khofifah Indar Parawansa
  •     Nusron Wahid, SS.
  •     Yang lain:
27. Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Anak
  •     Lies Marcoes Natsir, MA
  •     Nani Zulminarni, MA
  •     Puan Maharani
  •     Yang lain:
28. Menteri Lingkungan Hidup
  •     Chalid Muhammad
  •     Charlie Heatubun, Ph.D
  •     Drs. Ir. Dodo Sambodo, MS
  •     Yang lain:
29. Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
  •     Dr. Eko Prasojo
  •     Ir. Tri Rismaharini, M.T
  •     Agung Adi Prasetyo
  •     Yang lain:
30. Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal
  •     Drs. Akbar Faizal, M.Si
  •     Drs. Andrinof Achir Chaniago, M.Si
  •     Indra Jaya Piliang, SS, M.Si
  •     Yang lain:
31. Menteri Perencanaan dan Pembangunan Nasional
  •     Aviliani, SE, M.Si.
  •     Faisal Basri.,SE.,MA
  •     Dr. Revrisond Baswir
  •     Yang lain:
32. Menteri Perumahan Rakyat
  •     Prof. Rhenald Khasali, Ph.D.
  •     Prof. Ir. Suprihanto Notodarmojo, Ph.D.
  •     Mochamad Ridwan Kamil, ST, MUD.
  •     Yang lain:
33. Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
  •     Dr. Hendri Saparini
  •     Dr. Kurtubi
  •     Emirsyah Satar
  •     Yang lain:
34. Menteri Pemuda dan Olahraga
  •     Adhie MS
  •     Anies Rasyid Baswedan Ph.D.
  •     Herry Zudianto, SE.Akt, MM
  •     Yang lain:
Selamat memilih, tetap tersenyum dan tetap mendukung Jokowi-Jusuf Kalla untuk Indonesia yang lebih hebat, mandiri, dan bermartabat.

Salam damai penuh cinta.

***

Solo, Kamis, 24 Juli 2014
Suko Waspodo

Jokowi, Bung Karno dan Musik Rock

Kemenangan Jokowi sebagai presiden Indonesia menjadi kebanggaan tersendiri bagi kaum muda, lebih-lebih para penggemar musik rock di negeri ini. Masyarakat, khususnya kaum muda, mengetahui bahwa Jokowi merupakan seorang penggemar musik cadas yang akut. Media dan musisi metal dunia ikut memberikan selamat dan dukungannya terhadap Joko Widodo yang dinyatakan menang dalam hasil perhitungan suara pemilihan presiden (pilpres) 2014.

Dalam hal selera musik inilah yang membedakan Jokowi dengan Bung Karno. Sejarah kebudayaan negeri ini mencatat ketika jaman Orde Lama, tentu saja presidennya masih Bung Karno, waktu itu musik barat dilarang, karena dianggap musik Nekolim (Neo Kolonialisme dan Imperialisme). Apalagi musik rock! Bung Karno menamakannya musik ‘Ngak-ngik-ngok!’. Kalau ketahuan mendengarkannya, ancamannya penjara. Band Koes Bersaudara, yang selanjutnya bermetamorfosa menjadi Koes Plus, pernah masuk penjara selama beberapa bulan, karena memainkan musik yang tergolong 3N (ngak-ngik-ngok) itu. Padahal lirik lagu-lagu Koes Bersaudara hampir semuanya berbahasa Indonesia, hanya iramanya memang nge-rock seperti lagu-lagunya Bill Halley, dan beberapa lagunya Everly Brothers yang sedang ngetop saat itu.

Di jaman Orde Baru hingga saat ini musik di Indonesia berkembang bebas. Semua jenis musik, termasuk musik rock dengan leluasa berkembang dan boleh digemari oleh siapa pun. Jokowi akan menjadi presiden pertama di negeri ini yang sangat menggemari aliran musik cadas ini. Hal ini bisa kita lihat dari kegemarannya menonton pentas musik jenis ini. Saat menjadi walikota Solo pada tahun 2011dia menyempatkan diri menonton pentas musik rock di Alun-alun Solo. Waktu itu salah satu grup band rock yang tampil adalah Lamb of God. Jokowi menonton layaknya penonton biasa, berbaur dengan para rock mania.Tahun lalu saat Guns N Roses serta Metallica tampil di Jakarta, dia juga menyaksikan penampilan mereka yang juga merupakan band-band yang dia gemari. Bahkan ada peristiwa menarik, Jokowi mendapat hadiah sebuah gitar bass dari Robert Trujillo, bassist band Metallica.  Namun gitar bass tersebut kemudian oleh Jokowi diserahkan kepada KPK agar tidak dituduh menerima gratifikasi.

Mengenai ‘marhaenisme’, keberpihakan kepada rakyat kecil, Jokowi memang sama dengan Bung Karno namun dalam hal selera musik mereka berseberangan. Bung Karno sangat anti musik rock sedangkan Jokowi sangat mendukung dan bahkan menikmatinya.

