Welcome...Selamat Datang...

Selasa, 09 Oktober 2018

"Aktivis Mahasiswa Zaman Now"



Mengapa judul tulisan ini ditulis dengan tanda kutip? Ini untuk menunjukkan bahwa aktivis yang ingin kita kupas adalah bukan aktivis yang sesungguhnya. Aktifis mahasiswa yang hanya asal-asalan dan biar terlihat terlibat memikirkan rakyat. itulah aktivis mahasiswa zaman now.

Sungguh sangat berbeda kalau kita membandingkan aktivis mahasiswa zaman now dengan aktivis mahasiswa 98 zaman rezim orde baru. Tuntutan terhadap turunnya Jokowi sungguh mengada-ada. Sangat berbeda dengan tuntutan turunnya Soeharto waktu itu.

Jokowi seorang presiden yang sah dipilih secara langsung oleh rakyat sedangkan Soeharto dipilih oleh wakil rakyat dimana sistem politik yang berlaku sangat tidak demokratis. Situasi ekonomi yang memburuk saat ini bukan disebabkan oleh kinerja pemerintahan Jokowi yang buruk melainkan oleh situasi ekonomi global yang memang sedang tidak menguntungkan. Sementara itu di tahun 1998 situasi ekonomi global memang buruk serta diperparah oleh sistem ekonomi kita yang tidak adil dan pemerintahan yang korup.

Sedikit contoh itu saja sudah menunjukkan bahwa tuntutan menurunkan presiden Jokowi adalah sebuah tindakan gegabah serta melukai rakyat. Sebenarnya masih sangat banyak prestasi pemerintahan Jokowi yang bisa disebutkan disini  tetapi tidak perlu, biarlah rakyat yang tahu dan sudah menikmatinya. Jokowi sudah berbuat banyak untuk rakyat dalam waktu singkat, baru hampir 4 tahun, sedangkan Soeharto sudah berbuat banyak memperkaya diri , keluarga dan kroninya dengan menindas rakyat dalam kurun waktu 32 tahun.

Dalam hal ini kita bisa menilai bahwa aktivis mahasiswa zaman now yang menuntut Jokowi turun adalah mahasiswa yang asal-asalan. Mereka melakukan demo hanya berdasarkan pada pemberitaan di media sosial. Emosi mereka tersulut  oleh informasi yang diputarbalikkan oleh para politisi busuk yang ambisi kekuasaan dan serakah. Mereka tidak melihat fakta  yang terjadi di masyarakat. Mereka menyikapi situasi  dengan analisis hasil diskusi yang hanya berlangsung di grup media sosial.

Berbeda dengan aktivis 98 yang bergerak menumbangkan rezim Soeharto berdasarkan analisis mereka terhadap situasi riil rakyat tanpa ditunggangi oleh kepentingan para politisi busuk. Diskusi berlangsung secara intens dengan pertemuan dan pergerakan mereka di bawah tanah. Proses penggulingan Soeharto butuh waktu relatif panjang karena kebebasan berpendapat tidak dimungkinkan waktu itu. Tetapi situasi itu justru melahirkan aktivis-aktivis yang militan.

Untuk situasi sekarang mestinya para aktivis mahasiswa tidak gegabah dalam bertindak. Bersikap kritis memang perlu dan bahkan wajib bagi mahasiswa tetapi harus melalui analisis yang jernih dan bebas dari pikiran busuk. Kebebasan berpendapat yang telah kita miliki jangan malah hanya memunculkan para "aktifis" palsu. Bergerak seakan memperjuangkan kepentingan rakyat tetapi sesungguhnya hanya asal  supaya terlihat bahwa sebagai mahasiswa mereka sudah berperan sebagai agen perubahan. Sungguh ironis!

***
Solo, Minggu, 16 September 2018
'salam kritis penuh cinta'
Suko Waspodo

0 comments:

Posting Komentar