pada titian yang tak curam
teriknya ratapan hati
menanti warna sebentuk pelangi
tiada yang sehati
kucoba memaknai indah hari
merenda waktu merajut sepi
suntuk meraja diriku yang rapuh
seakan jiwaku tak lagi utuh
ada genangan dalam lirih tersayat sipu
hentakkan sebiji saja di sudut tak bertumpu
tanyaku pada kemelut berlarut
yang mulai menyusut
masih adakah makna diriku
sedang menyapa bisik pun aku tak mampu
tercekat oleh segala perilaku semu
kejam mendera diriku tercenung kaku
akankah pupus
jilatan rasa ini
sedangkan surya
tak lelah menepi
diganggunya diri
pada hal yang belum pasti
aku ingin lari
namun kakiku terkunci
kuraih mentari
yang akan sembunyi
berharap tetap
hangat menemani
namun semua
hanyalah khayalku belaka
ia perlahan
mewarnai jingga cakrawala
segenap jiwa
kutuahkan pada masa
selembut sutra
kukenangkan seraya cinta
kini jalanan itu
mulai tersibak
ilalang pun
terkuak serak
titah tapak mulai
menyeruak
selayaknya memang
bergerak
senja beranjak
menyongsong malam
tak ingin batinku
kian tercekam
meski kabut
lembut menyiram
hatiku hangat tak
lagi muram
***
Solo_Bandung,
Selasa, 23 Desember 2014
‘salam hangat
penuh cinta’
0 comments:
Posting Komentar