Menjelang penetapan pemenang
pilpres, reaksi Prabowo sudah semakin mereda dan terlhat dapat menerima
kekalahan, namun yang menarik adalah reaksi kebingungan Partai Keadilan
Sejahtera (PKS). PKS kebingungan tidak memperoleh posisi dalam pemerintahan
presiden Joko Widodo.
Reaksi norak sekaligus tidak
punya malu bisa kita lihat pada pernyataan Tifatul Sembiring, anggota majelis syuro PKS, yang mengatakan
bahwa PKS terbuka untuk bergabung dengan PDI-P mendukung pasangan Jokowi-Jusuf
Kalla. Meski kita tahu bahwa memang di
politik tidak ada pertemanan abadi tapi kepentingan abadi namun pernyataan Tifatul tetap menunjukkan sikap tidak punya malu.
Selama ini dalam kiprah
politiknya PKS selalu tidak bersahabat dengan PDI-P, terlebih kepada Jokowi.
Hal ini bisa kita lihat dalam pilkada DKI Jakarta yang lalu dan juga dalam
kampanye pilpres yang telah lewat. Lebih banyak perilaku negatifnya daripada
positifnya. PKS adalah contoh nyata partai paling busuk di Indonesia.
Melihat perkembangan ini sudah
selayaknya PDI-P dan terlebih Jokowi untuk hati-hati dengan manuver politik busuk PKS. Jangan
korbankan kepercayaan rakyat kepada PDI-P dan Jokowi dengan melacurkan diri
bersama PKS. Walaupun kita semua tahu bahwa tidak ada satu pun partai di negeri
ini yang bersih tetapi rekam jejak PKS sungguh paling buruk dan menjijikkan.
PDI-P dan Jokowi harus benar-benar menyingkirkan PKS dari pemerintahan kalau
tidak ingin dikotori mereka.
PKS yang anti pluralitas dan NKRI
tidak perlu dipelihara lagi. Silahkan cermati petisi yang mulai muncul untuk
tidak memberi kesempatan hidup bagi PKS.
Jangan korbankan kepercayaan rakyat. Selamat datang pemerintahan baru
yang berpihak kepada kepentingan rakyat. Say ‘No’ to PKS.
Salam damai penuh cinta.
***
Solo, Selasa, 22 Juli 2014
0 comments:
Posting Komentar