Welcome...Selamat Datang...

Padi organik petani hasil pendampingan kami

Padi Rojolele organik

Lokomotif tua di kota kecil Cepu, Blora

Lokomotif tua yang sekarang kadang-kadang digunakan untuk kereta wisata di lingkunagn perhutani Cepu-Blora.

SATE BUNTEL KHAS SOLO

Lezat dan bikin kita ketagihan.

Jajanan khas Jawa

Jajanan khas Jawa ini sekarang sering disajikan dalam acara formal maupun informal. Lengkap, rasanya bervariasi dan sehat.

Para peserta LDK di Tawangmangu

Latihan Dasar Kepemimpinan diikuti oleh sekitar 30 mahasiswa Surakarta di Tawangmangu pada tahun 2011.

Di Tanah Lot Bali

Refreshing di Bali pada tahun 2010, bersama teman-teman dosen.

Rabu, 02 Oktober 2013

Dahsyat! Tulisanku tentang Jokowi Dihargai 155.000 Rupiah

Kembali saya ucapkan selamat kepada saudara-saudaraku kompasianer yang tulisannya bersama dengan tulisan saya termuat dalam buku ‘Jokowi Bukan untuk Presiden’. Saya yakin buku tersebut akan laris dan best seller. Untuk itu kita patut berbangga kita terlibat di dalam buku itu. Dan yang lebih membanggakan lagi kita akan mendapatkan imbalan Rp 155.000,-/artikel (flat hanya terima sekali) untuk jangka waktu 10 tahun. Luar biasa, dahsyat !!! Suatu penghargaan karya ilmiah yang ‘sangat istimewa’.

Penghargaan sebesar itu yang kita terima hanya sekali dalam jangka waktu 10 tahun sungguh merupakan penghormatan terhadap karya ilmiah yang menakjubkan. Pasti membuat kecemburuan bagi para penulis lain. Mereka pasti belum pernah terima honor penulisan sebesar yang kita terima kali ini.

Saudara-saudaraku kompasianer sebuku dan sepenulisan harus sangat bersyukur. Imbalan penulisan ini sungguh luar biasa besar dan di luar bayangan kita meski kita tidak diajak bicara dulu dan langsung harus menandatangani kesepakatan imbalan sebesar itu setelah buku diterbitkan. Terima kasih Kompasiana dan Elex Media Komputindo atas kebaikhatiannya. Semoga Tuhan membalasnya.

Salam bahagia penuh cinta.

Foto: Dok. Elex Media Komputindo

***
Solo, Selasa, 1 Oktober 2013
Suko Waspodo

Selasa, 01 Oktober 2013

Saktikah Pancasila?

Setiap tanggal 1 Oktober setiap tahun kita peringati Hari Kesaktian Pancasila, peristiwa pengingat kemenangan ideologi Pancasila terhadap Komunis yang diusung oleh PKI pada tahun 1965. Tanggal bersejarah yang selalu mengingatkan betapa pentingnya mempertahankan ideologi Pancasila yang merupakan ideologi yang paling tepat untuk mempertahankan dan mempersatukan bangsa dan negara Indonesia.

Namun peringatan ini juga sekaligus menjadi saat kita untuk merefleksi diri. Merefleksi apakah kita sudah menjalankan amanat yang ada dalam Pancasila sehingga ia masih bisa sakti sebagai ideologi bangsa dan negara ini. Sudahkah kita dan khususnya para penyelenggara negara ini menjalankan sila-sila Pancasila secara murni dan konsekuen sehingga NKRI tetap bisa kita jaga.
Tak ada salahnya dalam kesempatan ini kita merefleksi pelaksanaan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara ini.

Ketuhanan yang Maha Esa

Banyaknya tempat ibadah di negeri ini memang menunjukkan bahwa bangsa ini memiliki agama namun tidak sekaligus menunjukkan bangsa ini agamis. Kenyataannya masih sering terjadi perselisihan yang mengatas namakan agama yang dalam perilakunya justru tidak menunjukkan perilaku yang agamis. Mengatasanamakan pembelaan terhadap suatu agama tapi melakukan tindakan yang tidak manusiawi. Perbedaan dalam memaknai relasi dengan Tuhan dijadikan permasalahan. Dan yang lebih memprihatinkan lagi pemerintah tidak pernah tegas dalam menangani persoalan-persoalan yang menyangkut penegakan kerukunan antar umat beragama. Contohnya antara lain kasus Syiah di Madura dan Ahmadiyah. Jadi sila pertama ini masih belum dihayati apalagi diamalkan oleh seluruh rakyat Indonesia. Kita masih hanya sekedar ‘having religion’ dan bukan ‘being religious’.

Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

Memperlakukan manusia sebagai manusia adalah makna dasar dari sila ini. Dalam kehidupan kita sehari-hari nyatanya masih sering terjadi tindakan-tindakan yang tidak manusiawi. Contoh yang masih segar dalam ingatan kita adalah pengusiran kaum Syiah di Madura dari tempat tinggal mereka dan juga penembakan preman di lapas Cebongan oleh Kopassus. Perbedaan pendapat maupun penegakan hukum semestinya diselesaikan menurut hukum dan oleh pihak yang berwenang bukan dengan main hakim sendiri serta melanggar hak-hak asasi manusia. Masih banyak PR besar yang harus diselesaikan dalam pengamalan sila kedua ini.

