Zaman tanpa kertas nampaknya sedang menuju puncaknya. Dan
itu sudah selayaknya kita syukuri dan kita optimalkan. Inilah keniscayaan yang
kita alami manakala media digital dan maya begitu berkembang bebas dan luas
sampai tak terbatas. Sehingga mungkin pertanyaan "Apa alasanmu membeli
buku?" akan menjadi lebih tepat bila diganti "Masih perlukah membeli
buku (cetak)?"
Bagi kita, orang Indonesia yang mengalami menjadi mahasiswa di negeri
sendiri, di penghujung abad 20 tentu masih ingat bagaimana sulitnya memperoleh
buku-buku pegangan kuliah karya penulis asing yang masih belum diterjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia. Bagi mereka yang tinggal di kota besar mungkin tidak
begitu masalah, biasanya ada toko buku yang menyediakannya meski harganya amat
mahal. Namun bagi yang tinggal dan menempuh kuliah di kota kecil akan sulit
memperoleh buku yang dibutuhkan dan terpaksa secara ilegal memfotokopinya.
Zaman sulit buku tersebut berakhir di awal abad 21 ini,
buku-buku non-fiksi maupun fiksi begitu mudah diperoleh baik dalam bentuk hard copy maupun soft copy. Zaman kemajuan
tehnologi digital membuat kita saat ini berada di "Paperless Era",
zaman (nyaris) tanpa kertas.
Buku-buku dengan mudah bisa diunduh, baik yang berbayar
maupun yang gratis. Banyak sekali situs yang menyediakan e-book untuk berbagai jenis buku ilmu pengetahuan maupun fiksi.
Asal kita tersambung dengan internet segala sesuatu yang sebelumnya harus
diperoleh dalam bentuk cetak, sekarang bisa kita unduh dalam bentuk digital
alias soft copy.
Untuk media simpan pun sekarang kita bisa nyaris tanpa
kertas pula. Dengan PC, laptop, notebook atau bahkan hanya dengan sarana
smartphone kita bisa menuliskan apa
pun layaknya sebuah buku yang tak terbatas jumlah lembar kosong halamannya.
Andai kita merasa terbatas dengan ruang simpan kita di memory card atau hard disk,
sebagai salah satu contoh kita bisa mempergunakan media simpan cloud yang tak terbatas dan aman dengan
aplikasi google drive.
Mulai dari yang sederhana untuk sekedar menulis diary, membuat blog, membuat bahan ajar, quiz, kuesioner, tugas akhir perkuliahan,
skripsi hingga tesis bisa kita selesaikan nyaris tanpa kertas. Surat kabar,
tabloid, majalah, berbagai jenis buku pun bisa kita nikmati tanpa kertas.
Sungguh perkembangan teknologi yang luar
biasa.
Maka pertanyaan di atas jawabnya adalah, "kita nyaris
tidak perlu membeli buku dalam bentuk cetak lagi". Semuanya bisa kita
nikmati kapan saja dengan smartphone
kita.
Ketika kertas mulai diciptakan dan digunakan untuk menulis
maka era tulisan di daun lontar berakhir dan naskah tertulis di lontar pun
tinggal menjadi penghuni museum atau ada di perpustakaan naskah-naskah kuno.
Sekarang tatkala media digital berkembang pesat maka kertas pun mulai
ditinggalkan. Dilihat dari sisi kepraktisan dan kecepatan maka jelas buku cetak
dengan media kertas tak mampu menandingi kecanggihan e-book. Cepat atau lambat buku tercetak tinggal hanya ada di musem
atau perpustakaan saja.
Dengan paperless era
ini maka tak harus lagi kita memboroskan diri dengan menebangi pohon di hutan
untuk membuat pulp sebagai bahan
kertas. Kalau pun terpaksa harus membutuhkan kertas kita bisa menggunakan
kertas daur ulang.
Nah, dua sisi peradaban kita peroleh. Kecanggihan media informasi dan penyimpanan
digital di satu sisi serta di sisi lain kelestarian alam dengan tidak banyak
menebang pohon kita lakukan. Luar biasa !!
***
Solo, Minggu, 16 September 2018
'salam damai penuh cinta'
Suko Waspodo
0 comments:
Posting Komentar