Suko Waspodo, No. 04
Hari belum beranjak siang, aku
baru saja pulang dari sekolahku di TK Bhayangkari di kota kecil Cepu. Terdengar
suara teman-teman sebaya tetangga memanggil namaku, bergegas aku berganti baju
sehari-hari dan kemudian menemui mereka.
Hampir setiap hari kami punya
kebiasaan bermain bersama sepulang sekolah. Permainan yang sering kami lakukan
adalah memukuli secara berirama deretan pipa minyak yang ada di seberang jalan di depan rumahku.
Rumahku dekat dengan pengolahan
minyak bumi mentah untuk dijadikan minyak tanah. Ada lima deret pipa minyak di
pinggir jalan yang merupakan aliran dari tempat pertambangannya di sebelah
utara kota Cepu menuju tempat penyulingannya di bagian timur kota Cepu. Pipa minyak tersebut waktu itu berbahan dasar
dari besi baja dan berada di permukaan tanah sehingga memudahkan bagi kami
untuk bermain seolah-olah ‘orkes perkusi’.
Mungkin isi di dalam pipa tidak
sama volumenya sehingga suara hasil pukulan kami bisa bervariasi nadanya. Jenis
alat pemukul dari kami yang berbeda beda juga menghasilkan variasi suara. Ada
yang menggunakan potongan bambu, kayu, besi atau hanya sekedar menggunakan
batu.
Tak pernah bosan kami bermain
dengan cara itu. Dibarengi dengan nyanyian asal-asalan khas anak kecil,
hari-hari kami terasa sangat menyenangkan dengan permainan sederhana itu. Masa
kecil lebih dari empat pukuh tahun lalu
yang sungguh membahagiakan. Masa yang
tak terlupakan indahnya.
***
Solo, Jumat, 13 Juni 2014
‘salam hangat penuh cinta’
Suko Waspodo
0 comments:
Posting Komentar