Karena kegemarannya terhadap musik rock inilah yang antara lain membuat dia didukung oleh para musisi negeri ini dan secara lebih luas oleh kaum muda. Konser musik dua jari di Gelora Bung Karno Jakarta pada hari penutup masa kampanye pilpres yang lalu, yang dimeriahkan oleh grup band Slank dan para artis terkemuka Indonesia dihadiri oleh puluhan ribu orang.  Berdasarkan survei, konser inilah yang berhasil mendongkrak drastis elektabilitas Jokowi pada pilpres yang lalu.

Musik rock memang pada umumnya identik dengan kaum muda yang enerjik. Kecintaan Jokowi pada musik rock membuat dia dicintai oleh kaum muda yang pada ujungnya menjadi bagian yang penting dalam kemenangan Jokowi menjadi presiden Indonesia. Kedekatannya dengan kaum muda akan menjadi suatu hal yang dahsyat dalam arah negeri ini di masa depan. Kepemimpinan yang didukung oleh kaum muda akan menjadi landasan kuat dalam meraih Indonesia hebat.

Selamat berjuang presiden yang dicintai kaum muda. Tunjukkan kepada kaum muda negeri ini teladan kejujuran, kesederhanaan dan keberpihakan kepada rakyat kecil.

Salam tiga jari. Metal!

***
Solo, Kamis, 24 Juli 2014
Suko Waspodo

Teman Sekolahku Menjadi Presiden



















Joko Widodo ...
teringat kembali kala itu
masa kita bersama menuntut ilmu
di SMA negeri enam Solo selalu bertemu

sahabatku …
engkau pribadi yang bersahaja
meski prestasi sekolahmu luar biasa
tidak ada kesan untuk menjadi jumawa

saudaraku …
perilakumu yang sangat santun
kadang membuat engkau terlihat culun
namun kuyakin suara hatimu yang menuntun

Jokowi muda …
pasti  di benakmu tak pernah terlintas
bercita-cita menjadi pemimpin yang teratas
di negara yang kala itu rakyatnya tak mampu bebas

Jokowi presidenku …
jaman memang terbukti pasti berubah
engkau sekarang menjadi pelaku nyata sejarah
di tanganmu negeri ini pasti akan menemukan arah

wahai pemimpin rakyat …
jangan engkau kecewakan dukungan kami
tetaplah berpihak kepada rakyat pemilik pertiwi
bersama menata negeri menjadi bangsa yang mandiri

***
Solo, Rabu, 23 Juli 2014
‘salam hangat penuh cinta’

Say ‘No’ to PKS

Menjelang penetapan pemenang pilpres, reaksi Prabowo sudah semakin mereda dan terlhat dapat menerima kekalahan, namun yang menarik adalah reaksi kebingungan Partai Keadilan Sejahtera (PKS). PKS kebingungan tidak memperoleh posisi dalam pemerintahan presiden Joko Widodo.

Reaksi norak sekaligus tidak punya malu bisa kita lihat pada pernyataan Tifatul Sembiring,  anggota majelis syuro PKS, yang mengatakan bahwa PKS terbuka untuk bergabung dengan PDI-P mendukung pasangan Jokowi-Jusuf Kalla.  Meski kita tahu bahwa memang di politik tidak ada pertemanan abadi tapi kepentingan abadi  namun pernyataan Tifatul  tetap menunjukkan sikap tidak punya malu.

Selama ini dalam kiprah politiknya PKS selalu tidak bersahabat dengan PDI-P, terlebih kepada Jokowi. Hal ini bisa kita lihat dalam pilkada DKI Jakarta yang lalu dan juga dalam kampanye pilpres yang telah lewat. Lebih banyak perilaku negatifnya daripada positifnya. PKS adalah contoh nyata partai paling busuk di Indonesia.

Melihat perkembangan ini sudah selayaknya PDI-P dan terlebih Jokowi untuk hati-hati dengan manuver politik busuk PKS. Jangan korbankan kepercayaan rakyat kepada PDI-P dan Jokowi dengan melacurkan diri bersama PKS. Walaupun kita semua tahu bahwa tidak ada satu pun partai di negeri ini yang bersih tetapi rekam jejak PKS sungguh paling buruk dan menjijikkan. PDI-P dan Jokowi harus benar-benar menyingkirkan PKS dari pemerintahan kalau tidak ingin dikotori mereka.

PKS yang anti pluralitas dan NKRI tidak perlu dipelihara lagi. Silahkan cermati petisi yang mulai muncul untuk tidak memberi kesempatan hidup bagi PKS.  Jangan korbankan kepercayaan rakyat. Selamat datang pemerintahan baru yang berpihak kepada kepentingan rakyat. Say ‘No’ to PKS.

Salam damai penuh cinta.

***
Solo, Selasa, 22 Juli 2014

Prabowo Kekanak-kanakan

Real Count KPU sudah mendekati selesai dan kita tinggal menunggu penetapan hasil pilpres pada tanggal 22 Juli 2014. Tanda-tanda kemenangan pada pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla sudah mulai nampak, bahkan sejak penayangan hasil Quick Count.

