Kamar ini, ya, hanya kamar ini yang
selalu setia menemaniku.
Entah tatkala aku sedih, atau ketika
ku tersenyum di depan meja rias yang buram tak bening lagi menatapku. Tape
recorder bass minimalis pun setia mengalunkan dentingan piano Yanni dalam
hari-hariku. Selalu itu, instrumentalia yang menyelusup di liang gendangan tak
jemu. Mengalunkan simfoni, harmoninya masuk di telingaku.
Siang atau setengah siang, sepuluh
lebih sepuluh, detik waktu berjalan di putaran jam dinding di ujung kamarku.
“Kenapa dia tak pernah lelah ya?“
Tanya bodohku dalam hati. Dia selalu
tepat dalam menempatkan jarum-jarum detiknya.
Tak-tik-tak-tik-tak-tik
Tak pernah berhenti, dan tak pernah
ingkar janji.
“Bagai merpati saja”
Pikirku.
Apa dia punya ilmu gendam ya, atau
sejenis hipnotis. Perlahan tapi pasti kuikuti langkah mantapnya, ke atas ke
arah angka tiga, empat, sembilan.. dan.. ah.. biarkan saja dia berjalan sesuai
keingiannya.
Biarkan dia menunaikan tugasnya.
……………
“Ooh”
Aku tercekat.
Lembut belaian jemari itu mendarat di
pipiku. Membelai rambutku yang sedikit tersibak di bahu.
Tatap mata itu lekat disampingku.
Mengalahkan perhatianku pada jarum berdetak-detik sepintas lalu.
Seperti sang pangeran yang mengajak
sang putri berdansa. Menurut saja aku digamitnya. Lengan kuat itu lembut
dipinggangku. Jemarinya menyibak rambutku. Mengelus pipiku sepenuh cintanya,
setulus hatinya.
Senyum itu, ohhh...
Lesung pipitnya yang kecil tak mampu
ia sembunyikan diantara senyumnya.
Rapi giginya menyembul dari balik bibir
merah keabu-abuannya.
Tak ada sejengkal hidungku di
hadapnya.
Andai jam dinding itu tak menatapku,
pasti aaahhh.....
“Tak ada angin tak ada hujan, inboxpun
engkau sudah tak pernah lagi. Dan engkau di sampingku sekarang. Ada apa?”
Dan dia hanya tersenyum.
Semakin dekat, semakin menyesak aku di
dadanya... mata kami beradu...
Perlahan kupejamkan mata ini, semakin
lembut jemarinya di pipiku.
Detak-detak waktu mengantarkan
naluriku...
Kusambut, lenganku ingin memeluknya,
tak sampai.
Perlahan aku buka mataku.
Aku cari dia. Di sampingku, tidak ada.
Aku sapukan pandanganku, dia tidak
ada.
Aku terduduk. Sekali lagi aku melirik ke
jam dinding itu. Masih sama jarumnya mengitari angka-angka pasti yang menempel
padanya.
Jarum itu menunjuk dua belas nol satu.
Aku termangu.
“Mimpikah aku? Tapi dia nyata di
sampingku”.
Aku usap pipiku, masih sama. Tak ada
jejakyang ia tinggalkan untukku.
Ian... ya iansaja@yahoo.com hadir di
sisiku. Peng-inbox One Man’s Dream di
emailku setahun yang lalu.
Aku yakin, itu dia.
.................
Aku meraih tabletku …
“OMG!”
“ iansaja@yahoo.com”
11.03 WIB
setiap
kali kumenatap potretmu
semilir
berdesir kangenhadir
setiap
kali kumaknai senyummu
hasrat
kuat hangat mengalir
indah
rikmamu tergerai santun
menyentuh
pipi indahmu ranum
jernih
netramu syahdu menuntun
maknai
hatimu dibalik senyum
terdendang
lirih senandung pedih
untaian
syairmu bernada sendu
tegar
tampakmu menyimpan sedih
terpaan
jalan hidup menguji kelu
tergetar
ungkap masa lalumu
kagumku
terukir dalamputih
bergetar
terucap janji berpadu
tulus
memelukmu dalam kasih
Dadaku berdegup kencang.
