'Saya prihatin', ungkapan khas yang dalam kancah politik Indonesia
selalu mengingatkan pada sosok Susilo Bambang Yudhoyono atau populer
dengan SBY. Mantan presiden RI ke-6 inilah yang sering mengucapkan
kata-kata itu setiap kali menanggapi serangan politik terhadap dirinya
atau partainya.
Gerak-gerik tokoh tertinggi Partai Demokrat ini
memang khas. Setiap kali ada serangan politik terhadap dirinya atau
partainya niscaya dia selalu pasang strategi 'adol welas', bertingkah
seakan dizolimi dan minta dikasihani. 'Saya prihatin' itulah yang selalu
mengawali tanggapannya dalam setiap peristiwa politik. Termasuk setiap
kali kader partainya tertangkap KPK karena kasus korupsi. Tak ada sikap
ksatria mengakui kebusukan kadernya, selalu mengatakan bahwa semua kasus
korupsi kadernya hanya bentuk upaya untuk mencemarkan nama baiknya.
Gerak-gerik politiknya semakin hari justru semakin memprihatinkan.
Di
satu sisi seolah bersikap tanpa memihak kubu-kubu yang ada tapi
sesungguhnya melihat peluang yang bisa menguntungkan dirinya .
Manuvernya menyuruh AHY berhenti dari karir militernya dan berpindah
dalam karir politik justru menjadi blunder.
Kekalahan dalam
pilkada DKI dan elektabilitas AHY yang rendah tatkala akan dicapreskan
oleh Partai Demokrat (PD) membuat gerak-gerik SBY semakin linglung.
Akan dicapreskankan sendiri oleh PD jelas tidak mencukupi dukungan
kursinya di parlemen. Berkoalisi dengan partai lain dan AHY hanya
ditempatkan sebagai cawapres sampai saat ini SBY belum mau.
Banyak
kadernya yang kandas dalam pilkada yang baru saja berlangsung,
memperburuk keadaan. Saat ini kondisinya sungguh memprihatinkan, capek
jiwa raga dengan gerak-gerik politiknya sendiri akhirnya SBY jatuh
sakit. Kali ini ia tidak bisa 'adol welas' lagi karena kondisinya
sungguh memelas.
Sudahlah pak tua, jangan banyak begadang dan
keliling kemana-mana. Ragamu sudah tua, gerak-gerik politikmu pun sudah
semakin renta. Biarlah anakmu bertumbuh secara alamiah dalam kancah
politik yang ada. Jika memang dia bertalenta dan punya perilaku tak
tercela niscaya suatu saat rakyat memilihnya. Tak perlu bermanuver 'adol
welas' lagi. Saatnya engkau beristirahat, menikmati pensiun presiden
secara terhormat. Merdeka !!!
Salam damai penuh cinta.
***
Solo, Kamis, 19 Juli 2018
Suko Waspodo
ilustrasi: pinterest.com/massehidayat
0 comments:
Posting Komentar