Persatuan Indonesia

Menjunjung tinggi dan mencintai Indonesia sebagai kesatuan politik, kesatuan sosial dan budaya, kesatuan ekonomi dan kesatuan pertahanan dan keamanan itulah yang mesti kita laksanakan dalam pengamalan sila ketiga ini. Namun dalam kenyataannya masih sering terjadi keinginan daerah-daerah tertentu untuk memisahkan diri atau minta diperlakukan sangat istimewa. Pemerintah sebagai penyelenggara negara sering tidak tegas dalam masalah ini. Daerah tertentu diperlakukan sangat istimewa dan bahkan boleh membuat aturan-aturannya sendiri yang bertentangan dengan UUD 1945 sementara banyak daerah lain yang diterlantarkan dan dianaktirikan dalam pembangunan. Persatuan dan kesatuan yang nyata tidak ditegakkan. Potensi perpecahan masih terus berlangsung.

Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan

Sila yang merupakan bentuk pelaksanaan demokrasi di Indonesia ini pada kenyataannya juga belum bisa diamalkan dengan baik. Pelaksanaan Pemilu memang berlangsung dengan semakin baik namun tidak berarti bahwa kita sudah memiliki parlemen yang berkualitas. Para wakil rakyat yang duduk di parlemen sebagian besar tidak mewakili kepentingan rakyat melainkan hanya kepentingan partai dan bahkan kepentingan memperkaya diri pribadi. Rakyat belum benar-benar terwakili dalam parlemen melainkan hanya menjadi sarana pembenaran untuk meraih keserakahan menghabiskan uang rakyat. Sidang-sidang di DPR masih sering hanya menjadi kepentingan partai atau kelompok politik tertentu bukan untuk memperjuangkan atau menyuarakan kepentingan rakyat.

Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Dalam kenyataan pengamalan sila ini masih terlihat sekali bahwa rakyat negeri ini masih belum menikmati keadilan sosial secara menyeluruh. Tingkat kemiskinan masih sangat tinggi. Kemakmuran hanya dinikmati oleh sebagian rakyat. Pemerintah belum bisa menyediakan lapangan kerja sehingga masih banyak tenaga kerja yang harus mencari lapangan kerja di luar negeri dan ironisnya pemerinah tidak pernah bisa menjamin atau melindungi mereka. Keadilan sosial masih menjadi mimpi bagi sebagian besar rakyat negeri ini.

Itulah secara singkat refleksi terhadap penghayatan dan pengamalan nilai-nilai Pancasila. Maka terkait dengan pertanyaan saktikah Pancasila, jawabannya akhirnya terwujud dalam bagaimana kita dan penyelengara negara ini menerapkan sila-silanya. Masihkah kita mau serius menerapkan Pancasila secara murni dan konsekuen dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Demikianlah sedikit tulisan kecil sebagai ungkapan kecintaan terhadap Pancasila yang menurut penulis masih merupakan ideologi yang paling baik dan ideal bagi bangsa Indonesia. Selamat memperingati Kesaktian Pancasila dan semakin mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam sila-silanya. Merdeka!

Salam damai penuh cinta.

***
Solo, Selasa, 1 Oktober 2013
Suko Waspodo

Dengan Puisi Kita Bercumbu


















kutemukan puisi yang hanya bisa mematung
terdiam membisu tenggelam dalam bingung
puisi ini telah membuat hidupku terpasung
dengan janjinya  yang membuatku terkurung

aku benci baitnya yang hampa tanpa makna
mengaliri setiap jengkal raga tanpa cita rasa
tak pandai ia merangkai indah kalimat cinta
membuat kuterluka dalam setiap rengkuhnya

kini kutemukan puisi yang terus mainkan melodi
basuh luka hangatkan jiwa dengan nada harmoni
sentuh kalbu penuh rindu jalin rapi temali batin
seolah janjikan indah syair di kehidupan yang lain

betapa ingin kunikmati geliat rima bait puisi
kuhayati setiap lariknya dalam hasrat menggebu
kureguk manis aksara kembali merahkan nadi
hingga tandas terkuras dalam binal cumbu rayu

dalam jalinan kata indah naluri kuat menyatu
menguntai keinginan yang tak kan terhentikan
setiap ungkapan hasrat  penuh makna padu
membuncah gelegak rindu raga terpadukan

saling rengkuh satu dalam pagut kata mesra
memeluk kehangatan ungkap sejatinya cinta
lupakan semua goresan kata lama tanpa makna
nikmati keindahan sanjung tulus penuh pesona

gairah senantiasa mengalir dalam bait kerinduan
harapku puisi ini hadirkan asmara di peraduan
aku dan engkau mempelaiku dalam erat pelukan
tak ingin lepaskan jalinan syair indah kehidupan

puisi ini telah satukan dua hati yang berbeda
tuk bercumbu saling mengisi kekosongan rasa
asa dan cinta telah abaikan segala rintangan
sadari tak ada yang salah kita ingin kebahagiaan

***
Solo_Bandung, Selasa, 1 Oktober 2013. 12:37 am
'salam hangat penuh cinta'
Suko Waspodo & Coklat
antologi puisi suko
kompasiana
pepnews
ilustr: designsnext

Minggu, 29 September 2013

Galeri Kata-kata Bijak dalam Foto