“Ada
rasa kangen yang semakin menghebat semenjak perjumpaan sapa kita lewat YM kita
saat itu. Hadir keinginan kuat untuk menemuimu. Namun aku selalu termangu dalam
kerendahdirianku. Hanya One Man’s Dream Yanni. Sebuah tindakan nekat untuk
mencoba meraih hatimu. Namun setelah itu pun aku kembali tergugu dalam ragu.
Tak ada keberanian untuk mengungkapkan kegundahanku. Bahkan hampir setahun aku
abaikan semua email darimu maupun sapaan YM mu. Aku terkungkung dalam rasa
minderku”
...............
Hhhh....
Berat helaan nafas ini tersengal.
Menahan bening di sudut mataku.
Ungkapkan kekagumannya padaku,
pendidikanku dan karirku di chatting YM masih tersimpan di daftar inboxku.
“Aku hanya pria seniman yang mencoba
meraih mimpi untuk menjadi penulis syair lagu. Namun belum pernah mencetak lagu
hit bagi penyanyinya”.
Entah sudah berapa larik baris yang
aku baca...
“Namun
siang ini aku mencobamemberanikan diri
untuk mengungkapkan kejujuran perasaanku padamu lewat puisi. Semoga engkau
memahami maksud hatiku. Maafkan aku, aku tak mampu lagi menahan rasa kangenku
dan inginku untuk berjumpa denganmu. Kuharap engkau berkenan membalas emailku
ini. Aku yang merindukanmu.”
Terkatup bibir tak mampu aku ucapkan
lirih saja.
Rintik hujan mengiringi luruhnya titik
air bening di sudut mataku.
“Ian...
Perjumpaan yang tak kunjung ada tak
menyurutkan kangen rinduku padamu”
ada kerinduan nan memesona di antara kita kala kita telah saling buka hati tuk tulus rasa cinta membuat kita senantiasa bergelora membalut luka hati menghapus duka lara mencoba tuk lupakan masa lalu kelabu menikmati kebersamaan kita yang syahdu hanya denganmu aku persembahkan rindu hanya bersamamu aku ingin bercumbu kugenggam lentik jemarimu kurasai getaran asmara berpadu biarkan jiwa kita menyatu biarkan hasrat kita menggebu kubisikkan kata mesra di telingamu kudekatkan kehendak naluriku kepadamu hanya kepasrahan yang kuberikan untukmu bila menahan gejolak sudah tak mampu kukecup mungil ranum bibirmu indah kunikmati lembutnya letupan gairah kupejam mata rasakan sejati bahagia hangat nafasmu rasuki aliran birasa dingin malam merambat meraih sepi terasa desah kita kian hangat mendaki rengkuhmu erat seakan tak berjarak dekapmu lebur dalam relung kehendak kian berpeluh tubuh dan nafas memburu melenguh kita raih puncak asmara satu tuntaskan hasrat sempurnakan nikmat berharap senantisa cinta kita terlibat
***
Solo_Kudus, Jumat, 14 Februari 2014. 12:01 am
‘salam hangat penuh cinta’ Suko Waspodo & Dinda Pertiwi antologi puisi suko kompasiana pepnews
ilustrasi: flexmedia
Dengan memperhatikan susunan
huruf pada gambar di atas anda akan menemukan satu atau dua kata pada setiap
baris horisontalnya.Kecenderungan
perhatian anda pada kata pertama yang anda cermati menunjukkan kecondongan perilaku anda. Paparan di bawah ini mungkin bisa membantu anda untuk mengenalkecondongan tersebut.
Love. Menunjukkan bahwa
anda adalah orang yang mengagungkan cinta. Mencintai orang lain dalam segala maknanya
merupakan hal yang paling anda utamakan.
Beauty. Anda adalah orang
yang sangat mengagumi keindahan dan kecantikan. Keindahan alam dengan segala
karya cipta yang ada dan terutama kekaguman terhadap keindahan lawan jenis anda.
Youth. Kaum muda merupakan
kalangan yang paling anda minati. Terlibat dalam aktifitas mereka serta
perkembangannya merupakan hal yang membahagiakan anda.
Lust. Ini adalah
kecondongan pada nafsu. Terutama nafsu syahwat terhadap lawan jenis. Sex maniac.
Success. Segala kegiatan
anda selalu berorientasi pada keberhasilan yang gemilang dalam pencapaian suatu
tujuan. Kecondongan yang dimiliki oleh mereka yang selalu optimis sekaligus
ambisius.
