Forum Ijtima Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Ulama (GNPF-Ulama) telah
merekomendasikan Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto sebagai Calon
Presiden dan Ketua Majelis Syuro PKS Salim Segaf Al Jufri atau Ustaz
Abdul Somad sebagai calon wakil presiden.
Bagaimana respons partai koalisi pengusung Jokowi terkait hal tersebut?
Ketua
DPP PDI-P Andreas Hugo Pareira menegaskan partainya dan koalisi
pendukung petahana Joko Widodo (Jokowi) tidak gentar sedikit pun untuk
menghadapi pasangan Prabowo-Salim Segaf, atau Prabowo-Ustaz Abdul Somad.
"Namun,
hal ini kembali terpulang kepada Prabowo dan parpol pendukungnya,
apakah Prabowo dan Ust Somad atau Salim Segaf cukup kuat menghadapi
Jokowi?" katanya, dikutip dari Tribunnews.com, Selasa (31/7/2018).
Terlalu
percaya diri kalau Prabowo memilih berpasangan dengan salah satu dari
mereka. Memang Salim Segaf memiliki masa dukungan yang kuat dari PKS,
namun kita tahu kiprahnya yang dikenal publik hanya saat dia menjadi
Menteri Sosial di era SBY, itu pun tak terlihat prestasinya yang
menonjol. Jika pada saat pertemuan SBY dan kawan-kawannya dengan para
petinggi PKS kemarin, SBY terkesan memuji Salim Asegaf, itu hanya
basa-basi agar keterlibatan Partai Demokrat dan ambisinya untuk
menyandingkan AHY dengan Prabowo tidak terkesan merecoki.
Bagaimana
dengan Ustaz Abdul Somad? Dia memang seorang ustaz yang lagi naik daun
dan mengantongi pendidikan yang mumpuni, tetapi popularitasnya, bukan
prestasi, baru terlihat akhir-akhir ini di hiruk pikuk tahun politik
jelang pileg dan pilpres. Rekam jejaknya belum cukup kuat untuk
mendampingi Prabowo apalagi menantang Jokowi dengan siapa pun
pendampingnya.
Indonesia dengan warga mayoritas beragama Islam
memang wajar kalau mengiginkan pemimpin dengan latar belakang ulama
tetapi kita semua tahu bahwa kebhinekaan yang nyata ada membutuhkan
figur pemimpin yang mengayomi dan mempersatukan, bukan yang mendominasi. Pasti lebih masuk akal jika pertimbangannya adalah memilih pemimpin
dengan rekam jejak perilaku terpuji , nyata bekerja keras untuk rakyat
dan tak sekadar banyak kata-kata.
Saat Prabowo berpasangan dengan
Hatta Rajasa di pilpres yang lalu saja tak mampu mengalahkan Jokowi,
padahal rekam jejak Hatta Rajasa nyata tak bisa dipandang sebelah mata.
Sepak terjangnya di kancah politik sudah lama jika dibandingkan dengan
Salim Segaf atau Abdul Somad. Maka Prabowo perlu berpikir masak-masak
jika ingin memenuhi kehendak para ulama di forum Ijtima Gerakan Nasional
Pengawal Fatwa Ulama.
Apabila Prabowo memilih berpasangan
dengan AHY atau Anies Baswedan mungkin lebih masuk akal. AHY lebih muda,
lumayan ganteng dan instagramable, pasti disukai oleh para
pemilih ibu-ibu seperti saat SBY dulu. Walaupun secara rekam jejak
politik AHY masih hijau dan terkesan karbitan.
Di lain pihak jika
Prabowo memilih berpasangan dengan Anies, dengan strategi seperti saat
mengalahkan Ahok, bisa lebih mengundang simpati para ulama terlebih para
alumni 212. Selain itu Anies juga mengantongi manuver politik seakan
korban pendzoliman sebagai gubernur DKI Jakarta, jika memang rakyat
termakan dengan kepandirannya.
Bisa dipastikan cukup berat untuk
mengalahkan Jokowi di pilpres 2019 nanti. Kepemimpinan dia sejak sebagai
walikota hingga menjadi presiden saat ini nyaris tanpa cela. Prestasi
kerjanya luar biasa dan terbukti nyata diterima dan dicintai rakyat.
Sosok presiden yang semakin bersinar membanggakan dan dicintai dunia.
Tak salah kalau rakyat negeri ini menghendaki dia melanjutkan kerjanya
di periode kedua nanti untuk mewujudkan kesejahteraan dan kemajuan
negeri ini.
Apa pun yang akan terjadi nampaknya pilpres kali ini
akan berlangsung seru. Terlebih siapa pun yang akan berpasangan dengan
Jokowi kali ini terkesan seolah dipersiapkan karpet merah untuk estafet
kepemimpinan negeri ini di tahun 2024. Merdeka !!
Salam damai penuh cinta.
***
Solo, Selasa, 31 Juli 2018
Suko Waspodo
ilustrasi: inilah.com
0 comments:
Posting Komentar