Kesabaran memang biasanya selalu menunjukkan perilaku baik, karena
perilaku sabar lebih sering menunjukkan sikap untuk toleran, tenggang
rasa dan toleran. Namun di sisi lain kesabaran faktanya juga bisa
berakibat buruk dalam bentuk pembiaran perilaku buruk dan bahkan
kejahatan.
Kita ambil contoh, yang mungkin terkesan masalah
sepele, perilaku anak yang membuang sampah sembarangan. Apabila perilaku
tersebut dilihat oleh orangtuanya, dengan alasan sabar, dibiarkan saja
tidak diperingatkan bahkan tidak dimarahi, maka hal ini akan berakibat
si anak menjadi pribadi yang egois serta tidak peduli dengan orang lain
dan lingkungan.
Seseorang yang tengah antri BBM di satu SPBU
membiarkan orang lain menyerobot antrian; ini juga bukan kesabaran yang
positif. Tidak menegur orang yang tidak tertib sama saja dengan
mendukung perilaku semena-mena.
Agama dan tatanan moral apa pun
tidak pernah mengajarkan untuk membiarkan perilaku buruk yang terjadi
dan kita melihatnya. Menegur dan bahkan memberi sangsi adalah bagian
dari kewajiban kita.
Dalam konteks tahun politik ini, kita juga
mencermati beberapa dan bahkan banyak pembiaran dengan alasan kesabaran.
Fitnah, tuduhan PKI, antek asing dan aseng, kriminalisasi ulama adalah
sedikit contoh pembiaran perilaku jahat kaum oposisi terhadap Jokowi
dan pemerintahannya.
Presiden Jokowi memang pribadi pemimpin yang
sangat sabar. Kita harus acungi jempol untuk sikap dan sifat itu, tetapi
tidak semestinya dia membiarkan semua tuduhan ngawur dan fitnah itu,
yang hampir setiap saat ditebarkan oleh para politisi busuk. Semua itu
harus ditindak tegas dan diberi sanksi sesuai hukum yang berlaku.
Presiden
dengan wewenangnya serta bersama aparat yang berkewajiban menangani
perilaku busuk tersebut harus menindak secara serius masalah pelecehan
dan pembunuhan karakter tersebut. Apalagi ini menyangkut harga diri
seorang kepala negara yang sah. Ini bukan masalah otoriter dan ingin
menang sendiri serta agar tak terkalahkan dalam pilpres tetapi masalah
menjaga martabat kemanusiaan dan harga diri bangsa juga.
Selama
pemerintah masih berada dalam koridor yang benar dan tidak menyimpang
dalam menjalankan roda pemerintahan maka segala bentuk pernyataan dan
perilaku yang mengarah pada pelecehan pemerintah (kalau tidak mau
dikatakan makar) harus disingkirkan. Rakyat pasti sepakat bahwa
pemerintah harus menjaga kewibawaannya.
Kesabaran tidak harus lalu
serta merta membiarkan kejahatan atau benih-benih kejahatan. Martabat
kepala negara, pemerintah, rakyat, bangsa dan negara harus ditegakkan
sampai kapan pun juga. Merdeka!
***
Solo, Senin, 29 Oktober 2018
'salam kritis penuh cinta'
Suko Waspodo
kompasiana
antologi puisi suko
ilust: articlesprove.info