Health.Bagi anda, kesehatan adalah segalanya. Segala
sesuatu disekeliling anda dan aktifitas anda selalu dengan pertimbangan apakah
membahayakan kesehatan atau tidak.
Time. Anda adalah orang
yang memiliki disiplin yang tinggi serta efektif terhadap waktu. Budaya ngaret, tidak tepat waktu, sangat anda
benci.
Experience. Hidup harus
merupakan sejumlah pengalaman yang sangat berharga. Setiap peristiwa selalu
dimaknai demi pengembangan diri. Itulah ciri kecondongan ini.
Humour. Penuh canda tawa
merupakan ciri kecondongan pribadi ini. Hidup penuh dengan suasana santai meski
serius merupkan pilihan utamanya.
Money. Bagi anda waktu
adalah uang. Setiap saat selalu diukur demi kepentingan mendapatkan keuntungan
materi, baik secara langsung maupun tidak.
Popularity. Segala
sesuatu yang dapat meningkatkan kemasyuran menjadi tujuan utama. Berbagai cara
ditempuh demi menjadi semakin terkenal. Salah satunya tentu kenarsisan.
Fun. Hidup tak perlu
ditanggapi dengan ketegangan hingga stress. Cukup dinikmati sebagai aktifitas
yang menyenangkan. Sisi negatifnya, kalau berlebihan, cenderung hanya
hura-hura.
Happiness. Bagi anda yang
memiliki kecondongan ini biasanya mengisi hidup dengan hal-hal yang senantiasa
membahagiakan. Kebahagiaan untuk diri sendiri maupun orang lain.
Honesty. Menyenangkan
bersahabat dengan anda kalau anda termasuk dalam kecondongan ini. Karena anda
adalah pribadi yang jujur, terus terang dan terbuka.
Friends. Dalam hal ini persahabatan
adalah sesuatu yang membahagiakan bagi anda.
Power. Bagi anda para
politisi praktis pasti memiliki kecondongan ini. Kekuasaan merupakan tujuan
yang harus dicapai dengan segala macam cara.
Freedom. Menghargai
setiap manusia sebagai pribadi yang bebas adalah ciri kecondongan ini. Hak-hak
asasi manusia merupakan nilai dasar yang harus selalu diperjuangkan.
Intelligence. Bagi anda
kecerdasan merupakan sarana yang penting untuk meraih cita-cita. Setiap saat
dan setiap peristiwa harus selalu dimaknai demi semakin meningkatkan kecerdasan
dan mengasah bakat.
Demikianlah tulisan sederhana ini
hanya sekedar berbagi pengalaman dan metode pengenalan kecondongan perilaku kita.
Silahkan anda mencoba untukmencermatinya. Semoga bermanfaat.
Kita semuanya tahu perilaku buruk
Juru Bicara (Jubir) Partai Demokrat (PD) Ruhut Sitompul dianggap kerap
menyerang lawan politik dengan berbagai cara. Salah satunya yang paling sering
dia lakukan adalah dengan mengeluarkan pernyataan berbau rasisme dan
kasar.
Hal ini menjadi bahan pembicaraan
dalam sebuah diskusi di Jakarta, Minggu, 9 Februari 2014. Menurut Karyono,
peneliti senior Indonesia Publik Institut (IPI), Ruhut sudah biasa bersikap
rasis. Diduga ada rasa puas ketika dia sudutkan seseorang dengan kalimat rasis,
bahkan mungkin sudah masuk kategori psikopat.
Lebih lanjut menurutnya,
pemikiran dan tindakan Ruhut sangat berbahaya jika sudah menjadi ajaran maupun
paham. “Kalau paham Ruhutisme memiliki pengikut, ini jadi bahaya laten.
Ruhutisme itu antitesa nasionalisme dan Pancasila,” tukasnya.
Anehnya, masih kata Karyono,
sosok Ruhut justru diberi tempat sebagai Jubir partai. “Padahal sikap Ruhut
bisa menimbulkan persepsi negatif terhadap PD sekaligus SBY (Ketua Umum DPP PD,
Susilo Bambang Yudhoyono). Sayang sekali Ruhut diangkat jadi Jubir,”
ujarnya.
