Welcome...Selamat Datang...

Selasa, 28 Agustus 2018

Ratna Sarumpaet yang 'Ascot' dan TV One yang Memang Beda


TV One memang beda, itulah kenyataannya. Berita yang disampaikan , khususnya politik, sering tidak independen. Acara andalannya sepertinya hanya Indonesian Lawyer Club (ILC) dan inilah yang menunjukkan keberbedaannya. Keberbedaan yang bermutu namun rendah.

Awalnya agak males membahas tentang kebusukan acara ini, namun begitu melihat apa yang disampaikan oleh Ratna Sarumpaet pada ILC dengan tagar #ILCPerangSocmed Selasa lalu membuat saya gemas untuk menuliskannya di sini. 

Mengapa baru saya ulas sekarang? Jujur karena pada awalnya saya tidak mau peduli dengan acara yang satu ini tetapi karena menyinggung tentang hubungan Joko Widodo, kepala negara yang sangat saya hormati, dengan ibundanya maka saya akan mempermasalahkannya. Dengan melalui permenungan beberapa hari, akhirnya akan saya paparkan kegelisahan saya terhadap peristiwa acara tersebut di tulisan ini.

Apa urgensinya Ratna Sarumpaet meminta agar dicocokkan DNA presiden Jokowi dengan ibundanya? Pertama, tema acara tersebut adalah perang media sosial tetapi mengapa dia mempermasalahkan  hubungan Jokowi dengan ibundanya. Ini sungguh out of topic dan keterlaluan. Kemudian apa haknya dia menyoal masalah DNA seseorang, apalagi ini tentang seorang presiden dari negara berdaulat yang sah dipilih oleh rakyat melalui pemilu.

Seandainya kebencian Ratna Sarumpaet kepada Jokowi begitu mendalam, mengapa mesti dia ungkapkan di acara tersebut. Apakah karena acara tersebut mungkin ditonton oleh jutaan orang lalu dia mengunakan kesempatan tersebut untuk mengumbar kebencian? Sungguh sinting dan kurang kerjaan perempuan yang satu ini.

Lalu apa masalahnya dengan DNA atau hubungan darah antara Jokowi dengan ibundanya? Seandainya Jokowi tidak mempunyai hubungan darah dengan ibundanya, apa persoalannya? Seandainya Jokowi hanya anak pungut dan yatim piatu atau tidak jelas asal keturunannya, apakah juga perlu dipersoalkan?

Ratna Sarumpaet yang justru harus dipertanyakan apakah dia masih waras dan layak sebagai narasumber. Nara sumber suatu acara talk show politik, yang kadang dipakai bahan perbincangan orang awam, seharusnya bukan orang yang 'ascot', asal mbacot.  Ratna Sarumpaet sebagai nara sumber yang 'ascot' harus mempertanggungjawabkan apa yang dia katakan.

Karni Ilyas dan secara khusus TV One juga harus bertanggung jawab dengan masalah ini. Karni Ilyas sejujurnya pernah menjadi wartawan idola saya saat dia masih di majalah Tempo dan Forum. Ulasannya selalu tajam namun independen. Tetapi sejak dia menjadi moderator ILC dan memasuki tahun politik kali ini, dia menjadi seorang pengadu domba. Nara sumber yang  nyerocos ngomong busuk dan ngaco tidak dihentikan, dibiarkan mengumbar kebohongan dan fitnah.

Era kebebasan pers memang sudah dinikmati oleh berbagai media, termasuk televisi, namun bukan berarti lalu boleh seenaknya sendiri membunuh karakter seseorang, apalagi seorang presiden. Andai ucapan yang disampaikan Ratna Sarumpaet terjadi di era orde baru atau Jokowi seorang yang pemarah pasti Ratna Sarumpaet sudah habis dan dibui atau hilang dari muka bumi. Demikian pula Karni Ilyas akan selesai karirnya dan TV One akan dicabut ikin siarannya.

Sungguh dalam hal ini saya berharap  Komisi Penyiaran Indonesia memberi sanksi kepada TV One, khususnya keberlangsungan acara ILC. Semoga hukum yang berlaku juga dikenakan pada siapa pun yang memfitnah atau menghina presiden. Tetapi harapan hanya tinggal harapan, entah apa yang akan terjadi selanjutnya.

***
Solo, Sabtu, 25 Agustus 2018
'salam kritis penuh cinta'
Suko Waspodo
kompasiana
antologi puisi suko
ilustrasi: youtube

0 comments:

Posting Komentar