Pada saat penulisan artikel ini, penghitungan
suara pemilih yang masuk untuk pilpres 9 Juli 2014 versi Quick Count sudah
mencapai lebih dari 90%, suara pemilih ke Joko Widodo-Jusuf Kalla sebanyak
52,47% dan ke Prabowo-Hatta sebanyak 47,53%. Penghitungan suara versi Quick
Count selama ini setiap kali pemilu tidak pernah jauh berbeda dengan versi
penghitungan manual oleh KPU, maka tidak mengherankan kalau tadi Ketua Umum
PDI-P Megawati sudah berani mendeklarasikan kemenangan dan yakin bahwa pasangan
Joko Widodo-Jusuf Kalla akan memimpin Republik Indonesia selama tahun ke depan.
Memang pengumuman siapa yang akan
unggul dalam pilpres kali ini masih harus menunggu hasil penghitungan versi KPU
namun kita yakin bahwa dari hasil penghitungan Quick Count sudah bisa
diprediksi bahwa Jokowi-JK akan memenangi pilpres kali ini. Untuk itu ada
baiknya kita melihat kembali sekilas siapa sesungguhnya Jokowi, calon presiden
kita yang fenomenal ini. Tentu saja versi dari yang penulis ketahui.
Penulis mulai mengenal Joko
Widodo (Jokowi) ketika kami sama-sama belajar di SMA negeri 6 Solo pada tahun
1977-1980. Dia merupakan orang muda yang cerdas karena selalu unggul dalam
belajarnya namun sekaligus pribadi yang sederhana dan rendah hati. Tapi disisi
lain, seingat penulis, dia bukanlah tipe orang muda yang gemar berorganisasi
dan berkegiatan kesiswaan pada waktu itu. Tapi ternyata di kemudian hari
pengalaman dia seusai pendidikan di SMA menempa bakat kepemimpinannya.
Selanjutnya kami tidak ada komunikasi lagi karena kesibukan
kuliah kami masing-masing yang beda Perguruan Tinggi dan beda kota serta
kesibukan kami dalam karir masing-masing. Penulis mengetahui lagi perjalanan
hidup dia saat dia mencalonkan diri sebagai Walikota Solo. Ternyata selama ini
dia sibuk di dunia bisnis setelah menyelesaikan studinya di Fakultas Kehutanan
UGM. Cukup mengejutkan bagi penulis mengetahui dia mencalonkan diri sebagai
Walikota dan ternyata berbekal pengalaman dia menata bisnisnya membuat dia
mampu memenangkan dirinya sebagai Walikota Solo. Tentu juga berkat dukungan
masa yang cukup besar dari PDI-P Solo di
bawah kepemimpinan Rudyatmo yang selanjutnya menjadi pasangan dia sebagai wakil
walikota Solo.
Selama satu setengah periode
dipimpin oleh duet Jokowi-Rudy, kota Solo berkembang menjadi kota budaya,
pariwisata dan vokasi yang paling
diperhitungkan di Jawa Tengah dan bahkan di Indonesia. Kemampuan manajemen dan naluri bisnis Jokowi
serta dipadu dengan penggalangan rakyat kecil oleh Rudyatmo dengan PDI-P nya
membuat duet kepemimpinan ini sukses menata kota Solo.
Kota yang sempat menjadi korban
amuk masa dan penjarahan pada tahun 1998 serta kepemimpinan yang amburadul di
era walikota Slamet Suryanto berubah menjadi kota yang semakin tertata Berseri
Tanpa Korupsi di era duet Jokowi-Rudyatmo. Yang paling fenomenal tentu penataan
para pedagang kaki lima yang nyaris tanpa konflik berkat pola kepemimpinan
mereka yang berpihak ke rakyat kecil. Di sisi lain pembangunan pusat-pusat
bisnis , pembangunan beberapa mall dan apartemen, juga berlangsung dengan
lancar.
Keberpihakan kepada rakyat kecil
ditunjukkan dengan pembangunan, penataan dan revitalisasi pasar tradisional
yang masih terus berlangsung hingga saat ini. Sarana hiburan dan bisnis bagi
rakyat kecil juga disediakan dengan penyelenggaraan Sunday Market di komplek
Stadion Manahan serta Car Free Day di sepanjang jalan Slamet Riyadi Solo di
setiap minggu pagi. Penyediaan sarana biaya pengobatan dan biaya operasional
sekolah juga merupakan ujud kepedulian
kepada rakyat miskin.
Even-even kelas dunia rutin
diselenggarakan di kota Solo, misalnya SIEM, SIPA, Solo Batik Carnival dan juga
konferensi-konferensi tingkat dunia juga beberapa kali di selenggarakan di
Solo. Inilah yang menyebabkan para investor tidak segan berinvestasi di kota
Solo yang pada ujungnya menciptakan banyak lapangan kerja bagi penduduknya.