Sebelum ini, Gerakan Nasional
Anti Diskriminasi (Granad) mengajukan istilah baru ke Dewan Bahasa. Granad
mengusulkan istilah “Ruhutisme”. “Harusnya agak malu kita jika rasisme masih
tumbuh di Indonesia. Hal yang paling memilukan adalah ketika rasisme
dikeluarkan publik figur seperti Ruhu Sitompul. Walau sekadar ucapan,
pernyataan Ruhut bisa memecah keutuhan berbangsa dan bermasyarakat,” kata
inisiator Granad, Arnold.
Dia menyatakan bahwa rasisme
harus dihilangkan dari Tanah Air. “Rasisme tidak perlu ada ketika republik
berdiri. Kami berharap orang-orang yang berperilaku Ruhutisme untuk dieliminir.
Mereka punya potensi memecah belah,” tukasnya.
Seperti kita ketahui, tahun lalu
dalam sebuah siaran televisi swasta, Ruhut menyebut pengamat politik dari
Universitas Indonesia (UI) Boni Hargens sebagai pengamat hitam. Dalam dialog
tersebut Ruhut secara sengaja menghina warna kulit Boni Hargen yang berasal dari
NTT; “Aku mau tanya, lumpur Lapindo itu warnanya apa? Hitam kan? Ya, udah, itu
Boni Hargens itu kulitnya hitam,” kata Ruhut.
Inilah salah satu contoh nyata
perilaku tidak etis politisi busuk negeri ini. Asal njeplak (buka mulut) tanpa tata karma. Masyarakat seharusnya
memasukkan ke dalam daftar hitam, siapapun politisi yang berperilaku buruk,
apalagi psikopat seperti Ruhut Sitompul. Merdeka!
Peneliti dari Alvara Research
Center,Hasanuddin Ali mengatakan bahwa Ketua
Dewan Pembina Partai Gerindra, Prabowo Subianto, harus menggandeng sosok yang dikenal masyarakat
sebagai pribadi yang jujur untuk menghadapi Joko Widodo atau Jokowi.
"Kondisi itu jika Jokowi turut bertarung dalam pemilihan presiden,"
ujar Hasanuddin di Jakarta, Kamis, 6 Februari 2014.
Dua tokoh yang dikenal masyarakat
sebagai pribadi yang jujur dan tegas adalah Dahlan Iskan dan Mahfud MD.Prabowo harus menggandeng salah satu dari
mereka untuk melawan dominasi Jokowi. Hasil survei yang dilaksanakan Alvara
Research Center di 12 kota di Tanah Air pada 16 hingga 30 Januari 2014,
menyebutkan popularitas Prabowo Subianto mencapai 82,4 persen.
Namun popularitas Prabowo
tersebut masih berada di bawah Joko Widodo yang meraih 90,7 persen dan Aburizal
Bakrie yang meraih 83,4 persen. Jokowi dipilih oleh masyarakat kelas menengah
urban karena dianggap mampu melakukan perubahan, dekat dengan rakyat, dan bebas
korupsi. Sedangkan Prabowo Subianto dan Wiranto memiliki citra tegas, berwibawa
dan berjiwa memimpin. Sementara itu, Aburizal Bakrie, Megawati dan Hatta Rajasa
dipersepsikan sebagai tokoh terkenal, menjaga keragaman Indonesia, dan tokoh
nasionalis.
Hasil survei, dari sisi
elektabilitas Jokowi meraih 42,5 persen, kemudian disusul Prabowo dengan nilai 13,7 persen dan Aburizal
Bakrie yang meraih 7,9 persen. Dibandingkan dengan survei serupa pada Agustus 2013,
elektabilitas Jokowi semakin menguat, Prabowo mengalami penurunan dan Aburizal
Bakrie mengalami stagnansi.
Mendekati pesta demokrasi negeri
ini tampaknya persaingan menjadi RI-1 semakin seru. Jokowi belum dicapreskan
dan mencapreskan saja, para capres yang
sudah resmi sudah pada kebingungan oleh hasil surveidan simpati nyata rakyat terhadap
Jokowi.Tampaknya akan semakin sulit
untuk mengalahkan Jokowi apabila Jokowi menjadi capres. Gerakan rakyat yang
bersimpati kepada dia juga semakin massive.Semoga rakyat bisa mendapatkan pemimpin yang
mereka harapkan mampu memperjuangkan nasib mereka dan memperbaiki negeri ini.
Merdeka!
