Kita semuanya tahu perilaku buruk
Juru Bicara (Jubir) Partai Demokrat (PD) Ruhut Sitompul dianggap kerap
menyerang lawan politik dengan berbagai cara. Salah satunya yang paling sering
dia lakukan adalah dengan mengeluarkan pernyataan berbau rasisme dan
kasar.
Hal ini menjadi bahan pembicaraan
dalam sebuah diskusi di Jakarta, Minggu, 9 Februari 2014. Menurut Karyono,
peneliti senior Indonesia Publik Institut (IPI), Ruhut sudah biasa bersikap
rasis. Diduga ada rasa puas ketika dia sudutkan seseorang dengan kalimat rasis,
bahkan mungkin sudah masuk kategori psikopat.
Lebih lanjut menurutnya,
pemikiran dan tindakan Ruhut sangat berbahaya jika sudah menjadi ajaran maupun
paham. “Kalau paham Ruhutisme memiliki pengikut, ini jadi bahaya laten.
Ruhutisme itu antitesa nasionalisme dan Pancasila,” tukasnya.
Anehnya, masih kata Karyono,
sosok Ruhut justru diberi tempat sebagai Jubir partai. “Padahal sikap Ruhut
bisa menimbulkan persepsi negatif terhadap PD sekaligus SBY (Ketua Umum DPP PD,
Susilo Bambang Yudhoyono). Sayang sekali Ruhut diangkat jadi Jubir,”
ujarnya.
Sebelum ini, Gerakan Nasional
Anti Diskriminasi (Granad) mengajukan istilah baru ke Dewan Bahasa. Granad
mengusulkan istilah “Ruhutisme”. “Harusnya agak malu kita jika rasisme masih
tumbuh di Indonesia. Hal yang paling memilukan adalah ketika rasisme
dikeluarkan publik figur seperti Ruhu Sitompul. Walau sekadar ucapan,
pernyataan Ruhut bisa memecah keutuhan berbangsa dan bermasyarakat,” kata
inisiator Granad, Arnold.
Dia menyatakan bahwa rasisme
harus dihilangkan dari Tanah Air. “Rasisme tidak perlu ada ketika republik
berdiri. Kami berharap orang-orang yang berperilaku Ruhutisme untuk dieliminir.
Mereka punya potensi memecah belah,” tukasnya.
Seperti kita ketahui, tahun lalu
dalam sebuah siaran televisi swasta, Ruhut menyebut pengamat politik dari
Universitas Indonesia (UI) Boni Hargens sebagai pengamat hitam. Dalam dialog
tersebut Ruhut secara sengaja menghina warna kulit Boni Hargen yang berasal dari
NTT; “Aku mau tanya, lumpur Lapindo itu warnanya apa? Hitam kan? Ya, udah, itu
Boni Hargens itu kulitnya hitam,” kata Ruhut.
Inilah salah satu contoh nyata
perilaku tidak etis politisi busuk negeri ini. Asal njeplak (buka mulut) tanpa tata karma. Masyarakat seharusnya
memasukkan ke dalam daftar hitam, siapapun politisi yang berperilaku buruk,
apalagi psikopat seperti Ruhut Sitompul. Merdeka!
Salam damai penuh cinta.
***
Solo, Senin, 10 Februari 2014
Suko Waspodo
0 comments:
Posting Komentar