Namun proses demokrasi yang relatif lancar dan tertib ini harus tercemari oleh pernyataan dari kubu Prabowo-Hatta yang meminta penundaan waktu penetapan hasil pilpres karena menurut mereka banyak terjadi kecurangan dalam pelaksanaan pemungutan suara dan saat penghitungannya. Hal ini tentu saja menimbulkan persoalan bagi banyak pihak. Prabowo terkesan tidak siap untuk kalah dan cenderung membuat keruh suasana. Dia merasa seolah diperlakukan tidak adil, padahal justru kubunya yang bermain tidak fair.

Prabowo memang terlihat tidak dewasa menerima kekalahan dan bahkan cenderung kekanak-kanakan.  Sesungguhnya sifat kekanak-kanakan itu sudah terlihat sejak mulai kampanye, dengan kampanye hitamnya. Berlanjut dengan penggunaan lembaga survei abal-abal yang mencederai  kaidah keilmuan dengan menampilkan hasil Quick Count yang membohongi. Kemudian saat ini, yang sungguh memalukan dan sekaligus mencemaskan adalah ketidakpercayaan dia terhadap KPU yang berujung meminta penundaan waktu penetapan hasil pilpres.

Penundaan waktu penetapan hasil pilpres hanya akan menimbulkan keresahan pada masyarakat. Pemungutan suara ulang sudah dipenuhi di beberapa tempat sudah mencerminkan itikat baik KPU. Apabila kemudian KPU masih juga akan memenuhi permintaan dari kubu Prabowo-Hatta untuk menunda penetapan pilpres maka berarti  pemerintah, dalam hal ini melalui KPU, telah berpihak kepada Prabowo-Hatta dan mengabaikan rakyat yang sudah mendukung proses demokrasi. Kita berharap KPU tidak menanggapi permintaan kubu Prabowo-Hatta.

Kita harus mengambil hikmah dari situasi ini. Kita tidak ingin negeri ini dipimpin oleh seorang yang kekanak-kanakan dan memaksakan kehendak seperti Prabowo. Kita patut bersyukur bahwa tidak lama lagi kita akan memiliki seorang pemimpin baru yang dewasa, rendah hati, jujur dan merakyat -  Joko Widodo.

Salam damai penuh cinta.

***
Solo, Minggu, 20 Juli 2014
Suko Waspodo

Ingin Kuhapus Masa Kelabu



















sedang apakah engkau disana kekasihku
di sini aku termangu sendu menahan rindu
memandang tatap matamu di potretmu
membuat aku tak ragu akan tulus cintamu

ingin aku berlari menembus ruang dan waktu
agar aku bisa tautkan asmaraku dan asmaramu
menyingkirkan dinding penghalang tuk padu
agar tak ada lagi pemisah bagi cinta kita satu

kan kupersembahkan ketulusan hasratku
untuk mekarkan kembang cinta yang baru
walau engkau masih sulit lepas bebanmu
akan kisah lalu yang masih membelenggu

haruskah engkau terus meratapi lembar lalu
sedang aku berharap tuk membahagiakanmu
masa lalu kini masih terus menjadi milikmu
meski indah rasa telah kita tata menyatu

ijinkan aku tuk menghapus masa kelabu
menata mahligai indah kehidupan baru
pinta kita senantiasa Tuhan kan beri restu
sebiduk kita arungi bahagia cinta abadi selalu

***
Solo_Kudus, Sabtu, 22 Februari 2014
‘salam hangat penuh cinta’
Suko Waspodo & Dinda Pertiwi

Amarah Alam



















dingin membalut malam-malam kita
seakan menuai hutan-hutan yang bisu
sepoi angin membelai wajah purnama  
tak mampu menghapus gundah kian kelu

musim tak lagi bisa dikelabui
dengan bait-bait indah puisi
kalau ingin semaunya berganti
siapapun tak akan mampu menghalangi

dan kita juga yang jadi penyebabnya
merusak semesta dengan beringas
menghalau rimbun rimba raya
tinggal sisakan alam merana meranggas

memperdaya bumi bagai milik pribadi
menguras habis isinya tanpa  kompromi
tak adakah terbersit dalam sudut hati
alam adalah sahabat sejati yang abadi

bumi kian panas menghebat tak terkira
seolah ingin hanguskan kita yang kejam
kita yang kian tamak oleh angkara murka
serakah tak pernah berhenti menjarah alam

jangan salahkan musim
jangan salahkan dingin menggigil
atau panas yang kian menyengat
karena alam telah menjadi korban

nyata kesombongan kita
telah merenggut harmoni semesta
membuat porak poranda persada
yang semakin lemah renta

***
Solo_Kudus, Kamis, 17 Juli 2014
‘salam hangat penuh cinta’
Suko Waspodo & Dinda Pertiwi

Jumat, 18 Juli 2014

Koalisi ‘Takut’ Permanen

Koalisi adalah persekutuan, gabungan atau aliansi beberapa unsur, dimana dalam kerjasamanya, masing-masing memiliki kepentingan sendiri-sendiri. Aliansi seperti ini mungkin bersifat sementara atau berasas manfaat. Dalam pemerintahan dengan sistem parlementer, sebuah pemerintahan koalisi adalah sebuah pemerintahan yang tersusun dari koalisi beberapa partai sedangkan oposisi koalisi adalah sebuah oposisi yang tersusun dari koalisi beberapa partai.

