Tulisan kritis Kompasianer Giri Lumakto dengan tajuk "Ujaran Kebencian di Jagat Maya dan Potensi Konflik dalam Masyarakat", mengerucutkan keprihatinan saya tentang pemanfaatan citizen media secara tidak tepat.
Di sini secara spesifik tentang karya tulisan atau artikel yang bertujuan kritik atau penyampaian pandangan politik.
Sebelum
tulisan ini, saya kemarin menulis tentang pemanfaatan media sosial
sebagai sarana penyampaian kritik dan pandangan politik dengan tajuk "Karya Tulisan sebagai Media Kritik dan Politik".
Terkait dengan itu saat ini memang semakin banyak orang yang menggunakan blog rame-rame, sebagai
contoh Kompasiana, untuk sarana penympaian kritik dan pandangan
politik, hanya sayangnya banyak sekali yang menggunakan identitas tidak
jelas dan nama fiktif yang aneh-aneh.
Fenomena seperti ini sungguh
berbahaya, apalagi di tahun politik ini dan di mana masih banyak warga
kita yang memiliki kesadaran politik yang belum dewasa.
Orang yang
tidak jelas jatidirinya menulis kritik secara tidak jelas atau bisa
dikatakan juga sebagai fitnah. Selain itu ada juga penulis dengan akun
abal-abal yang gencar menyampaikan pandangan politik yang ngawur dan
nyinyir.
Menyikapi situasi yang cukup membahayakan ini mungkin ada baiknya citizen media,
secara khusus Kompasiana, untuk menertibkan para Kompasianer yang tidak
jelas jatidirinya. Lebih mendekati prosedur penulisan seperti media mainstream mungkin lebih baik.
Artinya, Kompasianer yang tidak jelas identitasnya, tidak menyertakan scan KTP alias belum terverifikasi sebaiknya dibatasi dalam penyampaian tulisan kritik atau pandangan politik yang nyrempet panas.
Memang,
admin Kompasiana sudah melakukan 'screening' terhadap tulisan yang
'berpotensi membuat keruh' tetapi saya kira perlu diperhatikan juga
tentang fenomena kompasianer abal-abal yang 'berbahaya' ini.
Usulan saya di atas pasti akan mengundang protes dari beberapa Kompasianer.
Tetapi
bagi sebagian besar Kompasianer yang selama ini sudah secara ksatria
dalam menulis kritik atau pandangan politik, artinya akunnya sudah
terverifikasi, saya yakin akan setuju dengan usulan saya ini.
Bagi
yang masih memiliki akun belum terverifikasi tetapi tidak berkenan
dengan usulan saya ini mungkin bisa menulis artikel yang terkait dengan
keberatannya serta alasannya menyembunyikan jatidirinya.
Tulisan ini hanya sekadar usulan bukan untuk mengundang polemik.
Bagi
saudari-saudaraku Kompasianer, yang selama ini sudah menulis kritik
serta pandangan politik secara santun dan positif tetapi belum
terverifikasi, saya mohon maaf apabila hal ini membuat anda kurang
berkenan dan bahkan marah.
Semoga saudari-saudaraku yang akun
Kompasiananya belum terverifikasi segera melengkapi persyaratannya agar
bisa segera terverifikasi dan jelas jati dirinya. Semua ini demi
kebaikan kita bersama dan demi pendidikan politik kita semua. Merdeka !
***
Solo, Senin, 27 Agustus 2018
'salam hormat penuh cinta'
Suko Waspodo
kompasiana
antologi puisi suko
0 comments:
Posting Komentar