Sebuah koran baru berbahasa Inggris dengan nama Independent Observer
baru saja terbit dan mengundang perhatian serta ramai dibicarakan.
Penyebabnya koran ini diduga diterbitkan kubu Prabowo-Sandiaga untuk
melawan Jokowi-Ma'ruf.
Terbitan perdananya dengan headline 'New
Hope Vs Unfulfilled Promises' (Harapan Baru Vs Janji-janji yang Belum
Terpenuhi) dan ilustrasinya gambar pasangan Prabowo-Sandiaga dan
Jokowi-Ma'ruf. Gambar tersebut yang banyak diduga merupakan bentuk
propaganda itu pun segera menyebar melalui broadcast aplikasi WhatsApp serta Twitter.
Meski
namanya termuat kata 'independent' tetapi bisa diduga arah
keberpihakannya. Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani mengakui koran Independent Observer
memang diterbitkan oleh sekelompok orang yang memiliki kedekatan dengan
sang ketum, Prabowo. Tetapi dia menegaskan koran tersebut tidak
terafiliasi dengan Gerindra.
Di sisi lain dia juga mengatakan
tidak tahu sampai sejauh mana kedekatan penerbit koran baru tersebut
dengan Prabowo dan apakah mereka sudah saling berkomunikasi secara
langsung.
Melihat penerbitan koran ini di saat panasnya persaingan
perebutan kursi presiden kali ini, mengingatkan kita pada Tabloid Obor
Rakyat yang menyebar kampanye negatif saat menjelang pilpres 2014.
Menurut Surya Paloh, Ketua Umum Parta Nasdem dan sekaligus pemilik Media
Group ini, kubu Jokowi tidak terlalu ambil pusing karena sudah
berpengalaman saat menghadapi Tabloid Obor Rakyat.
Tampaknya yang
terlihat lagi semakin pusing justru kubu Prabowo-Sandiaga apabila koran
ini memang menjadi sarana propaganda mereka. Menerbitkan media cetak
dalam bahasa Inggris sesungguhnya merupakan langkah yang tidak efektif.
Sasaran propaganda yang dituju pastinya rakyat Indonesia tetapi mengapa
pakai bahasa Inggris. Sebagian besar rakyat Indonesia, apalagi rakyat
kecil, faktanya bukan pemakai bahasa Inggris yang aktif apalagi
menguasai bahasa tersebut.
Di era komunikasi modern saat ini
sepertinya sudah kurang efektif melakukan propaganda dengan media cetak,
tetapi mungkin pertimbangannya karena belum seluruh masyarakat
Indonesia melek media on-line, namun mengapa memilih berbahasa Inggris? Sekilas tampak ketidakwajarannya dan seperti lagi pusing tujuh keliling.
Apakah ini hanya strategi awal saja? Agar lebih terkesan soft
dan intelek digunakan bahasa Inggris lebih dulu, toh belum memasuki
masa kampanye, baru nanti pada saat memasuki kampanye diterbitkan dalam
bahasa Indonesia. Kita lihat saja perubahan selanjutnya.
Inilah
sepertinya langkah baru kubu Prabowo-Sandiaga dalam rangka meraih ambisi
mereka. Sebuah langkah yang terkesan asal-asalan dan kebingungan.
Merdeka !
Solo, Minggu, 2 September 2018
'salam kritis penuh cinta'
Suko Waspodo
kompasiana
antologi puisi suko
foto: Jawa Pos
0 comments:
Posting Komentar