Mengapa judul tulisan ini ditulis dengan tanda kutip? Ini
untuk menunjukkan bahwa aktivis yang ingin kita kupas adalah bukan aktivis yang
sesungguhnya. Aktifis mahasiswa yang hanya asal-asalan dan biar terlihat
terlibat memikirkan rakyat. itulah aktivis mahasiswa zaman now.
Sungguh sangat berbeda kalau kita membandingkan aktivis
mahasiswa zaman now dengan aktivis
mahasiswa 98 zaman rezim orde baru. Tuntutan terhadap turunnya Jokowi sungguh
mengada-ada. Sangat berbeda dengan tuntutan turunnya Soeharto waktu itu.
Jokowi seorang presiden yang sah dipilih secara langsung
oleh rakyat sedangkan Soeharto dipilih oleh wakil rakyat dimana sistem politik
yang berlaku sangat tidak demokratis. Situasi ekonomi yang memburuk saat ini bukan
disebabkan oleh kinerja pemerintahan Jokowi yang buruk melainkan oleh situasi
ekonomi global yang memang sedang tidak menguntungkan. Sementara itu di tahun
1998 situasi ekonomi global memang buruk serta diperparah oleh sistem ekonomi
kita yang tidak adil dan pemerintahan yang korup.
Sedikit contoh itu saja sudah menunjukkan bahwa tuntutan
menurunkan presiden Jokowi adalah sebuah tindakan gegabah serta melukai rakyat.
Sebenarnya masih sangat banyak prestasi pemerintahan Jokowi yang bisa
disebutkan disini tetapi tidak perlu,
biarlah rakyat yang tahu dan sudah menikmatinya. Jokowi sudah berbuat banyak
untuk rakyat dalam waktu singkat, baru hampir 4 tahun, sedangkan Soeharto sudah
berbuat banyak memperkaya diri , keluarga dan kroninya dengan menindas rakyat
dalam kurun waktu 32 tahun.
Dalam hal ini kita bisa menilai bahwa aktivis mahasiswa
zaman now yang menuntut Jokowi turun
adalah mahasiswa yang asal-asalan. Mereka melakukan demo hanya berdasarkan pada
pemberitaan di media sosial. Emosi mereka tersulut oleh informasi yang diputarbalikkan oleh para
politisi busuk yang ambisi kekuasaan dan serakah. Mereka tidak melihat
fakta yang terjadi di masyarakat. Mereka
menyikapi situasi dengan analisis hasil
diskusi yang hanya berlangsung di grup media sosial.
Berbeda dengan aktivis 98 yang bergerak menumbangkan rezim
Soeharto berdasarkan analisis mereka terhadap situasi riil rakyat tanpa
ditunggangi oleh kepentingan para politisi busuk. Diskusi berlangsung secara
intens dengan pertemuan dan pergerakan mereka di bawah tanah. Proses
penggulingan Soeharto butuh waktu relatif panjang karena kebebasan berpendapat
tidak dimungkinkan waktu itu. Tetapi situasi itu justru melahirkan aktivis-aktivis
yang militan.
Untuk situasi sekarang mestinya para aktivis mahasiswa tidak
gegabah dalam bertindak. Bersikap kritis memang perlu dan bahkan wajib bagi
mahasiswa tetapi harus melalui analisis yang jernih dan bebas dari pikiran
busuk. Kebebasan berpendapat yang telah kita miliki jangan malah hanya
memunculkan para "aktifis" palsu. Bergerak seakan memperjuangkan
kepentingan rakyat tetapi sesungguhnya hanya asal supaya terlihat bahwa sebagai mahasiswa
mereka sudah berperan sebagai agen perubahan. Sungguh ironis!
***
Solo, Minggu, 16 September 2018
'salam kritis penuh cinta'
Suko Waspodo
0 comments:
Posting Komentar