Welcome...Selamat Datang...

Kamis, 29 Mei 2014

Jokowi Bukan Orator

Beberapa pengamat pilpres dan masyrakat umum membandingkan kemampuan capres Joko Widodo alias Jokowi dengan Prabowo dalam masalah kepiawaiannya berpidato.  Prabowo dinilai lebih fasih berpidato tanpa teks dibandingkan  Jokowi. Lebih berapi-api dalam berpidato. Singkatnya Prabowo memang orator.

Namun demikian, apakah menjadi jaminan bahwa seorang orator yang ulung juga sekaligus pemimpin yang baik? Coba kita perhatikan para penjual obat atau produk lain di kaki lima, bukankah mereka rata-rata juga orator? Karena mereka sangat berapi-api dan fasih dalam menjajakan barang dagangannya dan itu memang diperlukan untuk lakunya produk yang mereka jual. Tetapi tidak sekaligus menjamin bahwa mereka seorang pemimpin yang baik.

Untuk mengampanyekan program caleg dan menarik pemilih memang diperlukan orator agar pemilih terbuai dengan janji-janji caleg. Meskipun pada kenyataannya hanyalah omdo, omong doang. Saat sudah menjadi wakil rakyat tak pernah menepati janjinya saat kampanye.

Di era pergerakan kemerdekaan dan awal kemerdekaan negeri ini memang diperlukan orator-orator agar rakyat mudah memahami tujuan pergerakan dan bersedia mendukungnya demi pencapaian kemerdekaan. Saat awal berdirinya negara ini, dimana rakyat masih banyak yang bodoh akibat mereka lama terjajah, dibutuhkan presiden dan pemimpin-pemimpin masyarakat yang pandai berpidato agar rakyat lebih cepat memahami program-program pemerintah dalam negara baru. Bung Karno sebagai seorang orator ulung, memang sangat tepat menjadi presiden RI waktu itu.

Sedangkan di era selanjutnya, dimana rakyat sudah relatif lebih cerdas, tak terlalu dibutuh pemimpin yang pandai berpidato. Presiden Soeharto, Habibie, Megawati, dan SBY tidak bisa dikatakan sebagai para orator.  Pada jaman mereka dan di jaman sekarang yang dibutuhkan adalah seorang pemimpin yang punya konsep, konsisten dan yang paling penting adalah jujur terhadap rakyatnya.

Maka, untuk presiden kita yang akan datang tidak harus seorang orator. Rakyat negeri ini membutuhkan pemimpin yang dekat dengan rakyat dan memahami permasalahan serta kebutuhan rakyat. Pemimpin yang jujur dan tulus berbelarasa dengan rakyatnya, yang sudah terbukti berhasil memimpin dan dicintai rakyat. Rakyat tidak butuh pemimpin yang banyak omong berapi-api serta pamer kekayaan yang seolah-olah akan dibagikan kepada rakyat. Rakyat tidak butuh ikan tapi butuh kail atau bahkan jala.

Jokowi bukan orator yang hebat tetapi bukan berarti tidak mampu bekerja untuk rakyat.  Dia bukan jenis pemimpin yang banyak omong tetapi pemimpin yang banyak kerja nyata. Jokowi bukan jenis pemimpin yang hanya banyak omong konsep di atas kertas tetapi seorang pemimpin yang melihat langsung permasalahan rakyat dan menyelesaikannya dengan bekerja keras bersama rakyat. Jokowi adalah seorang pemimpin yang rendah hati dan jujur. Faktor inilah  yang dibutuhkan oleh rakyat negeri ini yang sudah sekian lama dijajah oleh para pemimpinnya sendiri yang sangat korup.

Dalam pilpres yang akan datang ini, saatnya rakyat Indonesia segera memperoleh seorang pemimpin yang mampu memecahkan permasalahan rakyat dan mewujudkan Indonesia hebat. Demi tercapainya itu maka rakyat harus kritis dan cerdas dalam memilih. Semoga.

Salam damai penuh cinta.

***
Solo, Jumat, 23 Mei 2014
Suko Waspodo

0 comments:

Posting Komentar