Welcome...Selamat Datang...

Jumat, 25 Juli 2014

Jokowi, Bung Karno dan Musik Rock

Kemenangan Jokowi sebagai presiden Indonesia menjadi kebanggaan tersendiri bagi kaum muda, lebih-lebih para penggemar musik rock di negeri ini. Masyarakat, khususnya kaum muda, mengetahui bahwa Jokowi merupakan seorang penggemar musik cadas yang akut. Media dan musisi metal dunia ikut memberikan selamat dan dukungannya terhadap Joko Widodo yang dinyatakan menang dalam hasil perhitungan suara pemilihan presiden (pilpres) 2014.

Dalam hal selera musik inilah yang membedakan Jokowi dengan Bung Karno. Sejarah kebudayaan negeri ini mencatat ketika jaman Orde Lama, tentu saja presidennya masih Bung Karno, waktu itu musik barat dilarang, karena dianggap musik Nekolim (Neo Kolonialisme dan Imperialisme). Apalagi musik rock! Bung Karno menamakannya musik ‘Ngak-ngik-ngok!’. Kalau ketahuan mendengarkannya, ancamannya penjara. Band Koes Bersaudara, yang selanjutnya bermetamorfosa menjadi Koes Plus, pernah masuk penjara selama beberapa bulan, karena memainkan musik yang tergolong 3N (ngak-ngik-ngok) itu. Padahal lirik lagu-lagu Koes Bersaudara hampir semuanya berbahasa Indonesia, hanya iramanya memang nge-rock seperti lagu-lagunya Bill Halley, dan beberapa lagunya Everly Brothers yang sedang ngetop saat itu.

Di jaman Orde Baru hingga saat ini musik di Indonesia berkembang bebas. Semua jenis musik, termasuk musik rock dengan leluasa berkembang dan boleh digemari oleh siapa pun. Jokowi akan menjadi presiden pertama di negeri ini yang sangat menggemari aliran musik cadas ini. Hal ini bisa kita lihat dari kegemarannya menonton pentas musik jenis ini. Saat menjadi walikota Solo pada tahun 2011dia menyempatkan diri menonton pentas musik rock di Alun-alun Solo. Waktu itu salah satu grup band rock yang tampil adalah Lamb of God. Jokowi menonton layaknya penonton biasa, berbaur dengan para rock mania.Tahun lalu saat Guns N Roses serta Metallica tampil di Jakarta, dia juga menyaksikan penampilan mereka yang juga merupakan band-band yang dia gemari. Bahkan ada peristiwa menarik, Jokowi mendapat hadiah sebuah gitar bass dari Robert Trujillo, bassist band Metallica.  Namun gitar bass tersebut kemudian oleh Jokowi diserahkan kepada KPK agar tidak dituduh menerima gratifikasi.

Mengenai ‘marhaenisme’, keberpihakan kepada rakyat kecil, Jokowi memang sama dengan Bung Karno namun dalam hal selera musik mereka berseberangan. Bung Karno sangat anti musik rock sedangkan Jokowi sangat mendukung dan bahkan menikmatinya.

Karena kegemarannya terhadap musik rock inilah yang antara lain membuat dia didukung oleh para musisi negeri ini dan secara lebih luas oleh kaum muda. Konser musik dua jari di Gelora Bung Karno Jakarta pada hari penutup masa kampanye pilpres yang lalu, yang dimeriahkan oleh grup band Slank dan para artis terkemuka Indonesia dihadiri oleh puluhan ribu orang.  Berdasarkan survei, konser inilah yang berhasil mendongkrak drastis elektabilitas Jokowi pada pilpres yang lalu.

Musik rock memang pada umumnya identik dengan kaum muda yang enerjik. Kecintaan Jokowi pada musik rock membuat dia dicintai oleh kaum muda yang pada ujungnya menjadi bagian yang penting dalam kemenangan Jokowi menjadi presiden Indonesia. Kedekatannya dengan kaum muda akan menjadi suatu hal yang dahsyat dalam arah negeri ini di masa depan. Kepemimpinan yang didukung oleh kaum muda akan menjadi landasan kuat dalam meraih Indonesia hebat.

Selamat berjuang presiden yang dicintai kaum muda. Tunjukkan kepada kaum muda negeri ini teladan kejujuran, kesederhanaan dan keberpihakan kepada rakyat kecil.

Salam tiga jari. Metal!

***
Solo, Kamis, 24 Juli 2014
Suko Waspodo

0 comments:

Posting Komentar