Alkisah ada seorang pembelah batu yang tidak puas dengan pekerjaannya. Pada suatu hari dia melewati rumah seorang saudagar kaya. Melalui gerbang yang terbuka dia melihat banyak benda yang bagus dan tamu-tamu penting. Pembelah batu itu berpikir, "Betapa berkuasa saudagar itu." Dia menjadi sangat iri dan ingin agar dia dapat menjadi seperti saudagar itu. Dengan demikian dia tidak lagi hidup hanya sebagai seorang pembelah batu.
Setelah itu, dia begitu terkejut karena dia sudah menjadi seorang saudagar, menikmati barang-barang mewah dan kuasa lebih daripada yang pernah diimpikannya; dia malah menjadi sasaran cemburu dari orang-orang yang kurang kaya dari dia sendiri. Namun segera lewat di depannya seorang pejabat tinggi dengan mengendarai sebuah sedan, diiringi oleh para pengawal dan serdadu yang membunyikan genderang. Setiap orang, betapa pun kayanya, harus tunduk rendah ketika pejabat tinggi itu lewat. Dia berpikir, "Alangkah berkuasanya orang ini. Aku ingin agar aku pun dapat menjadi seorang pejabat tinggi."
Kemudian dia menjadi seorang pejabat tinggi, yang dihantar kemana-mana dalam kursi sedan yang berhias. Pada saat itu hari sangat panas dan dia merasa sangat tidak nyaman dalam kursi sedan yang kaku. Dia memandang ke arah matahari yang bersinar bangga di angkasa, tidak dipengaruhi oleh kehadirannya. Pikirannya, "Betapa berkuasa matahari. Aku ingin agar aku menjadi seperti matahari."
Selanjutnya dia menjadi matahari yang bersinar keras atas setiap orang. Awan topan tebal datang menutup antara dia dan bumi sehingga sinarnya tidak dapat lagi menerangi segala sesuatu yang ada di bawah. Dia berpikir, "Betapa berkuasanya awan topan ini. Aku ingin menjadi awan."
Lalu dia menjadi awan. Tetapi segera dia menyadari bahwa dia didorong oleh sesuatu yang memiliki kekuatan dahsyat; yaitu angin. Dia berpikir,"Alangkah berkuasanya angin itu. Aku ingin menjadi seperti angin."
Dia menjadi angin. Sesaat kemudian, dia bertiup melawan sesuatu yang tidak bisa bergerak, bagaimana pun besar usahanya. Itu adalah sebuah batu yang sangat besar. Dia berpikir,"Alangkah berkuasanya batu karang itu. Aku ingin untuk menjadi seperti sebuah batu karang."
Dia kemudian menjadi sebuah batu karang, lebih kuat dari apa pun yangada di bumi ini. tetapi ketika dia berada di sana, dia mendengar bunyi palu martil pada batu dan dia merasa bahwa dirinya semakin berubah. Dia berpikir, "Apa kiranya yang lebih kuat dari batu karang?" Dia melihat ke bawah dan jauh di bawah sana dilihatnya sosok seorang pembelah batu.
(Dikisahkan kembali dari buku: Stories and Parables for Preachers and Teachers)
***
Solo, Selasa, 18 September 2018
'salam damai penuh cinta'
Suko Waspodo
ilustrasi: newHDmovie
0 comments:
Posting Komentar