Welcome...Selamat Datang...

Sabtu, 25 Agustus 2018

Perumusan Judul yang Baik serta Penulisannya yang Benar



Perumusan Judul yang Baik

Sungguh tidak mudah bagi seseorang untuk dapat merumuskan judul karangan atau tulisan yang sedang dibuatnya. Bukan saja bagi para penulis pemula, bagi para penulis yang sudah berpengalaman sekalipun, merumuskan judul yang baik dan tepat bukanlah persoalan yang sederhana. Pengalaman menunjukkan bahwa merumuskan judul yang baik perlu melewati tahapan-tahapan tertentu.

Adakalanya juga, perumusan judul itu harus dilakukan berulang-ulang, sambil proses menulis itu selesai dilakukan. Bahkan bisa terjadi pula, setelah seseorang selesai menulis atau mengarang dan siap untuk dipublikasikan, ternyata judul karangan harus diubah kembali setelah melewati sejumlah perenungan. Tentu saja hal demikian ini wajar dan boleh-boleh saja. dilakukan karena memang merumuskan judul yang tepat sama sekali bukanlah persoalan yang mudah dan sederhana.

Beberapa hal berikut ini kiranya baik untuk dicermati, sekalipun tidak dapat dipandang sebagai resep yang jitu untuk merumuskan judul karangan:

  • Harus setali dengan tema karangan, maka harus kelihatan benang merahnya.
  • Harus sesuai dengan isi karangan, maka dalam karangan ilmiah ini mutlak, dalam karangan naratif tidak.
  • Harus dirumuskan dalam bentuk frasa, bukan kalimat melainkan frasa yang menantang.
  • Harus dirumuskan dengan jelas sehingga akan dapat membantu mengendalikan variabel dan membantu merumuskan ancangan, membantu pengukuran.
  • Harus dirumuskan dengan singkat, mudah ditangkap oleh indra, mudah dilihat (eye-catching), tidak mengunakan kiasan.
Namun harus dicatat baik-baik bahwa perumusan judul yang baik akan dapat dilakukan oleh seorang penulis atau pengarang setelah dia melewati beberapa tahapan perumusan, bahkan setelah tahapan pengendapan tertentu.

Penulisan Judul yang Benar

Judul yang tepat dan penulisan yang benar tidak hanya membutuhkan rangkaian kalimat yang unik, menarik, dan kontekstual, tetapi juga rapi dan sesuai kaidah. Tata penulisan yang amburadul hanya akan membuat calon pembaca merasa penulis tidak memiliki kemampuan yang terpercaya, sehingga jangankan lanjut membaca, melirik lagi saja belum tentu berkenan.

Supaya terhindar dari kesalahan tersebut, mari kita cermati dan pahami  penjelasan cara penulisan judul yang tepat menurut Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia  berikut:

1. Setiap Huruf di Awal Kata Ditulis Dengan Huruf Kapital

Ada beberapa ragam cara penulisan judul, di antaranya adalah menulis keseluruhan huruf dengan huruf kapital, contoh: BADAI PASTI BERLALU. Cara itu tidak salah, tetapi menimbang dari segi kerapian, banyak orang yang lebih memilih cara konvensional. Cara penulisan judul yang benar adalah menulis setiap awal kata dengan huruf kapital, terutama huruf pada kata paling depan perhatikan contoh judul ini: Di Sini Cinta Pertama Kali Bersemi, Burung-Burung Manyar, Hujan Kepagian, Ronggeng Dukuh Paruk. Aturan ini berlaku untuk hampir semua jenis kata termasuk nama, tempat, sifat, keterangan. Namun, ada beberapa pengecualian yang akan dijelaskan pada poin-poin berikut.

