Beberapa pengamat pilpres dan
masyrakat umum membandingkan kemampuan capres Joko Widodo alias Jokowi dengan
Prabowo dalam masalah kepiawaiannya berpidato.
Prabowo dinilai lebih fasih berpidato tanpa teks dibandingkan Jokowi. Lebih berapi-api dalam berpidato.
Singkatnya Prabowo memang orator.
Namun demikian, apakah menjadi
jaminan bahwa seorang orator yang ulung juga sekaligus pemimpin yang baik? Coba
kita perhatikan para penjual obat atau produk lain di kaki lima, bukankah
mereka rata-rata juga orator? Karena mereka sangat berapi-api dan fasih dalam
menjajakan barang dagangannya dan itu memang diperlukan untuk lakunya produk
yang mereka jual. Tetapi tidak sekaligus menjamin bahwa mereka seorang pemimpin
yang baik.
Untuk mengampanyekan program
caleg dan menarik pemilih memang diperlukan orator agar pemilih terbuai dengan
janji-janji caleg. Meskipun pada kenyataannya hanyalah omdo, omong doang. Saat
sudah menjadi wakil rakyat tak pernah menepati janjinya saat kampanye.
Di era pergerakan kemerdekaan dan
awal kemerdekaan negeri ini memang diperlukan orator-orator agar rakyat mudah
memahami tujuan pergerakan dan bersedia mendukungnya demi pencapaian kemerdekaan.
Saat awal berdirinya negara ini, dimana rakyat masih banyak yang bodoh akibat mereka
lama terjajah, dibutuhkan presiden dan pemimpin-pemimpin masyarakat yang pandai
berpidato agar rakyat lebih cepat memahami program-program pemerintah dalam
negara baru. Bung Karno sebagai seorang orator ulung, memang sangat tepat
menjadi presiden RI waktu itu.
Sedangkan di era selanjutnya,
dimana rakyat sudah relatif lebih cerdas, tak terlalu dibutuh pemimpin yang
pandai berpidato. Presiden Soeharto, Habibie, Megawati, dan SBY tidak bisa
dikatakan sebagai para orator. Pada
jaman mereka dan di jaman sekarang yang dibutuhkan adalah seorang pemimpin yang
punya konsep, konsisten dan yang paling penting adalah jujur terhadap
rakyatnya.
Maka, untuk presiden kita yang
akan datang tidak harus seorang orator. Rakyat negeri ini membutuhkan pemimpin
yang dekat dengan rakyat dan memahami permasalahan serta kebutuhan rakyat.
Pemimpin yang jujur dan tulus berbelarasa dengan rakyatnya, yang sudah terbukti
berhasil memimpin dan dicintai rakyat. Rakyat tidak butuh pemimpin yang banyak
omong berapi-api serta pamer kekayaan yang seolah-olah akan dibagikan kepada
rakyat. Rakyat tidak butuh ikan tapi butuh kail atau bahkan jala.
Jokowi bukan orator yang hebat
tetapi bukan berarti tidak mampu bekerja untuk rakyat. Dia bukan jenis pemimpin yang banyak omong tetapi
pemimpin yang banyak kerja nyata. Jokowi bukan jenis pemimpin yang hanya banyak
omong konsep di atas kertas tetapi seorang pemimpin yang melihat langsung
permasalahan rakyat dan menyelesaikannya dengan bekerja keras bersama rakyat.
Jokowi adalah seorang pemimpin yang rendah hati dan jujur. Faktor inilah yang dibutuhkan oleh rakyat negeri ini yang
sudah sekian lama dijajah oleh para pemimpinnya sendiri yang sangat korup.
Dalam pilpres yang akan datang
ini, saatnya rakyat Indonesia segera memperoleh seorang pemimpin yang mampu
memecahkan permasalahan rakyat dan mewujudkan Indonesia hebat. Demi tercapainya
itu maka rakyat harus kritis dan cerdas dalam memilih. Semoga.
Salam damai penuh cinta.
***
Solo, Jumat, 23 Mei 2014
Suko Waspodo
0 comments:
Posting Komentar