Welcome...Selamat Datang...

Jumat, 03 Agustus 2018

"Saya Prihatin", Manuver Politik 'Adol Welas'


'Saya prihatin', ungkapan khas yang dalam kancah politik Indonesia selalu mengingatkan pada sosok Susilo Bambang Yudhoyono atau populer dengan SBY. Mantan presiden RI ke-6 inilah yang sering mengucapkan kata-kata itu setiap kali menanggapi serangan politik terhadap dirinya atau partainya.

Gerak-gerik tokoh tertinggi Partai Demokrat ini memang khas. Setiap kali ada serangan politik terhadap dirinya atau partainya niscaya dia selalu pasang strategi 'adol welas', bertingkah seakan dizolimi dan minta dikasihani. 'Saya prihatin' itulah yang selalu mengawali tanggapannya dalam setiap peristiwa politik. Termasuk setiap kali kader partainya tertangkap KPK karena kasus korupsi. Tak ada sikap ksatria mengakui kebusukan kadernya, selalu mengatakan bahwa semua kasus korupsi kadernya hanya bentuk upaya untuk mencemarkan nama baiknya. Gerak-gerik politiknya semakin hari justru semakin memprihatinkan.

Di satu sisi seolah bersikap tanpa memihak kubu-kubu yang ada tapi sesungguhnya melihat peluang yang bisa menguntungkan dirinya . Manuvernya menyuruh AHY berhenti dari karir militernya dan berpindah dalam karir politik justru menjadi blunder.

Kekalahan dalam pilkada DKI dan elektabilitas AHY yang rendah tatkala akan dicapreskan oleh Partai Demokrat (PD) membuat gerak-gerik SBY semakin linglung.  Akan dicapreskankan sendiri oleh  PD jelas tidak mencukupi dukungan kursinya di parlemen. Berkoalisi dengan partai lain dan AHY hanya ditempatkan sebagai cawapres sampai saat ini SBY belum mau.

Banyak kadernya yang kandas dalam pilkada yang baru saja berlangsung, memperburuk keadaan. Saat ini kondisinya sungguh memprihatinkan, capek jiwa raga dengan gerak-gerik politiknya sendiri akhirnya SBY jatuh sakit.  Kali ini ia tidak bisa 'adol welas' lagi karena kondisinya sungguh memelas.

Sudahlah pak tua, jangan banyak begadang dan keliling kemana-mana. Ragamu sudah tua, gerak-gerik politikmu pun sudah semakin renta. Biarlah anakmu bertumbuh secara alamiah dalam kancah politik yang ada. Jika memang dia bertalenta dan punya perilaku tak tercela niscaya suatu saat rakyat memilihnya. Tak perlu bermanuver 'adol welas' lagi. Saatnya engkau beristirahat, menikmati pensiun presiden secara terhormat. Merdeka !!!

Salam damai penuh cinta.

***
Solo, Kamis, 19 Juli 2018
Suko Waspodo
ilustrasi: pinterest.com/massehidayat 

0 comments:

Posting Komentar