Festival Gamelan berskala internasional, International Gamelan Festival (IGF) 2018 dengan tema 'Homecoming',
resmi dibuka di Benteng Vastenburg Kota Solo, Kamis (9/8/2018) malam.
Berkenan untuk membuka festival adalah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
RI Muhadjir Effendy didampingi oleh Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid,
Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo, dan Direktur Festival IGF, Rahayu
Supanggah. Mereka bersama-sama memukul kendang sebagai tanda dimulainya
ajang "mudik"-nya gamelan ini.
Malam Opening Ceremony,
diawali dengan dikumandangkannya Gendhing Ketawang Puspowarno,
dilanjutkan gelaran komposisi Karawitan hasil kolaborasi para komponis
yang telah mencapai puncak penjelajahan artistik Gamelan. Mereka adalah
Rahayu Supanggah (Solo), Wayan Yudane (Bali), dan Taufik Adam (Jakarta).
Sajian
Gendhing Ketawang Puspawarna, sebagai pembuka perhelatan akbar ini,
melibatkan puluhan pengrawit dan pesinden andalan Solo seperti Peni
Candra Rini, Endah Laras, Cahwati, serta sinden sekaligus dalang cilik
Woro Mustiko Siwi.
Di bawah komando tangan dingin maestro
gamelan, Rahayu Supanggah, gending klasik tersebut berhasil membawa
penonton pada pengalaman magis.
Selesai menikmati karya Panggah dilanjutkan karya Wayan Yudane yang
menggarap musik gamelan dengan gaya baru. Kakhasan gamelan Bali dipadu
dengan penyajian nuansa modern, membawa penonton dalam suasana sakral
sekaligus indah.
Kemudian penonton diajak menyaksikan sajian
Taufik Adam yang lebih berwarna. Ia mengawinkan gamelan dengan instrumen
musik daerah lain salah satunya Bajawa, Flores. Komposisi pergelaran
pembuka yang melibatkan lebih dari 50 orang ini juga diiringi sedikit
tarian sebagai visualisasi karya mereka.
Seusai penampilan karya tiga komponis tersebut, acara malam pembukaan
dilanjutkan dengan penampilan Southbank Gamelan Players dari Inggris.
Kelompok gamelan yang berasal dari Inggris ini semalam menyajikan
Gendhing Gambyong Pareanom lengkap dengan tariannya sebagai pembuka
penampilan mereka. Selanjutnya beberapa komposisi gamelan karya mereka
sendiri disajikan dengan apik. Kemudian untuk semakin memeriahkan
penampilan, mereka menyajikan beberapa lagu dan tembang dengan iringan
gamelan, berturut-turut Dendang Semarang, Bintang Kecil, Caping Gunung
dan Bengawan Solo.
Pagelaran Opening Ceremonial IGF 2018 semalam ditutup menjelang tengah
malam oleh penampilan bintang tamu kedua, Djaduk Ferianto & Kua
Etnika dari Yogyakarta.
Kelompok musik yang selalu memadukan
unsur pentatonik Gamelan Jawa di dalam setiap karyanya ini, semalam
menyajikan empat komposisi karya mereka sendiri, yaitu Nirwana, Bromo,
Siklus dan Ronggeng To Latinos.
Kua Etnika mengawali penampilan
dengan Nirwana. Usai Nirwana, Bromo menjadi repertoar berikutnya.
Interaksi Kua Etnika dan penonton terasa kental dengan dialog-dialog
yang disampaikan Djaduk di jeda antar repertoar.
Pada repertoar ketiga dia mengajak semua penoton dan tamu undangan untuk
mendoakan korban gempa di Lombok. Hadirin berdiri dan berdoa dengan
diiringi lantunan komposisi berjudul Siklus. "Konsep Siklus ini semacam
circle di dalam doa," ucapnya sebelum memulai lagu.
Penampilan
dilanjutkan dengan nomor bertajuk Jawa Dwipa. Dalam pengantarnya,
Djaduk menceritakan, lagu ini merupakan komposisi lama yang dia
interpretasi ulang.
Sajian Kua Etnika ditutup dengan repertoar berjudul Ronggeng To Latinos.
Nomor ini dibuat Djaduk berkaitan dengan pengalaman membuat musik untuk
tarian karya ayahnya, Bagong Kussudiardja.
Karya tersebut
berdasarkan novel karya Ahmad Tohari berjudul Ronggeng Dukuh Paruk.
Seperti judulnya, pada nomor ini ada warna latin, yang berpadu dengan
gamelan dan alat musik lain.
Demikianlah, malam opening ceremonial
IGF 2018 berlangsung dengan indah dan meriah serta disaksikan sekitar
dua ribu orang memenuhi hampir seluruh bagian dalam Benteng Vastenberg
Solo. Selamat menikmati IGF 2018 selama sepekan di Solo.
Pintu utama Benteng Vastenburg
Djaduk Ferianto & Kua Etnika
Tampak hadir, budayawan Romo Mudji Sutrisno SJ
Southbank Gamelan Players
Djaduk Ferianto & Kua Etnika
Disediakan 2 layar besar untuk kenyamanan penonton.
Bersama Romo Mudji Sutrisno SJ
Bersama Garin Nugroho
Salam damai penuh cinta.
(foto-foto: dokumentasi pribadi)
***
Solo, Jumat, 10 Agustus 2018
Suko Waspodo
kompasiana
antologi puisi suko
0 comments:
Posting Komentar