Dengan mengacu pada pengertian koalisi di atas lalu bagaimanakah sejatinya maksud pembentukan koalisi permanen oleh kubu Prabowo-Hatta? Pertama yang perlu kita cermati bahwa koalisi biasanya berlaku pada sistem pemerintahan parlementer dan kurang tepat bagi sistem presidensiil. Kedua, pembentukan koalisi permanen oleh kubu Prabowo-Hatta dibentuk sebelum ada kejelasan siapa yang akan memimpin pemerintahan. Belum jelas siapa yang akan menang menjadi presiden negeri ini. Padahal sebuah koalisi idealnya dibentuk setelah pemerintahan baru terbentuk.

Koalisi Permanen Merah Putih, demikian nama koalisi permanen kubu Prabowo-Hatta, diresmikan pada Senin, 14 Juli 2014 dan ditandatangani di hadapan para petinggi partai pengusung Prabowo-Hatta. Penanda kesepakatan untuk membangun koalisi yang lebih solid, menghadapi kemungkinan kemenangan Pilpres 2014 nanti. Satu per satu petinggi partai pendukungnya itu menyampaikan pidatonya.

Prabowo sendiri diangkat sebagai Ketua Pembina Koalisi Permanen Merah Putih. Koalisi ini beranggotakan Partai Gerindra, PAN, PKS, PPP, PBB, Partai Golkar dan Partai Demokrat. Ketujuh partai ini merupakan pengusung pasangan Prabowo-Hatta pada Pilpres 9 Juli lalu.

Mereka meyakini, melalui Koalisi Permanen Merah Putih ini pemerintahan Prabowo-Hatta nanti akan lebih efisien dan lebih solid. Yang terpenting adalah koalisi ini akan menjaga dan menjalankan amanat Pancasila dan UUD 45.

Dalam Koalisi Permanen Merah Putih ini, posisi Prabowo tetap memegang pucuk pimpinan. Sama seperti di Partai Gerindra. Dia akan menjadi Ketua Dewan Pembina Koalisi Permanen Merah Putih.

Prabowo mengatakan, pembentukan Koalisi Permanen Merah Putih untuk mengawal NKRI, Bhineka Tunggal Ika, dan menjamin adanya pemerintahan yang efisien, stabil dan bisa membawa suatu perbaikan untuk bangsa dan negara.

Itulah yang terjadi di dalam tubuh kubu Prabowo-Hatta. Dengan pembentukan koalisi tersebut seolah mereka ingin menunjukkan bahwa mereka sudah yakin akan memenangi pilpres kali ini, namun sesungguhnya justru sebaliknya menyiratkan rasa ‘takut’. Ketakutan Prabowo dan Gerindra akan kehilangan ‘teman politik’ nya dalam pilpres kali ini karena mereka dikalahkan oleh pasangan Jokowi-JK.  

Perjalanan hidup Koalisi Permanen Merah Putih baru berlangsung 3 hari, ketakutan-ketakutan baru mulai terlihat pada para elite partai di dalam kubu Prabowo-Hatta. Real Count sementara hasil pilpres oleh KPU semakin menunjukkan kemenangan pada kubu Jokowi-JK dan ini membuat ‘galau’ para elit partai di Koalisi Permanen Merah Putih. Bahkan terkesan mulai ketakutan dan mereka memperhitungkan tidak akan memperoleh keuntungan di koalisi tersebut karena Prabowo-Hatta kalah. Maka mulai muncul kasak-kusuk dan perpecahan dan ada kecenderungan untuk menyeberang ke kubu pemenang Jokowi-JK.

Inilah politik, tidak mengenal kawan abadi namun hanya ada kepentingan abadi. Koalisi Permanen Merah Putih memang hanya koalisi ketakutannya Prabowo, maka kita tunggu saja apa yang akan terjadi dengan koalisi ini paska penetapan hasil pilpres pada tanggal 22 Juli 2014.

Salam damai penuh cinta.

***
Solo, Kamis, 17 Juli 2014
Suko Waspodo

Menang namun Tetap Rendah Hati

Penetapan hasil pilpres pada tanggal 22 Juli 2014 sudah semakin dekat, Real Count versi KPU, versi kawalpemilu.org maupun Timses Jokowi hampir mendekati angka sama dan relatif stabil, Jokowi-JK  pada angka 52 koma sekian persen dan Prabowo-Hatta pada 47 koma sekian persen. Angka-angka itu juga tidak jauh berbeda dari hasil Quick Count oleh 8 lembaga survei.

Suasana kemenangan sudah terasakan di kubu Jokowi-JK dan para pendukungnya bahkan jauh semenjak hitung cepat ditayangkan dan menunjukkan keunggulan pada kubu mereka. Dan suasana itu menjadi kian kental saat ini tatkala Real Count juga semakin bisa dipastikan menunjukkan pada kemenangan pasangan capres no. 2 ini.

