Meskipun kita dapat mengatakan bahwa gerak jiwa dan pikiran kreatif
itu sama, baik dalam ilmu, pemecahan masalah, pendidikan, humor maupun
dalam berbagai cabang kesenian, namun antara masing-masing pun terdapat
perbedaan yang hakiki. Hal itu terlihat apabila kita menelaah tujuan,
motivasi, serta seluk-beluk emosionalnya. Sekarang kita mencoba mengupas
karya kreatif dalam kesenian, khususnya puisi.
Kreativitas ilmu
dan teknologi bertujuan untuk mencari nilai-guna yang baru, sedangkan
kreativitas kesenian bertujuan untuk mencari nilai makna. Sepotong puisi
yang bermutu umumnya mempunyai maksud mengungkapkan kehidupan atau
keindahan mendalam melalui media bahasa.
Apakah kata-kata atau
kalimat yang dipilih oleh penyair itu lahir secara spontan saja? Tentu
saja unsur pengilhaman yang spontan selalu ada. Tetapi tidak jarang si
penyair harus mencurahkan daya pikirnya untuk mencari, membandingkan,
mengubah-ubah susunan, atau untuk menafasi setiap kata atau bunyi yang
terungkap. Seringkali dibutuhkan elaborasi atau ikhtiar untuk menyusun. Ternyata, hanya pada benak dan hati yang sudah siap, ilham akan datang.
Seorang
penyair mengalami bahwa ia harus bergulat dengan banyak batasan. Gelora
gagasan atau terkadang suatu penginderaan dalam batinnya harus
dituangkan ke dalam suatu bentuk. Kemudian bentuk itu harus tunduk
kepada suatu gaya bahasa, irama, makna yang mungkin bukan hanya satu
melainkan bertingkat-tingkat, paduan antara kejelasan dan kesamaran, dan
mungkin ada kutub-kutub lain yang saling bertentangan. Ini semua
membawa semacam ketegangan kreatif pada diri penyair, dan jika ia
berhasil, ketegangan itulah sebenarnya yang memberikan kekuatan atau
dinamika pada syairnya.
Marilah kita menyelami sejenak sendi-sendi kreatif sebuah sajak atau puisi.
- Seringkali terkandung metafor (perbandingan berdasarkan unsur kesamaan). Contoh yang sederhana: hati yang gundah diibaratkan sebagai hadirnya mendung. Contoh yang lebih mendalam: suatu sikap manusia yang tidak ingin membeda-bedakan sesama dirasakan sebagai sorotan rembulan yang lembut di malam hari; tidak tajam, tidak mengarah ke diskriminasi; ia adalah denyut keibuan yang sejati. Renungkanlah
bagaimana perasaan, atau lebih tepatnya kerinduan penyair akan gambaran
itu, harus dituangkan dalam sederetan kata-kata yang ditulis atau
dibaca.
Ia mencoba, menulis dan menulis, mengoreksi, menanti sampai datang satu baris pengungkapan yang paling utuh, lalu merumuskan dan merumuskan lagi. - Antara bunyi kata dan makna kata, seringkali terdapat pertautan "kehidupan" yang kadang-kadang jelas/gamblang, kadang-kadang tersembunyi. Inilah hakikat yang terus digali oleh para penyair. Mereka seolah-olah harus kembali ke naluri-naluri purba dalam berbahasa, ketika kesan dari gambaran dan suara-suara alamiah di sekeliling menjadi akar dari gagasan untuk berkomunikasi. Namun penyair juga sekaligus bergerak pada taraf abstraksi bahasa yang tinggi, sebagai keterampilan khas mereka.
- Suatu puisi juga bisa menunjukkan ketidaklengkapan, seakan-akan menggambarkan ketidakmampuan bahasa untuk mengungkap pesan atau kebenaran yang terpendam. Penyair mengajak penanggapnya untuk ikut "menggapai". Dengan peran-serta ini makna akan dilengkapi.
- Paradoks atau pertentangan juga sering dimunculkan karena dengan paradoks makna seutuhnya dapat ditangkap.
- Dalam menghayati sebuah puisi, perasaan kita akan irama sangat dibutuhkan. Tanpa mengikutsertakan rasa irama, penghayatan kita belum penuh. Seperti halnya dengan musik, ada cepat, ada lambat, kadang kuat lalu lemah, tanpa gerak. Kekosongan juga suatu bentuk isi. Begitulah kiranya nafas kehidupan diperagakan.
Jika gelombang perasaan dan
penginderaan kita dapat didekatkan dengan denyut orisinal dalam jiwa
seniman tersebut, maka setiap kali kita menikmati karya seninya, kita
pun ikut mengalami proses kreatif. Selanjutnya sebagai ciri dari suatu
karya seni yang baik, kita sebagai penanggapnya yang ikut menyelami
tidak akan cepat merasa lelah atau bosan.
Setiap bentuk karya
seni, termasuk yang populer, sesungguhnya bertujuan menyegarkan kembali
kemanusiaan kita. Untuk itu kita harus bersikap lebih daripada sekedar
menghargai keterampilan seniman, karena yang penting untuk dihayati
sebenarnya adalah alam perasaannya, gagasannya.
Apabila kita
mencoba menjadi penanggap yang aktif, atau mencoba juga untuk ikut
mencipta suatu karya seni, dengan sendirinya kepekaan kita pun akan
meningkat. Ketajaman dalam menangkap perlambangan atau simbolisme
sedikit demi sedikit memperkaya diri kita, dan ini secara umum merupakan
peningkatan daya kreativitas. Semoga.
Salam kreatif penuh cinta.
***
Solo, Senin, 4 Juni 2018
Suko Waspodo
ilustrasi: wikiHow
0 comments:
Posting Komentar