Welcome...Selamat Datang...

Kamis, 23 Juli 2015

Kecubung Asihan


Seperti biasanya setiap hari sabtu, jam kerjaku hanya setengah hari dan pukul dua siang sudah beranjak pulang dari kantor. Kebiasaanku sepulang kerja hari Sabtu, aku tidak langsung pulang ke rumah tetapi jalan-jalan dulu. Biasanya aku sering ke lapak penjual buku bekas, mencari buku-buku lama yang masih layak untuk bahan bacaan menambah pengetahuan atau sekedar bacaan hiburan.

Namun siang itu aku tidak ke lapak penjual buku bekas melainkan jalan-jalan ke Alun-alun Utara Kraton Surakarta di mana sepanjang kaki limanya banyak pedagang batu akik. Dahulu di tempat itu penjual batu akiknya paling hanya satu dua saja tetapi sekarang ada lebih dari sepuluh lapak penjual batu akik. Maklum saat ini lagi trend batu akik.

Terpengaruh oleh cerita teman-teman tentang pengaruh batu akik serta melihat begitu antusiasnya orang-orang mengerumuni pedagang batu akik, maka aku pun mendatangi salah satu lapak akik di situ. Luar biasa, ternyata begitu banyak macam batu akik. Untuk menarik pembelinya, pedagangnya pun menerangkan jenis-jenis dagangannya serta dibumbui cerita-cerita hebat tentang pengaruh positif dari setiap jenis batu akik dagangannya.

Aku tertarik dengan batu akik kecubung asihan, jenis akik ini memang menarik, warnanya ungu sangat indah. Menurut penjualnya serta kata teman-teman yang sudah menggemari akik, kecubung asihan berpengaruh dalam masalah asmara. Bisa membuat pemakainya menjadi magnet asmara, sehingga lebih mudah mendapatkan cewek yang diinginkan. Dahulu almarhum Presiden Soerkarno juga mengenakan akik kecubung asihan. Bahkan konon kabarnya itulah yang menyebabkan beliau digandrungi para wanita dan mempunyai lebih dari dua istri. Woow…!!!

“Berapa pak harganya?”, tanyaku sambil aku mencoba mengenakan salah satu cincin akik kecubung asihan yang aku suka dan pas di jariku.

Seraya mengamati cincin yang aku coba kenakan, si bapak penjual mengatakan, “Satu juta rupiah”.

Tersentak aku mendengarnya. Bisa habis uang THR ku untuk membeli sebuah cincin saja, pikirku.

Karena terlanjur jatuh hati ke cincin itu serta tertarik dengan cerita pegaruhnya maka terjadilah tawar menawar. Akhirnya tujuh ratus lima puluh ribu rupiah keluar dari dompetku untuk membayar cincin akik kecubung asihan.

Dengan penuh harap mendapatkan cewek yang aku inginkan, aku langsung mengenakannya. Sepanjang perjalanan pulang mengendari motor aku berulang kali sambil mengamati cincin akikku.

Sesampai di rumah sambil bersandar di kursi malas di teras rumah, aku nikmati semilir angin sambil menggosok-gosok batu ungu di cincin yang aku kenakan. Meski terkantuk-kantuk aku melamun seandainya aku mendapatkan cewek idamanku dengan sarana akik itu.

Tiba-tiba ada seorang cewek mendatangi, “Mas, mohon tanya, yang tinggal di rumah depan itu pergi kemana ya? Saya mau bertamu tapi sepi tak ada orang di sana”.

“Ohh..sekeluarga kemarin mudik ke Wonogiri, tetapi kata mereka berencana siang ini sudah kembali pulang. Anda dari mana?”, jawabku seraya aku sambut dia dengan ramah.

“Dari Jakarta, perkenalkan saya Ellen, keponakan tante Endang”, cewek itu menjelaskan serta memperkenalkan diri.

“Saya Herman”, sambil aku sambut uluran tangannya.

Aku menawarkan dia untuk menunggu di teras rumahku sampai keluarga tante Endang, tetangga depan rumahku, pulang. Dan dia pun setuju.

Kami pun segera terlibat percakapan yang asyik. Cewek Jakarta itu memang cantik, smart  dan modern. Aku terpesona dan aku terus menggerakkan tanganku agar dia memandang cincin akik kecubung asihanku.

Akhirnya cewek itu memperhatikan juga cincinku dan kemudian sepertinya dia terpana memandang aku. Dengan pede aku menggeser tempat dudukku untuk mendekat ke dia. Karena terlalu bersemangat dan kurang hati-hati aku terjatuh dari kursi.

Gubraaaakk…!!!, aku terjatuh dari kursi malasku. Tak ada siapa pun di dekatku. Malam mingguku pun akan tetap berlalu dalam sepi.

***
Solo, Sabtu, 18 Juli 2015
‘salam hangat penuh cinta’
Suko Waspodo
Ilustrasi: youtube

0 comments:

Posting Komentar