Mengapa manusia berperilaku kreatif? Motivasinya bermacam-macam,
namun ada satu yang mendalam, yaitu dorongan untuk mencari makna bagi
kehidupannya.
Ia bertindak menyimpang dari kelaziman, berani
melakukan sesuatu yang tidak populer, menempuh risiko - ini semua
digerakkan oleh satu nilai kehidupan yang diyakininya. Melalui tindakan
kreatif nilai itu diwujudkannya, tercetus keluar.
Di dalam lubuk
hati orang kreatif sebenarnya terkandung sedikit atau banyak unsur-unsur
idealistik. Kalau kreasinya ternyata kemudian membawa keuntungan,
material atau sosial, tidaklah selalu bahwa pada awalnya pencarian
keuntungan itu yang menjadi motif utamanya.
Kita dapat menyiratkan kenyataan ini dalam kata-kata falsafah sebagai berikut: dalam
cetusan kreativitas terpantullah kemuliaan manusia, karena pada
momen-momen tersebut ia tidak mempersoalkan apa yang menguntungkan atau
tidak menguntungkan dirinya. Pertimbangan tersebut untuk sementara disisihkan oleh sinar-sinar rahasia dari lubuk hatinya.
Kalau
penghayatan semacam itu dibawa ke taraf tindakan yang lebih bersifat
sehari-hari, mungkin kita akan mengenalnya dalam ungkapan cara yang
lebih berseni. Renungkanlah sejenak.
Kalau kita sebenarnya cukup
untuk menyajikan suatu pesan dengan tulisan dan huruf-huruf cetak saja,
mengapa kita merasa tergerak untuk menghiasnya dengan gambar, foto, atau
sentuhan artistik lain, sehingga pesan itu tampak lebih berseni?
Melalui
upaya memperkaya penyajian itu sebenarnya kita ingin menekankan suatu
makna (dalam hal ini mungkin makna hidup bersama). Namun dalam ikhtiar
untuk menekankan makna tersebut, lahirlah suatu bentuk yang lebih
kreatif dari biasa, suatu denyut pembaruan yang spontan, tanpa pamrih.
Kasus
tersebut di atas dapat kita jadikan tumpuan dalam pemecahan masalah.
Setiap kalai kita mengajukan pertanyaan kepada diri sendiri: "Baik,
inilah cara pemecahan yang tampaknya paling langsung dan gamblang.
Tetapi sebentar kutunda.
Tidak adakah cara lain yang lebih berseni, lebih manusiawi, lebih mencitrakan diri pribadiku?"
Inilah pertanyaan yang mungkin bisa membawa dimensi baru dalam
pemecahan masalah, atau mengundang kreativitas. Dalam buku-buku tentang
desain, kita jumpai istilah elegant solution (pemecahan yang elegan - kena tetapi juga sekaligus indah), yang sejalan dengan prinsip tersebut di atas.
Sebagai
ilustrasi sederhana kita dapat mengambil bidang keamanan dan
ketertiban. Ketika sedang berlangsung shooting sebuah film, bagaimanakah
caranya untuk mencegah gangguan yang mungkin timbul dari kerumunan
manusia yang menonton?
Kita dapat memakai pola kamtib yang kaku
dan keras. Ini sudah biasa. Tetapi kalau kita memikirkan cara yang lebih
berseni, perhatian dari kerumunan manusia tersebut dapat dialihkan
melalui atraksi lain. Dapat dilibatkan seorang pelawak, artis, atau
bintang film, atau tokoh penghibur lain, dan melalui mereka diberikan
layanan yang simpatik bagi kerumunan massa tersebut. Ini pun merupakan
bentuk promosi tidak resmi bagi film yang sedang dibuat.
Dalam
bidang pemasaran barang dan jasa, biasanya yang paling menonjol adalah
pertimbangan efisiensi dan laba. Meskipun ini suatu kelaziman, kenyataan
hasilnya bisa berbeda. Sikap yang terlalu komersial justru menutup
pintu pengembangan produk, karena dibatasi oleh rabun dekat dari pemasar tersebut. Ia melupakan bahwa bidang garapannya adalah kepuasan konsumen secara menyeluruh.
Bila
pemasar itu mulai mempertanyakan manakah cara-cara yang yang lebih
berseni untuk memuaskan kebutuhan konsumennya, terbukalah pintu untuk
ide-ide kreatif yang pada akhirnya membawa keuntungan usaha yang lebih
terjamin.
Contohnya adalah bagaimana produk alat-alat jahit
dirancang dan dipromosikan dengan tema "gembira menjahit", memperindah
kehidupan keluarga dengan keterampilan menjahit, dan lain-lain
pendekatan yang simpatik.
Bisa kita jumpai juga dalam bidang
kuliner, sebagai contoh misalnya kuliner mie ayam pangsit bakso. Cara
penyajian makanan ini sebenarnya sederhana saja, cukup mie ditempatkan
dalam mangkuk, potongan kecil-kecil olahan daging ayam, pangsit serta
asesoris lainnya ditambahkan di atasnya lalu bakso dengan kuah disajikan
terpisah atau dicampur.
Kita sudah bisa menikmati kelezatannya
yang sering membuat ketagihan. Tetapi akhir-akhir ini ada cara penyajian
baru dimana mie disajikan dengan mangkuk terbuat dari pangsit goreng
yang selanjutnya bisa kita makan juga juga mangkuk unik tersebut.
Bukankah ini juga suatu tindakan kreatif berseni dalam penyajian? Tentu
saja hal ini akan berdampak pada makna lebih dalam cita rasa.
Adalah kebiasaan kita semua untuk melihat suatu permasalahan sebagai hal yang mendesak (urgent),
dimana pemecahan yang langsung tampak di depan mata itulah yang
diambil. Edward de Bono menyarankan agar kita selalu dapat membedakan
antara mana-mana yang mendesak dan yang penting.
Ada hal-hal yang tidak mendesak tetapi penting (important).
Kalau kita memperlakukan sesuatu sebagai hal yang penting, maka
kreativitas atau cara berseni pun lebih mendapat tempat. Selanjutnya
dalam jangka panjang upaya itu akan memberikan buah jauh lebih banyak.
Demikianlah
paparan sederhana (lagi) tentang bagaimana kita mampu melakukan
sesuatu, memecahkan masalah atau menciptakan sesuatu lebih kreatif
dengan menekankan makna. Semoga bermanfaat dan menambah wawasan
kreativitas kita.
Salam kreatif penuh cinta.
***
Solo, Jumat, 8 Juni 2018
Suko Waspodo
ilustrasi: HidayahArt
0 comments:
Posting Komentar