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
diminta terus menyelidiki dana pengelolaan haji tahun anggaran 2012-2013.
Masalah ini penting dilakukan terkaithasil audit Pusat Pelaporan dan Analisa Transaksi Keuangan (PPATK) yang menemukan
pada tahun anggaran ini ada sekitar Rp 230 miliar dana pengelolaan haji yang
mencurigakan.
"Partai Golkar berada di garda
terdepan mendukung KPK dalam menyelidiki dana pengelolaan haji," tegas
anggota Komisi VIII DPR dari Fraksi Partai Golkar TB. H. Ace Hasan Syadzily
melalui pesan tertulis yang diterima beberapa media pemberitaan Jumat, 7
Februari 2014.
Dia menyampaikan, menurut audit
PPATKterungkap juga selama tahun
anggaran 2012-2013 terkumpul dana pengelolaan haji senilai Rp 80 triliun dengan
imbalan hasil sekira Rp 2,3 triliun.
Berdasarkan itu, dirinya mendukung KPK
untuk terus menyelidiki hasil temuan PPATK tersebut. "Partai Golkar
mendesak agar Kemenag (Kementerian Agama) secara periodik melaporkan dana
pengelolaan haji kepada masyarakat secara transparan dan dapat dipertanggung
jawabkan, serta dana itu dapat digunakan sepenuhnya untuk kepentingan jamaah
Haji," tegasnya.
Lebih lanjut, bau busuk tidak beresnya
dana haji mulai tercium sejak awal pendaftaran, berdasarkan pemberitaan,
setoran awal jemaah haji sebesar Rp 38 triliun yang dibayarkan lebih dari 1,6
juta jemaah calon haji saat ini, maka pertahunnya mencapai Rp 2 triliun. Oleh
karena itu, dirinya memprediksi pada tahun 2018 jumlah uang tersebut hampir
mencapai Rp100 triliun, karena antusias masyarakat yang ingin menjalankan
ibadah haji terus meningkat.
"Sekarang uang rakyat yang
jumlahnya sudah puluhan triliunan itu disimpan atas nama Kemenag. Bagaimana
cara investasinya dan ke mana hasil investasinya tidak ada orang yang tahu.
Masyarakat saja curiga kok, masak KPK enggak." tukasnya.
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
mulai intensif memanggil sejumlah pihak, untuk dimintai keterangan dalam proses
penyelidikan dugaan penyelewengan pengelolaan dana haji tahun 2012-2013. KPK
pun tidak menutup peluang, akan memanggil Menteri Agama (Menag) Suryadharma
Ali, untuk dimintai keterangan dalam penyelidikan kasus tersebut.
"Sepanjang diperlukan dalam penyelidikan ini, bisa saja dimintai
keterangan," kata Juru Bicara (Jubir) KPK, Johan Budi SP di KPK, Jakarta,
Kamis, 6 Februari 2014.
Namun demikian, Johan menegaskan,
sampai saat ini belum ada jadwal untuk memanggil Ketua Umum Partai Persatuan
Pembangunan (PPP) itu. Disinggung soal perkembangan penyelidikan, Johan
mengaku, sampai saat ini KPK belum menyimpulkan adanya penyimpangan terkait
pengelolaan dana haji tersebut. "Penyimpangan itu disimpulkan, kalau sudah
ada keputusan dari penyelidikan naik ke penyidikan," tandasnya.
Sebelumnya, KPK sudah meminta
keterangan mantan Wakil Ketua Komisi VIII DPR Jazuli Juwaini dan Anggota Komisi
VIII DPR Hasrul Azwar tentang masalah ini.
Memprihatinkan sekaligus memalukan
kalau bau busuk yang tercium di Kementerian Agama ini terbukti. Kementerian
yang pernah menjadi Kementerian paling korup ini akan semakin mencoreng negeri
ini yang selama ini seolah terlihat agamis. Para pejabat di lembaga yang
seharusnya menjadi penjaga moral bangsa diduga terlibat korupsi juga. Ironis.
Beberapaakademisi di Australia mengomentari rencana
Gita Wirjawan maju sebagai bakal calon presiden (capres) dari Partai Demokrat
(PD) dan membandingkannya dengan peluang Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo, juga
sebagai bakal capres.Salah satunya
adalah Indonesianis di Australian National University, Greg Fealy, yang
mengatakan bahwa Gita kurang populer dan akan kesulitan untuk memenangkan pilpres
2014. Bagi Fealy, apabila Gita tidak terpilih, itu baik buat sektor perdagangan
Australia. Seperti dikutip dari ABC Australia, apabila Gita terpilih jadi
presiden RI, maka akan berimbas negatif buat negeri kangguru itu.
