Menarik sekali mengikuti
pemberitaan tentang pemain sinetron Jonas Rivanno beberapa hari ini.
Infotainment di televisi gencar sekali memberitakan tentang Jonas yang menjadi
mualaf terkait dengan rencana pernikahannya dengan artis Asmirandah.
Yang lebih seru lagi beritanya
pagi ini adalah bahwa Jonas menyangkal telah menjadi mualaf. Namun yang menarik
justru ada seorang pemuka agama yang merasa berang karena merasa telah
menjadikan Jonas mualaf. Maka terjadilah
perang pernyataan antara mereka di media. Haruskah kita mencampuri urusan
agama seseorang yang merupakan tanggung jawab pribadinya dengan Tuhan?
Having a religion dan bukan being
religious itulah yang masih sering kita lakukan. Agama hanya sekedar
sebagai formalitas yang tertera di KTP. Semestinya kita tidak perlu merasa
berang dengan pernyataan seseorang tentang agamanya. Dia mau beragama apa pun,
mau berpindah agama setiap saat pun itu adalah urusannya dengan Tuhannya. Yang
penting bahwa dia mencantumkan agama di KTP nya dan tidak melakukan tindakan
kriminal terhadap orang lain. Apakah
seseorang mau menjalankan ibadatnya dengan taat atau tidak itu bukan urusan
kita, itu hak pribadi dia dan urusan dia dengan Tuhannya. Lebih baik kita
menjalankan agama kita sendiri dengan taat dan menjalin relasi yang baik dengan Tuhan. Karena ukuran
kualitas iman tidak diukur dari pernyataan belaka melainkan tindakan nyata kita
terhadap orang lain.
Demikian tulisan sederhana bukan
untuk membela pernyataan Jonas Rivanno karena itu urusan dia dengan Tuhan.
Ulasan ini hanya sekedar ungkapan keprihatinan agar kita tidak terlalu
mencampuri urusan pribadi seseorang dengan Tuhannya dan berharap bahwa kita
tidak hanya sekedar having a religion
tapi lebih being religious. Semoga.
Salam damai penuh cinta.
***
Solo, Jumat, 1 November 2013.
Suko Waspodo
0 comments:
Posting Komentar