Beberapa teman penulis mengatakan
dan bahkan menuliskannya di artikel mereka bahwa menulis ya menulis saja tak
peduli dibaca atau tidak alias tidak mempersoalkan jumlah pembaca. Bagi saya
pernyataan mereka ini aneh. Kalau menulis tidak untuk banyak dibaca orang lain
lalu untuk apa? Kalau sekedar ingin menulis untuk kepuasan diri sendiri lalu
untuk apa ditampilkan di media? Untuk apa harus ada penerbit? Untuk apa harus
ada media massa cetak maupun elektronik untuk menampung suatu tulisan? Untuk
apa harus ada blog atau website sarana memposting tulisan semacam
Kompasiana? Kalau mereka tidak butuh
pembaca mengapa mereka tidak menulis saja di buku harian dan dibaca sendiri?
Membaca pendapat dan artikel
tentang penting tidaknya jumlah pembaca, membuat saya merenung. Salahkah kalau
selama ini saya menulis dengan tujuan agar apa yang saya pikirkan diketahui dan
bahkan kalau mungkin mempengaruhi orang lain? Salahkah kalau saya bermimpi
suatu saat tulisan saya laku di mainstream media semacam Kompas dan dibaca
lebih banyak pembaca surat kabar cetak?
Menurut saya semua orang yang
menuliskan sesuatu di media apa pun yang bisa dilihat dan dibaca orang pasti
tujuannya agar dibaca banyak orang. Setiap orang yang mengungkapkan sesuatu
berupa tulisan, sekecil apa pun; di
media sosial, misalnya, pasti punya tujuan agar dibaca oleh sebanyak mungkin
siapa pun yang bisa mengaksesnya. Relief dalam bentuk tulisan atau gambar di
dinding candi serta naskah kuno yang disampaikan dengan media daun lontar juga
bertujuan untuk mempublikasikan suatu pemikiran atau pegetahuan pada jamannya. Bahkan
tulisan sederhana dan terkesan mengotori
dalam bentuk graffiti di
tembok-tembok kota pun pasti juga bertujuan agar diperhatikan dan dibaca oleh
siapa pun.
Pengalaman saya sendiri, saya
sangat senang apabila tulisan saya sesederhana apa pun, dibaca oleh banyak
orang. Bahkan kebiasaan saya setiap kali mem-posting tulisan baru di Kompasiana atau di blog pribadi saya, setelah itu pasti saya share di akun Facebook saya, di semua grup Facebook dimana saya
bergabung, di Twitter, Google+, dan Linked in. Semua itu saya lakukan tentu
saja agar tulisan saya dibaca oleh siapa pun sebanyak mungkin.
Jadi sungguh mengada-ada kalau
ada pernyataan bahwa menulis tidak butuh jumlah pembaca. Sejatinya media
penulisan memang adalah sarana agar apa yang kita gagas atau pikirkan dan
kemudian kita ungkapkan dalam tulisan, apa pun bentuknya, adalah agar bisa
dibaca oleh banyak orang . Lebih bermakna lagi tulisan tersebut apabila mampu
mempengaruhi atau bermanfaat bagi siapa pun.
Inilah sekedar tulisan kecil
hasil refleksi diri tentang betapa pentingnya publikasi suatu karya penulisan.
Semoga bisa memperkaya wawasan kita. Keep
writing, brotha … !!!
Salam damai penuh cinta.
***
Solo, Minggu, 19 Juli 2015
Suko Waspodo
ilustr: annida
0 comments:
Posting Komentar