Setelah kita memahami ‘kemampuan untuk bekerja keras’ sebagai ciri pertama orang kreatif di tulisan sebelumnya,
sekarang marilah kita pelajari ciri yang kedua, ‘berpikiran mandiri’.
Orang-orang kreatif memiliki rasa
individualitas yang kuat. Mereka membuat keputusan sendiri. Mereka percaya
kepada daya pikir mereka. Mereka mempunyai pendapat sendiri.
Para ahli psikologi telah
mengadakan studi tentang berpikir mandiri. Untuk itu mereka mengadakan tes yang
menunjukkan betapa besar seseorang dipengaruhi oleh pikiran-pikiran orang lain.
Tes itu berlangsung sebagai berikut:
Enam orang diminta masuk dan
duduk di sebuah ruang untuk dites ketajaman pengamatan mereka. Dari 6 orang itu
hanya 1 orang yang akan diuji. Dalam tes itu ditunjukkan gambar foto slide A dan B. Gambar foto slide A
menunjukkan suatu garis yang lebih pendek daripada gambar foto slide B. Macam tes adalah ditanya dan
harus memberi jawaban foto slide mana yang menunjukkan gambar garis yang lebih
panjang. Sebelum tes, diadakan 5 orang yang tidak dites, tanpa sepengetahuan
orang yang dites, diminta agar memberi jawaban yang salah: foto slide A menunjukkan gambar garis yang
lebih panjang. Maka sesudah kedua foto slide itu ditunjukkan dan 5 orang ini
ditanya dan memberi jawaban: gambar foto slide
A, aneh bin ajaib, orang yang dites itu pun ikut-ikutan menjawab: gambar foto slide A. Jelas jawaban yang salah.
Dari tes itu tampak, bahwa akibat
jawaban yang sama: gambar foto slide A dari 5 orang itu, orang yang
dites menghadapi pilihan. Dari pengamatannya jelas bahwa gambar foto slide A menunjukkan gambar garis lebih
pendek daripada gambar foto slide B.
Namun 5 orang lain secara sepakat mengatakan bahwa gambar foto slide A menunjukkan gambar garis yang
lebih panjang. Berhadapan dengan pilihan itu orang yang dites tidak percaya
pada matanya sendiri, dan bertekuk lutut kepada tekanan kelompok, lalu tanpa
dasar apa-apa berjalan aman mengikuti pendapat orang banyak, meski berlawanan
dengan pengamatannya sendiri. Orang yang dites itu menjadi korban dari tekanan
‘pendapat umum’, sebagaimana lazim terjadi dalam kehidupan nyata sehari-hari.
Dalam situasi tertekan oleh
kelompok, orang-orang kreatif tidak tunduk. Mereka minta penjelasan tentang
pendapat umum itu dan mengutarakan pendapat mereka sendiri dengan alasan-alasannya.
Mereka tidak mudah dipermainkan oleh pendapat umum. Mereka juga tidak begitu
saja melepaskan pendapat sendiri tanpa melihat sanggahan melawan yang bisa
dipertanggungjawabkan. Maka kalau mereka menerima pendapat umum dan melepas
pendapat sendiri, bukan karena tekanan, tetapi karena kebenaran perkara, yang
merasa dilihatnya.
Karena itu, pada umumnya
orang-orang kreatif mampu berdiri tenang di tengah kekacauan pendapat, tidak
mudah termakan kabar angin, isu, dan cerita burung atau gosip. Pikiran mereka
tidak mudah diselewengkan oleh hal-hal kecil yang menggoda. Mereka lurus,
konsisten, dan maju terus dengan nyala obor kebenaran yang mereka lihat dan
peroleh berkat daya pikir mereka.
Memang dengan pikiran mandiri itu,
orang-orang kreatif dapat jatuh dalam sikap kaku, sulit menyesuaikan pendapat
mereka dengan pendapat-pendapat orang lain, atau keras mempertahankan pendapat
sendiri. Hal ini dapat merusak suasana kebersamaan dan pencarian bersama.
Karena berpikir mandiri, orang-orang kreatif dapat bertindak, berbuat atau
merencanakan sesuatu yang membahayakan diri sendiri dan masyarakat
sekelilingnya. Ini akibat keterlanjuran.
Perlu dicatat bahwa kecenderungan
untuk mandiri itu, bukanlah merupakan unsur masukan yang pokok dalam proses
kreatif, tetapi memberikan sikap ‘bertahan’ dan ‘maju terus’ yang diperlukan
untuk mewujudkan ide-ide atau gagasan-gagasan kreatif. Menciptakan ide atau
gagasan kreatif adalah satu hal. Dan membuat ide atau gagasan itu terwujud
dalam produk kreatif adalah hal yang lain. ‘Banyak kepala, banyak pendapat’
demikian bunyi sebuah pepatah. Dunia ini penuh dengan manusia yang berpikir
berbeda. Tanpa nyali untuk tetap mandiri, melawan arus, dan tetap bertahan
untuk mewujudkan ide atau gagasan dalam produk nyata, betapa pun cemerlang ide
atau gagasan kreatif yang ditemukan, ide atau gagasan itu tetap tinggal ade
atau gagasan dan tak memperkaya kehidupan.
Jadi, kemandirian berpikir
orang-orang kreatif bukanlah mandiri secara tertutup dan tidak menaruh perhatian
terhadap ide-ide atau gagasan-gagasan baru atau orang lain. Karena kemandirian
semacam ini tidak kreatif. Akibatnya tidak peka terhadap hal-hal baru dan
terbuka menerima hal-hal yang segar. Kemandirian semacam itu malah membunuh
kreativitas. Hanya mandiri saja belum belum menjamin kreativitas. Kemandirian
orang-orang kreatif bukanlah kemandirian asal mandiri dan demi mandiri sendiri,
tetapi kemandirian atas dasar kebenaran, terbuka untuk menerima
pandangan-pandangan lain dan menjadi ‘abdi’ untuk mewujudkan ‘impian’ mereka
menjadi kenyataan. Maka kebenaran dulu, mandiri kemudian, dan mandiri untuk
menjelmakan kebenaran.
Nah, itulah paparan mengenai ciri
orang kreatif yang kedua. Selanjutnya untuk paparan ciri orang kreatif yang
ketiga akan tersaji di tulisan berikutnya.
Salam damai penuh cinta.
***
Solo, Kamis, 23 Juli 2015
Suko Waspodo
Ilustrasi: sharingdisana
0 comments:
Posting Komentar