2. Gunakan Huruf Kecil untuk Preposisi, Konjungsi, dan Interjeksi 

Yang dimaksud dengan preposisi adalah kata depan yang diikuti oleh kata lainnya. Dilihat dari fungsinya, kata ini memiliki fungsi untuk menjelaskan dan memberikan kesinambungan antara kata sebelum dan kata selanjutnya. Yang termasuk dalam preposisi adalah: di, ke, pada, dalam, yaitu, kepada, daripada, untuk, bagi, ala, bak, tentang, mengenai, sebab, secara, terhadap, dst. Berikut ini contoh judul menggunakan preposisi:
  • Kreativitas dalam Karya Seni Puisi
  • Nyanyian dari Blora
  • Cintaku di Kampus Biru
Sedangkan konjungsi adalah nama lain dari kata sambung. Kata ini memiliki fungsi untuk menghubungkan kata-kata, kalimat-kalimat, dan ungkapan-ungkapan dan tidak memiliki makna khusus jika berdiri sendiri. Kata-kata yang termasuk konjungsi  yaitu dan, atau, tetapi, ketika, seandainya, supaya, pun, seperti, oleh, karena, sehingga, bahwa, kalau, untuk, kemudian. Inilah contoh konjungsi dalam suatu judul:
  • Kota Solo Tidak Punya Laut tetapi Punya Selat
  • Sepeda Motor Seharusnya Tidak untuk Mengangkut
Terakhir, interjeksi, adalah istilah lain untuk kata seru yang mengungkapkan isi hati dari si pembicara. Kata ini relatif jarang ditemui pada judul karya-karya tulis serius, tetapi banyak menjadi pilihan untuk narasi yang bersifat ekspresif. Contoh interjeksi adalah Alhamdulillah, duh, ih, cih, yuk, wah, wow, amboi, ah, lho, dan lain-lain. Perhatikan judul-judul berikut:
  • Nasi Liwet Solo Enak Banget, lho!
  • Jalan-Jalan ke Malioboro, yuk!
Meskipun demikian, ketiga jenis kata partikel tersebut harus tetap ditulis dengan huruf kapital apabila letaknya di kata pertama sebuah judul, sesuai dengan kaidah awal. Kita bisa menjadikan sejumlah karya besar sebagai contoh pengecualian ini,  termasuk Dari Ave Maria sampai Jalan Lain ke Roma, Kalau Tak Untung, atau judul-judul berita yang sering kita lihat seperti: Wow, Lihat Nasib Artis Ini Sekarang!

3. Perhatikan Kaidah Huruf Kapital pada Kata Ulang

Terkadang, kita menemukan kata ulang pada judul yang akan kita gunakan. Untuk mengetahui cara penulisannya, pertama-tama kita harus mengenali bentuk kata ulang tersebut. Pada dasarnya, kata ulang bisa didefinisikan sebagai kata yang telah mengalami pengulangan (reduplikasi) pada kata dasarnya. Kata ulang murni (dwilingga) dan kata ulang semu harus ditulis dengan huruf kapital di setiap awal kata karena sifatnya yang bisa dibilang tidak mengalami perubahan apapun. Seperti contoh-contoh berikut:
  • Cara Menyembelih Biri-Biri di Hari Raya Kurban
  • Kehidupan Si Kupu-Kupu Malam
  • Sayap-Sayap Patah
  • Kecil-Kecil Jadi Pengantin
Sedangkan bentuk kata ulang sebagian, kata ulang berimbuhan, kata ulang dwipurwa, dan kata ulang perubahan—semua yang sederhananya sudah mengalami perubahan bentuk—hanya ditulis kapital pada huruf pertama kata ulang. Perhatikan pada judul-judul berikut ini:
  • Kapoltabes Surakarta: Gerak-gerik Ibu Korban Mencurigakan
  • Berjalan-jalan di Kota Solo
  • Cerai-berai Negeriku
4. Penggunaan Tanda Petik pada Kata Bahasa Asing atau Bahasa Daerah

Sering kita jumpai judul tulisan atau karangan yang menggunakan kata bahasa asing atau bahasa daerah, untuk itu penulisannya harus menggunakan tanda petik. Berikut ini contohnya:

  • Jokowi "Man of The Year 2012"
  • Politik ala "Wong Jawa"
  • "Sepi ing Pamrih" atau Kemurnian Hati

Secara umum, dalam membuat sebuah judul kita harus memerhatikan bentuk dan tata kalimat untuk menentukan mana saja kata yang harus kita beri huruf kapital. Hal ini penting untuk membuat susunan kata yang elok dipandang dan terasa rapi, juga menarik.

Nah, demikian paparan mengenai cara perumusan judul yang baik serta penulisannya yang benar. Semoga bermanfaat dan selamat berkarya.

***
Solo, Jumat, 24 Agustus 2018
'salam damai penuh cinta'
Suko Waspodo

0 comments:

Posting Komentar