Solo, saat ini sedang menerima "kepulangan/ mudik/ mulih/ homecoming"-nya lebih dari 50 kelompok gamelan dari dalam dan luar negeri, dalam pergelaran International Gamelan Festival (IGF) 2018. Kurang lebih 19 kelompok gamelan luar negeri dan 33 kelompok gamelan dalam negeri, serta belasan peneliti/ahli gamelan, akan pulang kampung (home coming) ke Solo untuk tampil di IGF 2018 antara tanggal 9-16 Agustus 2018.
Mengapa IGF 2018 menjadi peristiwa mudik/mulih?
Hampir sebagian besar dari kita mungkin sudah tahu, bahwa gamelan diduga
telah ada di Jawa, lebih dari seribu tahun lalu.
Bukti
arkeologisnya terdapat pada salah satu panel candi Borobudur yang yang
menggambarkan tentang orang menari diiringi tabuhan seperangkat alat
musik dan disaksikan oleh orang yang duduk dengan pendamping di sisinya.
Candi itu sendiri, diperkirakan dibangun pada abad IX-X, yang artinya
telah lebih dari seribu tahun dari sekarang.
Selanjutnya, kultur
gamelan dalam beragam corak dan nama, bisa kita temukan di hampir
seluruh penjuru Nusantara, mulai dari Aceh di barat hingga Flores, di
timur. Bahkan, sejak penghujung abad XIX, gamelan mulai dibawa ke Expo
Paris, dan selanjutnya muncul kelompok-kelompok gamelan di berbagai
Negara Eropa, Amerika, Asia, Australia. Singkatnya, gamelan telah
menjadi diaspora sejak berabad lampau.
Fakta bahwa gamelan hidup,
berkembang dan menemukan bentuk ekspresi terbaiknya di Nusantara kiranya
cukup untuk memberi landasan klaim bahwa, Indonesia adalah rumahnya
gamelan, dan Solo-Jogja adalah salah satu rumahnya terbaiknya. Mudik
untuk apa? Peristiwa mudik adalah peristiwa kultural untuk melakukan
bersilaturahmi, berziarah, dan memikirkan masa depan bersama.
Bersilaturahmi
antar komunitas-komunitas gamelan, untuk menziarahi keindahan dan akar
asal kultur gamelan dan memikirkan masa depan bersama yang bisa
diberikan dan diwujudkan untuk dunia. Arena mudik komunitas gamelan pada
IGF 2018 diharapkan akan menjadi arena untuk merayakan keindahan
gamelan, keindahan berbangsa dan keindahan dunia.
Berikut ini adalah rangkaian pertunjukan serta acaranya.
Soft Opening akan dilaksanakan dengan menghadirkan 72 kelompok gamelan yang akan menabuh bersama-sama.
Opening Ceremony,
diawali dengan pergelaran komposisi karawitan oleh kelompok gamelan
dari kelurahan-kelurahan, sanggar, dan pelajar di Solo Raya. Sesudah itu
dikumandangkan Gendhing Ketawang Puspowarno, dilanjutkan gelaran
komposisi Karawitan hasil kolaborasi para komponis yang telah mencapai
puncak penjelajahan artistik Gamelan. Mereka adalah Rahayu Supanggah
(Solo), Wayan Yudane (Bali), dan Taufik Adam (Jakarta).
Konser Utama,
pada pertunjukan ini ingin menunjukkan pencapaian tertinggi yang telah
diraih oleh seniman-seniman yang bisa dikategorikan sebagai maestro
(empu) gamelan dan institusi pendidikan kesenian dari berbagai penjuru
tanah air dan mancanegara. Mereka, akan menampilkan karya-karya masterpiece ciptaan sendiri ataupun membawakan karya maestro lain.
Gamelan Situs Istana,
pada panggung pertunjukan tersebut juga akan menghadirkan konser
gamelan yang berasal dari situs-situs istana di antaranya Keraton
Kasunanan (Solo), Pura Mangkunegaran (Solo), Puri Paku Alam
(Yogyakarta), Kasultanan (Yogyakarta), Kasultanan Kanoman Cirebon
(Cirebon), Puri Pliatan - Teges (Bali), dan juga Kasultanan Banjar
(Kalimantan Selatan).
Hal ini karena istana menjadi salah satu
ruang tumbuh-kembang, proses penghalusan dan pencanggihan tradisi
gamelan. Di istana pula, gamelan bertumbuh bukan sekadar sebagai sistem
musikal, melainkan menyatu menjadi media eskpresi dari nilai-nilai dan
filosofi, bahkan juga membungkus sekaligus menghaluskan strategi dan
perilaku politik, mengalihkan hasrat konflik, dan sebagainya.
Konser Gamelan Rakyat,
gamelan hidup di luar istana menjadi bagian dari keseharian di banyak
komunitas. Bunyi gamelan hadir mengisi ruang suara sehari-hari dan
peristiwa-peristiwa khusus, menjadi bagian dari pertunjukan hiburan
rakyat, menjadi unsur yang menandai upacara, menjadi profesi untuk
gantungan hidup, menjadi simbol kelas sosial, disakralkan dan menjadi
barang berharga.
Pergelaran gamelan---yang mempertemukan
kelompok-kelompok lokal dengan kelompok-kelompok dari luar, bahkan manca
negara---dan kunjungan ke sentra-sentra produksi instrumen di tempat
asal hidupnya di kalangan rakyat jelata akan menjadi arena interaksi
kultural, merangsang daya hidup dan membuka peluang tumbuhnya ekonomi
secara lebih luas.
Pergelaran di bagian ini akan diadakan di
kelurahan-kelurahan di Kota Surakarta dan di daerah-daerah yang
merupakan situs di mana gamelan berkembang dan menemukan gaya atau
bentuk yang khas. Seperti kabupaten Boyolali, Blora, Sragen,
Karanganyar, dan Wonogiri.
Konser Keberagaman dan Konser Ekshibisi,
pada bagian ini akan mempergelarkan beragam ekspresi dan penjelajahan
artistik gamelan. Bentuk-bentuk yang akan dihadirkan meliputi
keberagaman yang mewakili wilayah geografis, maupun ekspresi personal
para seniman-seniman gamelan.
Nah, bagi anda pecinta dan penikmat
seni, khususnya Gamelan silahkan menikmati acara internasional yang akan
berlangsung di kota Solo selama sepekan tersebut, gratis. Gelaran ini
diselengarakan atas kerjasama Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan dan Pemkot Solo.
Salam damai penuh cinta.
(Sumber: Pemkot Solo)
***
Solo, Kamis, 9 Agustus 2018
Suko Waspodo
kompasiana
antologi puisi suko
ilustrasi: IGF
0 comments:
Posting Komentar