Sebagai masyarakat yang beradab dan cerdas sudah sepantasnya kalau kita tetap rendah hati dalam memperoleh kemenangan. Tidak perlu merayakannya dengan pengerahan massa yang hanya akan menimbulkan suasana panas dan mungkin bisa berujung kekacauan. Hendaknya kita merayakannya dengan sujud syukur bahwa kita telah boleh melaksanakan proses demokrasi dan mendapatkan seorang pemimpin yang kita harapkan.

Kemenangan dalam pilpres ini berarti awal dari perjuangan besar untuk membuat negeri ini menjadi semakin baik dibawah kepemimpinan presiden yang baru. Rakyat harus tetap berperan aktif dan kritis terhadap pemimpinnya.

Jokowi-JK yang akan memenangi pilpres kali ini punya tanggung jawab untuk mewujudkan apa yang mereka janjikan untuk memajukan negeri ini. Para pendukungnya juga tak bisa hanya berpangku tangan setelah merayakan kemenangan. Bersama rakyat, mereka harus memberi sumbang-saran terhadap pemimpin yang telah mereka pilih dan lebih penting lagi senantiasa mengkritisi kebijakanya agar tidak menyimpang dari amanat rakyat.

Kekalahan pada kubu Prabowo-Hatta tidak harus disikapi dengan amarah dan kemudian membuat kekacauan. Kecewa tentu saja merupakan hal yang wajar namun perjuangan menata negeri ini tidak hanya bisa dilakukan dengan berperan di dalam pemerintahan, berjuang sebagai kubu oposisi melalui koalisi permanen juga merupakan tindakan yang mulia dan bermanfaat bagi bangsa dan negara.

Oleh sebab itu, marilah masing-masing kubu bersatu kembali dan selanjutnya memposisikan diri pada peran masing-masing dalam melanjutkan pembangunan negeri ini. Negeri ini membutuhkan suasana yang kondusif penuh kebersamaan. Suasana dimana masyarakat semakin sadar politik dan berperan serta aktif  dalam memperbaiki nasib rakyat.

Selamat menyambut presiden yang baru untuk menuju Indonesia hebat.

Salam damai penuh cinta.

***
Solo, Kamis, 17 Juli 2014
Suko Waspodo

Sesaat Jumpa Satukan Cinta



















kau terbang menjumpaiku penuh rindu
dalam indah hari bersenandung syahdu
kusambut hadirmu penuh kehangatan
berpadu rasa dalam gairah kebersamaan

nyata sudah kita saling sapa penuh asa
tak lagi ada jarak memisahkan raga kita
hasrat sua terwujud dalam padu dekapan
saling berpagut nikmati kangen kemesraan

dingin malam tak lagi terasa menyiksa
asmara kita hadirkan gairah membara
sepoi angin ratri jadi saksi padunya hati
tak ingin lagi lewati waktu dalam sepi

belaian lembut ungkapan rasa sayang
luluhkan ragu yang pernah terbayang
cinta sejati semakin merona bersemi
menyatu dalam janji saling menyayangi

indah malam segera beranjak menjadi pagi
meski gejolak rasa tak ingin tinggalkan diri

saat perjumpaan kita begitu cepat berlalu
namun hati kita telah terpatri menjadi satu

***
Solo, Rabu, 16 Juli 2014. 11:32 pm
‘salam hangat penuh cinta’
Suko Waspodo

'Waton Suloyo'

Waton suloyo adalah ungkapan bahasa Jawa. Waton artinya asal-asalan atau seenaknya sendiri sedangkan suloyo artinya bertikai atau perang. Ungkapan bahasa Jawa ini mendadak hadir dalam pikiran saya setelah tulisan saya di Kompasiana bertajuk ‘Prabowo dan TV One Memang Beda’ dikomentari oleh seorang kompasianer remaja Aryananda Ranggabuana.

Arya mencermati tentang makna kata atau ungkapan ‘beda’ yang sebenarnya punya makna positif tetapi menjadi bermakna negatif dalam kasus perilaku Prabowo dan TV One. Saya sangat setuju dengan komentar Arya dan dalam tulisan ini saya akan sedikit berbagi pemahaman tentang makna positif dan negatif dari ‘beda’ tersebut.

Sesungguhnya ‘beda’ memang bermakna positif. Tuhan menciptakan setiap manusia, hewan, tumbuhan dan bahkan benda mati pun tak ada yang sama alias ‘beda’. Dari sekian banyak manusia ciptaan-Nya tak ada satupun yang sama persis, bahkan meskipun  dua manusia yang terlahir kembar sekalipun. Demikian juga dengan ciptaan Tuhan yang lain, tak ada sepasang pun yang persis sama. ‘Beda’ adalah sebuah keniscayaan.

