Welcome...Selamat Datang...

Minggu, 05 Agustus 2018

Tak Akan Kuat Melawan Jokowi


Forum Ijtima Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Ulama (GNPF-Ulama) telah merekomendasikan Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto sebagai Calon Presiden dan Ketua Majelis Syuro PKS Salim Segaf Al Jufri atau Ustaz Abdul Somad sebagai calon wakil presiden.

Bagaimana respons partai koalisi pengusung Jokowi terkait hal tersebut?

Ketua DPP PDI-P Andreas Hugo Pareira menegaskan partainya dan koalisi pendukung petahana Joko Widodo (Jokowi) tidak gentar sedikit pun untuk menghadapi pasangan Prabowo-Salim Segaf, atau Prabowo-Ustaz Abdul Somad.

"Namun, hal ini kembali terpulang kepada Prabowo dan parpol pendukungnya, apakah Prabowo dan Ust Somad atau Salim Segaf cukup kuat menghadapi Jokowi?" katanya, dikutip dari Tribunnews.com, Selasa (31/7/2018).

Terlalu percaya diri kalau Prabowo memilih berpasangan dengan salah satu dari mereka. Memang Salim Segaf memiliki masa dukungan yang  kuat dari PKS, namun kita tahu kiprahnya yang dikenal publik hanya saat dia menjadi Menteri Sosial di era SBY, itu pun tak terlihat prestasinya yang menonjol. Jika pada saat pertemuan SBY dan kawan-kawannya  dengan para petinggi PKS kemarin, SBY terkesan memuji Salim Asegaf, itu hanya basa-basi agar keterlibatan Partai Demokrat dan ambisinya untuk menyandingkan  AHY dengan Prabowo tidak terkesan merecoki.

Bagaimana dengan Ustaz Abdul Somad? Dia memang seorang ustaz yang lagi naik daun dan mengantongi pendidikan yang mumpuni, tetapi popularitasnya, bukan prestasi,  baru terlihat akhir-akhir ini di hiruk pikuk tahun politik jelang pileg dan pilpres. Rekam jejaknya belum cukup kuat untuk mendampingi Prabowo apalagi menantang Jokowi dengan siapa pun pendampingnya.

Indonesia dengan warga mayoritas beragama Islam memang wajar kalau mengiginkan pemimpin dengan latar belakang ulama tetapi kita semua tahu bahwa kebhinekaan yang nyata ada membutuhkan figur pemimpin yang mengayomi dan mempersatukan, bukan yang mendominasi. Pasti lebih masuk akal jika pertimbangannya adalah memilih pemimpin dengan rekam jejak perilaku terpuji , nyata bekerja keras untuk rakyat dan tak sekadar banyak kata-kata.

Saat Prabowo berpasangan dengan Hatta Rajasa di pilpres yang lalu saja tak mampu mengalahkan Jokowi, padahal rekam jejak Hatta Rajasa nyata tak bisa dipandang sebelah mata. Sepak terjangnya di kancah politik sudah lama jika dibandingkan dengan Salim Segaf atau Abdul Somad. Maka Prabowo perlu berpikir masak-masak jika ingin memenuhi kehendak para ulama di forum Ijtima Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Ulama.  

Apabila Prabowo memilih berpasangan dengan AHY atau Anies Baswedan mungkin lebih masuk akal. AHY lebih muda, lumayan ganteng dan instagramable, pasti disukai oleh para pemilih ibu-ibu seperti saat SBY dulu. Walaupun secara rekam jejak politik AHY masih hijau dan terkesan karbitan.

Di lain pihak jika Prabowo memilih berpasangan dengan Anies, dengan strategi seperti saat mengalahkan Ahok, bisa lebih mengundang simpati para ulama terlebih para alumni 212. Selain itu Anies juga mengantongi manuver politik seakan korban pendzoliman sebagai gubernur DKI Jakarta, jika memang rakyat termakan dengan kepandirannya.

Bisa dipastikan cukup berat untuk mengalahkan Jokowi di pilpres 2019 nanti. Kepemimpinan dia sejak sebagai walikota hingga menjadi presiden saat ini nyaris tanpa cela. Prestasi kerjanya luar biasa dan terbukti nyata diterima dan dicintai rakyat. Sosok presiden yang semakin bersinar membanggakan dan dicintai dunia. Tak salah kalau rakyat negeri ini menghendaki dia melanjutkan kerjanya di periode kedua nanti untuk mewujudkan kesejahteraan dan kemajuan negeri ini.

Apa pun yang akan terjadi nampaknya pilpres kali ini akan berlangsung seru. Terlebih siapa pun yang akan berpasangan dengan Jokowi kali ini terkesan seolah dipersiapkan karpet merah untuk estafet kepemimpinan negeri ini di tahun 2024. Merdeka !!

Salam damai penuh cinta.

***
Solo, Selasa, 31 Juli 2018
Suko Waspodo
ilustrasi: inilah.com 

0 comments:

Posting Komentar