Kita sebagai makhluk sosial dan
jasmani berhadapan dengan dua masalah dasar: Bagaimana membagi benda-benda
alamiah yang kita butuhkan, tetapi tidak dapat dinikmati oleh semua (mangga
yang saya makan, tidak dapat dimakan oleh
si A atau anda), dan bagaimana membagi pekerjaan yang menghasilkan apa
yang kita butuhkan (siapa yang memasak, siapa yang harus bercocok tanam, siapa
yang mengatur semua pekerjaan dan sebagainya?). Dua masalah ini kenyataannya
merupakan konflik antara kepentingan kita masing-masing. Semua ingin menguasai
sebanyak mungkin dan ingin bebas dari pekerjaan yang berat.
Konflik ini dapat kita pecahkan
dengan dua cara, melalui perang atau
melalui kesepakatan bersama. Perang berarti bahwa kepentingan pihak yang kuat
akan menang, dan yang lemah akan kalah. Sedangkan kesepakatan berarti bahwa
semua menyetujui satu cara pemecahan, dan hal itu hanya mungkin terjadi apabila
pemecahan konflik itu secara adil.
Maka keadilan dapat kita pahami
sebagai cara pemecahan konflik yang tidak ditentukan menurut tolok ukur
kuat-lemah, melainkan menurut kesamaan hak semua orang.
Dalam penerapan keadilan inilah
kualitas pribadi kita sebagai makhluk individu dan sekaligus makhluk sosial
diuji. Apakah kita mau menghargai hak-hak sesama ciptaan Tuhan atau
mendahulukan kepentingan pribadi yang kadang cenderung serakah? Sebagai makhluk
ciptaan Tuhan yang paling sempurna mestinya kita memilih untuk hidup beradab
dengan menghargai hak-hak sesama ciptaan-Nya. Semoga.
Salam damai penuh cinta.
***
Solo, Rabu, 10 September 2014
Suko Waspodo
0 comments:
Posting Komentar