Dalam karya cipta dan perilaku manusia, ‘beda’ juga bermakna positif. Manusia yang mampu membuat karya cipta yang beda atau lain daripada yang lain pasti manusia yang kreatif. Berani melawan arus juga bermakna beda yang positif. Dalam situasi saat ini kita bisa mengambil contoh pada pribadi Jokowi. Pada situasi para pejabat negeri ini yang pongah, serakah dan sombong dia berani ‘beda’ dengan menjadi sosok pemimpin yang rendah hati, jujur dan merakyat.

Lalu bagaimana dengan makna ‘beda’ yang negatif? ‘Beda’ yang negatif artinya waton suloyo, seenaknya sendiri, mau menang sendiri dan cenderung mengajak bertikai. Contohnya adalah apa yang terjadi dengan perilaku TV One dan Prabowo Subianto seperti yang saya tuliskan dalam artikel saya terdahulu yang saya sebutkan di atas.

Kita memang boleh ‘beda’ dan bahkan itu suatu keniscayaan namun tentu tidak boleh kemudian seenaknya sendiri yang cenderung menimbulkan pertikaian atau merugikan pihak lain.  Tatanan kehidupan manusia menjadi amburadul dan terjadi peperangan disana-sini juga akibat dari manusia yang waton suloyo serta memaksakan kehendak.

Demikianlah sedikit sharing saya tentang makna ‘beda’. Semoga dapat semakin memperkaya wawasan kita.

Salam damai penuh cinta.

***
Solo, Sabtu, 12 Juli 2014
Suko Waspodo

Prabowo dan TV One ‘Memang Beda’

Prabowo Subianto dan TV One mempunyai perilaku yang sama dalam pilpres kali ini. Sama-sama bersemboyan dan berprinsip ‘Memang Beda’.

Semenjak Prabowo resmi mencapreskan diri berpasangan dengan Hatta Rajasa dan Partai Golkar, khususnya Abu Rizal Bakrie, resmi juga masuk dalam koalisi pendukung Prabowo-Hatta, maka TV One yang merupakan  stasiun televisi milik Abu Rizal Bakrie sangat gencar memberitakan aktifitas Prabowo. Mulai sebelum resmi masa kampanye dan semakin massive saat kampanye bahkan hingga saat usai pilpres seperti saat ini.

Sesuai dengan semboyannya ‘Memang Beda’, pemberitaan tentang Prabowo dan koalisinya selalu positif dan nyaris tanpa bad news. Sementara media lain sering memberitakan tentang kampanye hitam yang menimpa Jokowi, yang sangat mungkin dilakukan oleh pihak Prabowo dan koalisinya,TV One nyaris tidak pernah memberitakannya. Namun apabila ada sedikit perilaku yang kadang nyeleneh dari Jokowi dalam keseharian maupun dalam kampanye serta acara debat, meskipun itu bukan suatu hal yang buruk dan merugikan orang lain, pemberitaan dan pembahasannya oleh TV One selalu gencar dan menjelekkan Jokowi. TV One ‘Memang Beda’ karena mengabaikan kejujuran.

Saat penayangan hasil Quick Count pun, sejak tengah hari Rabu, 9 Juli 2014 hingga saat ini, TV One memang beda. Hampir semua stasiun televisi memberitakan dan menayangkan hasil Quick Count yang menunjukkan kemenangan pada Joko Widodo-Jusuf Kalla tetapi TV One menayangkan hasil  Quick Count yang memenangkan Prabowo-Hatta.  Hasil Quick Count yang menunjukkan kemenangan pada Jokowi-JK ditunjukkan oleh 8 lembaga survei, yakni: Indikator Politik, Poltracking, Populi Center, Lingkaran Survei Indonesia, Litbang Kompas, Radio Republik Indonesia, Saiful Mujani Research and Consulting, dan Cyrus yang bekerja sama dengan Center for Strategic and International Studies. Sementara itu 4 lembaga survei, Puskaptis, Indonesia Research Center, Lembaga Survei Nasional, dan Jaringan Suara Indonesia  menyatakan hasil Quick Count-nya pada kemenangan Prabowo-Hatta. Padahal disinyalir 4 lembaga survei terakhir ini melakukan pembohongan pada hasil Quick-Count-nya.

Prabowo seperti TV One, juga ‘Memang Beda’. Sikap bedanya itu seolah terinspirasi dari kegemarannya memelihara kuda. Kuda di dalam penggunaannya sering dikenakan ‘kacamata kuda’ dan perilaku politik Prabowo juga seolah seperti kuda yang diberi kacamata. Tanpa peduli kanan-kiri tentang apapun.

Sejak berkecimpung dalam politik Prabowo seolah mengabaikan masa lalunya yang besar kemungkinan melakukan pelanggaran HAM, terutama menyangkut penculikan mahasiswa dan para aktifis pada tahun 1998. Dalam memilih koalisi partai pendukungnya dalam pilpres kali ini juga tak peduli dengan rekam jejaknya. Hampir semua pengurus partai koalisinya memiliki latar belakang yang buruk. Mulai dari kasus korupsi, manipulasi dan persoalan kemanusiaan lumpur Lapindo.  Sebagian ormas pendukungnya juga sering terlibat dalam kekerasan bernuansa SARA.