Kawasan-kawasan yang semula
banyak dihuni secara liar berhasil
direlokasi dengan lancar nyaris tanpa konflik. Kawasan taman kota ditata
kembali dengan rapi dan semakin menghijaukan kota yang ini semua merupakan
cita-cita kota Solo yang ingin menjadi City of Garden.
Berbekal keberhasilan menata kota
Solo, pada tahun 2012 Jokowi melesat mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI Jakarta dan berhasil memenangkannya
dengan duet kali ini bersama Basuki (Ahok).
Kemenangan yang cukup fenomenal karena pasangan ini bukanlah penduduk
Jakarta.
Mencermati proses
keberhasilan Jokowi-Ahok memenangkan
diri sebagai Gubernur dan wakil Gubernur DKI Jakarta sungguh menarik. Kita
semua tahu Jakarta merupakan barometer perpolitikan nasional dan bersemayamnya
para politisi praktis maka sungguh tidak mudah bagi Jokowi untuk
memenangkannya. Berbagai isu SARA
dihembuskan oleh pesaingnya tapi tak menyurutkan langkahnya menuju DKI satu.
Pola kepemimpinannya yang humanis
dan pluralis membuat Jokowi dicintai oleh para pendukung dan pemilihnya. Kemenangannya menunjukkan bahwa kepemimpinan
yang berpihak kepada rakyat niscaya juga dicintai oleh rakyat. Terlihat betapa
antusiasnya para pendukungnya menyalurkan aspirasinya lewat dukungan yang luar
biasa terhadap Jokowi. Hampir sepanjang tahun 2012 adalah tahunnya Jokowi.
Media masa cetak, elektronik,
internet serta jejaring sosial hampir sepanjang tahun memberitakan Jokowi dan hampir semuanya positif. Pemberitaannya bahkan nyaris mengalahkan
citra Presiden SBY. Citranya sebagai pemimpin yang dicintai rakyat kecil tak
terbantahkan dengan bukti kemenangannya sebagai Gubernur DKI Jakarta. Terbukti juga bahwa sudah bukan jamannya lagi
isu SARA digunakan sebagai kendaraan politik. Rakyat sudah semakin cerdas
memilih pemimpinnya. Pembuktian pula
bahwa kemenangan dalam pemilihan kepala daerah tidak selalu berkat dukungan
partai mayoritas. Kita banyak belajar berdemokrasi dalam setiap kemenangan
Jokowi , baik sebagai Walikota Solo maupun
Gubernur DKI Jakarta.
Jokowi adalah figur pemimpin yang
kita butuhkan saat ini. Berpihak kepada rakyat kecil yang lemah dan tersingkir
namun sekaligus berorientasi global
dalam bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, petahanan dan keamanan
serta lingkungan hidup. Maka sungguh tepatlah kalau rakyat kemudian berharap
banyak pada Jokowi untuk tidak hanya memimpin Jakarta tetapi memimpin Indonesia
sebagai presiden.
Keinginan rakyat menemukan
jalannya setelah Jokowi dicapreskan oleh PDI-P pada pilpres 2014 ini. Setelah
melalui kampanye yang panjang yang cukup
melelahkan dan kadang tersakiti oleh fitnah maka pada hari ini, Rabu, 9 Juli
2014 Jokowi bersama pasangannya Jusuf Kalla memenangi pilpres dan harus siap
mengemban tugas sebagai presiden dan wakil presiden RI untuk kurun waktu 5
tahun ke depan.
Pada Jokowi selama ini kita
mendapati sosok pribadi yang sederhana, rendah hati, humanis dan sekaligus
pluralis yang pada ujungnya dicintai oleh rakyat. Maka dengan terpilihnya
Jokowi sebagai presiden RI ke-7 rakyat berharap banyak terhadap perbaikan
nasibnya, terutama rakyat kecil yang selama ini terabaikan.
Selamat mengemban tugas baru
sebagai presiden pilihan rakyat, pak Jokowi. Selamat berjuang untuk mewujudkan
Indonesia hebat yang semakin menyejahterakan rakyat. Masa depan bangsa dan
negara ini tergantung pada pola kepemimpinanmu. Kami akan mengawal
kepemimpinanmu dan tetap senantiasa kritis terhadap kebijakan pemerintahanmu
nanti karena kami ingin bangsa dan
negara ini menjadi kian berdaulat, adil dan makmur.
Salam damai penuh cinta.
***
Solo, Rabu, 9 Juli 2014
Suko Waspodo
0 comments:
Posting Komentar