Dunia dan lingkungan kita semakin hari semakin bising, riuh dan gaduh. Lalu lintas semakin padat, suara kendaraan semakin ramai. Di mana-mana, bila ada pesta atau perhelatan, orang tak dapat lepas dari pengeras suara yang meraung-raung. Di rumah, televisi menyala tak kunjung henti. Kegaduhan itu juga menembus kehidupan pribadi. Ke mana-mana kita harus membawa handphone. Setiap saat kita bisa terlibat dalam percakapan, yang datang begitu saja tanpa kita mau. Kita menjadi pengobrol yang boros waktu untuk mengobral kata-kata yang sering tidak perlu. Anak-anak muda kecanduan gadget. Ke mana-mana mereka membawa gadget-nya, berbagai macam suara musik menghampiri telinganya setiap saat. Anak-anak asyik dengan games yang berdesing-desing. Singkat kata, dunia kita sungguh gaduh dan berisik.
Dalam keadaan demikian,
mungkinkah kita masih bisa menemukan keheningan? Rasanya sulit sekali. Padahal,
keheningan itu mutlak kita perlukan, apabila kita ingin berdoa dan bertemu
dengan Tuhan. Memang Tuhan bisa kita temukan di mana-mana, tetapi dalam
keheninganlah kita paling dapat berbicara dengan Dia dari hati ke hati.
Keheningan juga syarat bahwa kita bisa dan mau mendengar. Mana mungkin kita
dapat mendengarkan suara Tuhan, jika telinga dan hati kita terus menerus
dibisingkan oleh berbagai kegaduhan dan keramaian? Penting bagi kita untuk
menemukan kembali keheningan, karena keheningan akan meneduhkan kita, serta
membuat kita pandai mendengar suara Tuhan dan sesama kita. Maka betapa pun
sulitnya, kita perlu berusaha menggapai keheningan itu. Untuk itu kiranya
banyak cara tersedia.
Misalnya, pada akhir pekan, kita
perlu mengambil waktu untuk berjalan-jalan di sekitar lingkungan kita. Tanpa
bicara, kita mencoba mengenal apa yang ada dalam lingkungan itu. Mengagumi yang
indah, memuji yang baik, lalu mensyukuri semuanya itu dalam hati. Hening
demikian ini akan mengajari kita berdoa.
Pada setiap pagi hari, begitu
kita bangun, ketika cuaca masih segar dan suasana hati belum diliputi
kebisingan apa pun, sempatkanlah untuk sejenak hening. Dan dalam keheningan itu
kita mohon berkat untuk saat-saat yang harus kita lalui hari ini. Lalu cobalah
berjanji untuk mempersembahkan segala kerja, baik kegembiraan maupun susah
payahnya, kepada Tuhan. Pada saat itu kita juga berusaha untuk membiasakan diri
berani memohon bimbingan dan perlindungan pada hari ini. Jika itu kita
kerjakan, kita akan dapat melewatkan hari dan kerja kita dengan tenang, karena
yakin bahwa Dia selalu mengawal kita sepanjang hari.
Pada malam hari, janganlah kita
lupa untuk menyisihkan waktu, meski sejenak. Di sana kita berusaha untuk
hening, mensyukuri berbagai hal yang telah terjadi hari ini di hadapan Tuhan.
Lalu kita mencoba bicara dari hati ke hati dengan Tuhan, dan mendengar
kata-kata-Nya. Dalam keheningan itu kita belajar yakin, bahwa kita akan
menemukan ketenangan dan kedamaian, bila sungguh mau mendengar kata-kata-Nya
yang menghibur.
Pada dasarnya, betapa pun sulit,
kita perlu menggapai keheningan. Sebab hanya dengan keheningan kita dapat
kembali kepada hati kita sendiri. Kita perlu berkomunikasi dengan hati kita sendiri,
atau kita tidak akan pernah mengenal diri kita lagi.
Di dalam lubuk hati itu kita juga
akan merasakan kehadiran dan mengalami, betapa Dia mencintai kita. Kita akan
tahu, bahwa tidak mungkin semua persoalan hidup kita selesaikan sendiri. Kita
membutuhkan bantuan-Nya. Keyakinan itu akan membuat hidup kita tenang dan
gembira. Hal ini sungguh akan membantu kita, terlebih saat kita terjatuh ke
dalam kesulitan dan kebosanan hidup. Namun untuk itu semuanya, sekali lagi:
kita memerlukan keheningan.
Salam damai penuh cinta.
***
Solo, Senin, 29 Desember 2014
Suko Waspodo
Ilustrasi: choirunsholeh