Prabowo nekat mendeklarasikan diri sebagai pemenang dalam pilpres kali ini meskipun hanya berdasar dari hasil Quick Count 4 lembaga survei yang diragukan kejujuran dan kredibilitasnya. Itulah sikap beda Prabowo yang membuat suasana tegang pada masyarakat dalam menunggu pengumuman hasil Real Count oleh KPU pada tanggal 22 JUli 2014 nanti. Prabowo ‘Memang Beda’, seperti mengenakan ‘kacamata kuda’.

Mari kita tunggu pengumuman resmi hasil pilpres oleh KPU sambil terus mengawal keamanan hasil penghitungan suaranya. Pemilu yang tertib dan jujur merupakan salah satu bentuk kemenangan rakyat dalam berdemokrasi.

Salam damai penuh cinta.

***
Solo, Jumat, 11 Juli 2014
Suko Waspodo

Selamat Berjuang, pak Jokowi

Pada saat penulisan artikel ini, penghitungan suara pemilih yang masuk untuk pilpres 9 Juli 2014 versi Quick Count sudah mencapai lebih dari 90%, suara pemilih ke Joko Widodo-Jusuf Kalla sebanyak 52,47% dan ke Prabowo-Hatta sebanyak 47,53%. Penghitungan suara versi Quick Count selama ini setiap kali pemilu tidak pernah jauh berbeda dengan versi penghitungan manual oleh KPU, maka tidak mengherankan kalau tadi Ketua Umum PDI-P Megawati sudah berani mendeklarasikan kemenangan dan yakin bahwa pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla akan memimpin Republik Indonesia selama tahun ke depan.

Memang pengumuman siapa yang akan unggul dalam pilpres kali ini masih harus menunggu hasil penghitungan versi KPU namun kita yakin bahwa dari hasil penghitungan Quick Count sudah bisa diprediksi bahwa Jokowi-JK akan memenangi pilpres kali ini. Untuk itu ada baiknya kita melihat kembali sekilas siapa sesungguhnya Jokowi, calon presiden kita yang fenomenal ini. Tentu saja versi dari yang penulis ketahui.

Penulis mulai mengenal Joko Widodo (Jokowi) ketika kami sama-sama belajar di SMA negeri 6 Solo pada tahun 1977-1980. Dia merupakan orang muda yang cerdas karena selalu unggul dalam belajarnya namun sekaligus pribadi yang sederhana dan rendah hati. Tapi disisi lain, seingat penulis, dia bukanlah tipe orang muda yang gemar berorganisasi dan berkegiatan kesiswaan pada waktu itu. Tapi ternyata di kemudian hari pengalaman dia seusai pendidikan di SMA menempa bakat kepemimpinannya.

Selanjutnya kami  tidak ada komunikasi lagi karena kesibukan kuliah kami masing-masing yang beda Perguruan Tinggi dan beda kota serta kesibukan kami dalam karir masing-masing. Penulis mengetahui lagi perjalanan hidup dia saat dia mencalonkan diri sebagai Walikota Solo. Ternyata selama ini dia sibuk di dunia bisnis setelah menyelesaikan studinya di Fakultas Kehutanan UGM. Cukup mengejutkan bagi penulis mengetahui dia mencalonkan diri sebagai Walikota dan ternyata berbekal pengalaman dia menata bisnisnya membuat dia mampu memenangkan dirinya sebagai Walikota Solo. Tentu juga berkat dukungan masa yang cukup besar dari PDI-P  Solo di bawah kepemimpinan Rudyatmo yang selanjutnya menjadi pasangan dia sebagai wakil walikota Solo.

Selama satu setengah periode dipimpin oleh duet Jokowi-Rudy, kota Solo berkembang menjadi kota budaya, pariwisata dan vokasi  yang paling diperhitungkan di Jawa Tengah dan bahkan di Indonesia.  Kemampuan manajemen dan naluri bisnis Jokowi serta dipadu dengan penggalangan rakyat kecil oleh Rudyatmo dengan PDI-P nya membuat duet kepemimpinan ini sukses menata kota Solo.

Kota yang sempat menjadi korban amuk masa dan penjarahan pada tahun 1998 serta kepemimpinan yang amburadul di era walikota Slamet Suryanto berubah menjadi kota yang semakin tertata Berseri Tanpa Korupsi di era duet Jokowi-Rudyatmo. Yang paling fenomenal tentu penataan para pedagang kaki lima yang nyaris tanpa konflik berkat pola kepemimpinan mereka yang berpihak ke rakyat kecil. Di sisi lain pembangunan pusat-pusat bisnis , pembangunan beberapa mall dan apartemen, juga berlangsung dengan lancar.

Keberpihakan kepada rakyat kecil ditunjukkan dengan pembangunan, penataan dan revitalisasi pasar tradisional yang masih terus berlangsung hingga saat ini. Sarana hiburan dan bisnis bagi rakyat kecil juga disediakan dengan penyelenggaraan Sunday Market di komplek Stadion Manahan serta Car Free Day di sepanjang jalan Slamet Riyadi Solo di setiap minggu pagi. Penyediaan sarana biaya pengobatan dan biaya operasional sekolah juga merupakan ujud kepedulian  kepada rakyat miskin.