Masalahnya, ada beberapa
kebijakan Gita yang dianggapnya tidak sesuai dengan kepentingan Australia,
misalnya penghentian kebijakan impor sapi Australia pada tahun lalu. Sementara
Jokowi, menurut Fealy, justru lebih baik bagi Australia, karena belum punya
alasan untuk bertentangan dengan negeri itu dalam sektor perdagangan.
"Dia (Jokowi) seorang
pebisnis. Dia bisa menghargai manfaat dari perusahaan bagi negara. Dia juga
seorang yang pragmatis. Tapi juga seorang nasionalis dan tampaknya akan
dinominasikan oleh parpol nasionalis," kata Fealy seperti disampaikannya kepada
ABC Australia.
Selanjutnya dia menilai Jokowi
tidak akan menjadi sosok "bermasalah" dibanding Gita Wirjawan. Sebab
Gita sering dilihat sebagai figur yang terlalu "vokal" apabila
menyangkut isu Australia dan Amerika Serikat.
Pakar lain dari Monash University
yang ikut mencermati isu di Indonesia, Professor Greg Barton, juga sependapat
bahwa Jokowi lebih cenderung dijagokan menjadi presiden Indonesia di periode
berikutnya.
Greg berpendapat, sejumlah nama
yang muncul sebagai bakal capres di Indonesia hanya akan berujung pada situasi
di mana praktik perdagangan internasional akan tidak sehat karena dipicu
kepentingan politik domestik yang mendorong proteksionisme. Tetapi Greg
meyakini Jokowi tak dibatasi oleh isu-isu nasionalisme.
"Dia seorang yang kompeten
dan secara diam-diam menunjukkan dirinya sebagai pemimpin yang menginspirasi
(sebagai gubernur DKI Jakarta). Dan jika dia dapat restu dari Megawati
Soekarnoputri, dia pasti menang di Pilpres," tutur Greg.
Tanggapan Gita Wiryawan
Gita Wirjawan merasa tak perlu
menanggapi terlalu jauh soal pendapat para akademisi Australia yang menilai
Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo berpeluang lebih besar menang ketimbang
dirinya dalam bursa pemilihan presiden mendatang. "Kita harus jelas dengan
nasionalisme kita ke depan. Yang pasti, kerjasama dengan negara manapun harus
adil dan meningkatkan martabat, kesejahteraan lahir batin seluruh rakyat
Indonesia," kata Gita dalam keterangannya di Jakarta, Kamis, 6 Februari
2014.
Gita menilai pandangan
Indonesianis asal Australia tersebut tidak memahami prinsip pentingnya
kerjasama ekonomi secara bilateral yang saling menguntungkan tanpa mengabaikan
kepentingan nasional masing-masing negara.
Secara terpisah, Fajar Riza Ul
Haq, Sekjen DPP Barindo, ormas yang diketuai Gita, menilai pandangan pakar dari
Australia terhadap sosok Gita sebagai cerminan kekhawatiran pihak asing
terhadap sikap politik-ekonomi Gita.Padahal, di tingkat lokal, selama ini justru Gita yang dianggap
berpotensi mengganggu kepentingan negara-negara Barat. "Pandangan Fealy
ini menarik jika melihat opini yang dikembangkan di media-media Indonesia yang
justru menuduh Gita agen Neolib, tidak pro kepentingan bangsa," kata
Fajar.
Menurut pihak Gita, pernyataan
para akademisi Australia tersebut merupakan bukti keberpihakan asing terhadap
figur Jokowi karena dinilai lebih "friendly"."Tapi ini tidak akan menggoyahkan
komitmen merah-putih Pak Gita, utamanya menyangkut kepentingan ekonomi
nasional," lebih lanjut menurut Fajar.
Semakin menarik saja penilaian
para pakar dari negara lain mengenai figur Jokowi. Semoga ini semakin membuat
PDI-P, khususnya Megawati, untuk tidak ragu-ragu lagi mencapreskan Jokowi pada
pilpres 2014. Merdeka!