Tugas untuk mengusahakan suasana toleran, bebas, santai dan tenteram
itu terutama memang menjadi beban negara. Namun perlu kita perhatikan
bahwa pihak-pihak agama sendiri juga bertanggung jawab berat untuk
menyumbang pada suasana baik itu.
Salah satu sikap yang harus
dituntut dari semua agama ialah sikap tahu diri. Tahu diri berarti
menyadari keterbatasannya sendiri, memahami bahwa pengetahuan kita
senantiasa terbatas dan oleh karena itu kita sebaiknya jangan mencampuri
urusan orang lain. To live and let live.
Tahu diri
mendasari sikap toleran yang sebenarnya. Tahu diri mengandung kesadaran
bahwa meskipun kita yakin akan kebenaran agama kita, namun bukanlah
urusan kita untuk mencampuri golongan yang tidak sepaham atau tidak
seagama.
Tahu diri - yang dekat dengan sikap Jawa yang namanya eling
- bukan hanya suatu tuntutan kesopanan, melainkan merupakan tanda
kesungguhan keyakinan beragama. Karena tahu diri berarti bahwa kita
selalu ingat bahwa Allah masih lebih besar daripada kita.
Orang
yang intoleran terhadap agama dan kebudayaan lain, adalah orang yang
mengukur Allah pada kekerdilan otaknya sendiri; jadi orang yang belum
tahu bahwa Allah di atas segala pengetahuan manusia.
Orang yang
tidak dapat membiarkan orang dan golongan lain beragama menurut
keyakinannya sendiri sebenarnya menyekutukan Allah, karena merendahkan
Allah pada tingkat pengertiannya sendiri. Sebaliknya, orang yang yakin
akan keluhuran Allah akan membiarkan Allah sendiri menentukan sikap
terhadap masing-masing manusia.
Agama-agama perlu mengembangkan
sikap tahu diri di antara pemeluk-pemeluknya karena hanya sikap itulah
mengizinkan untuk di satu pihak tidak mengkompromikan keyakinan agamanya
sendiri, di lain pihak tidak merasa perlu mencampuri golongan lain.
Orang
yang tidak tahu diri, dan itulah yang biasanya disebut fanatik, adalah
orang yang merasa diri sendiri menjadi Tuhan sehingga ia seenaknya saja
mengutuk dan mengganggu orang yang berkeyakinan lain.
Kadang-kadang
masalah pembauran dikemukakan dalam bentuk pertanyaan apakah tidak ada
pertentangan antara loyalitas suatu kelompok terhadap bangsanya di di
satu pihak dan terhadap agamanya di lain pihak. Masalah ini sebenarnya
merupakan masalah semu.
Masalah loyalitas itu hanya bisa muncul,
kalau salah satu pihak mau memutlakkan diri. Tentu saja orang agama
selalu akan berpegang pada patokan bahwa "manusia harus lebih taat
kepada Allah daripada kepada manusia", termasuk negara. Tetapi kalau
kedua belah pihak tahu diri, konflik semacam itu tidak akan terjadi.
Jadi
bukan hanya negara saja yang tidak boleh menegarakan semuanya.
Melainkan agama juga tidak boleh mau mengagamakan semuanya. Agama juga
tidak boleh menjadi totaliter, seakan-akan segala bidang kehidupan
manusia secara eksklusif diatur oleh agama.
Agama sendiri
mengajarkan bahwa orang harus bertanggung jawab terhadap masyarakat dan
tanggung jawab itu menuntut agar kita mengerti masyarakat dengan
hukum-hukumnya, agar kita dapat bekerja sama dengan semua pihak, agar
kita bersama semua warga masyarakat mencari kebijakan yang mendekatkan
keadaan pada keadaan yang adil dan makmur.
Untuk mengembangkan
sikap tahu diri itu, agama-agama sesungguhnya diharapkan mengembangkan
suatu tata krama sopan santun pergaulan antar agama.
Maksud tata
krama sopan santun itu bukan untuk membatasi kebebasan masing-masing
agama, melainkan untuk mencegah segala sikap yang tidak wajar, yang
melupakan keseluruhan, yang akhirnya akan mengotori agama itu sendiri.
Orang
agama yang tidak tahu sopan santun dan tidak sanggup menghormati pihak
lain merupakan pemandangan yang memalukan. Tentu saja, tata krama sopan
santun itu hanya dapat datang dari agama-agama itu sendiri, tidak dari
pihak luar, karena kalau dipaksakan dari luar, justru tidak akan
dihayati oleh mereka yang memerlukannya.
Demikian sedikit sharing
tentang sikap tahu diri dalam toleransi. Semoga bisa bermanfaat bagi
kita untuk memelihara keharmonisan hubungan dalam bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
Salam damai penuh cinta.
***
Solo, Kamis, 9 Agustus 2018
Suko Waspodo
kompasiana
antologi puisi suko
ilustrasi: geotimes
0 comments:
Posting Komentar