Even-even kelas dunia rutin diselenggarakan di kota Solo, misalnya SIEM, SIPA, Solo Batik Carnival dan juga konferensi-konferensi tingkat dunia juga beberapa kali di selenggarakan di Solo. Inilah yang menyebabkan para investor tidak segan berinvestasi di kota Solo yang pada ujungnya menciptakan banyak lapangan kerja bagi penduduknya.

Kawasan-kawasan yang semula banyak dihuni  secara liar berhasil direlokasi dengan lancar nyaris tanpa konflik. Kawasan taman kota ditata kembali dengan rapi dan semakin menghijaukan kota yang ini semua merupakan cita-cita kota Solo yang ingin menjadi City of Garden.

Berbekal keberhasilan menata kota Solo, pada tahun 2012 Jokowi melesat mencalonkan diri sebagai Gubernur  DKI Jakarta dan berhasil memenangkannya dengan duet kali ini bersama Basuki (Ahok).  Kemenangan yang cukup fenomenal karena pasangan ini bukanlah penduduk Jakarta.

Mencermati proses keberhasilan  Jokowi-Ahok memenangkan diri sebagai Gubernur dan wakil Gubernur DKI Jakarta sungguh menarik. Kita semua tahu Jakarta merupakan barometer perpolitikan nasional dan bersemayamnya para politisi praktis maka sungguh tidak mudah bagi Jokowi untuk memenangkannya.  Berbagai isu SARA dihembuskan oleh pesaingnya tapi tak menyurutkan langkahnya menuju DKI satu.

Pola kepemimpinannya yang humanis dan pluralis membuat Jokowi dicintai oleh para pendukung dan pemilihnya.  Kemenangannya menunjukkan bahwa kepemimpinan yang berpihak kepada rakyat niscaya juga dicintai oleh rakyat. Terlihat betapa antusiasnya para pendukungnya menyalurkan aspirasinya lewat dukungan yang luar biasa terhadap Jokowi. Hampir sepanjang tahun 2012 adalah tahunnya Jokowi.

Media masa cetak, elektronik, internet serta jejaring sosial hampir sepanjang tahun memberitakan Jokowi  dan hampir semuanya positif.  Pemberitaannya bahkan nyaris mengalahkan citra Presiden SBY. Citranya sebagai pemimpin yang dicintai rakyat kecil tak terbantahkan dengan bukti kemenangannya sebagai Gubernur DKI Jakarta.  Terbukti juga bahwa sudah bukan jamannya lagi isu SARA digunakan sebagai kendaraan politik. Rakyat sudah semakin cerdas memilih pemimpinnya.  Pembuktian pula bahwa kemenangan dalam pemilihan kepala daerah tidak selalu berkat dukungan partai mayoritas. Kita banyak belajar berdemokrasi dalam setiap kemenangan Jokowi , baik sebagai Walikota Solo maupun  Gubernur DKI Jakarta.

Jokowi adalah figur pemimpin yang kita butuhkan saat ini. Berpihak kepada rakyat kecil yang lemah dan tersingkir namun sekaligus berorientasi  global dalam bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, petahanan dan keamanan serta lingkungan hidup. Maka sungguh tepatlah kalau rakyat kemudian berharap banyak pada Jokowi untuk tidak hanya memimpin Jakarta tetapi memimpin Indonesia sebagai presiden.

Keinginan rakyat menemukan jalannya setelah Jokowi dicapreskan oleh PDI-P pada pilpres 2014 ini. Setelah melalui kampanye yang panjang  yang cukup melelahkan dan kadang tersakiti oleh fitnah maka pada hari ini, Rabu, 9 Juli 2014 Jokowi bersama pasangannya Jusuf Kalla memenangi pilpres dan harus siap mengemban tugas sebagai presiden dan wakil presiden RI untuk kurun waktu 5 tahun ke depan.

Pada Jokowi selama ini kita mendapati sosok pribadi yang sederhana, rendah hati, humanis dan sekaligus pluralis yang pada ujungnya dicintai oleh rakyat. Maka dengan terpilihnya Jokowi sebagai presiden RI ke-7 rakyat berharap banyak terhadap perbaikan nasibnya, terutama rakyat kecil yang selama ini terabaikan.

Selamat mengemban tugas baru sebagai presiden pilihan rakyat, pak Jokowi. Selamat berjuang untuk mewujudkan Indonesia hebat yang semakin menyejahterakan rakyat. Masa depan bangsa dan negara ini tergantung pada pola kepemimpinanmu. Kami akan mengawal kepemimpinanmu dan tetap senantiasa kritis terhadap kebijakan pemerintahanmu nanti karena kami  ingin bangsa dan negara ini menjadi kian berdaulat, adil dan makmur.

Salam damai penuh cinta.

***
Solo, Rabu, 9 Juli 2014
Suko Waspodo