aku terikat dalam gaun hitam
diikat dengan embel-embel dan bulu
aku berjalan melalui hutan pucat
melewati lumpur dan cuaca kotor
aku menghirup aroma arang serta debu
dan berjalan perlahan menuju tengah
aku melihat ke langit; hujan jatuh di pipiku
aku menatap tanah; apakah aku berani masuk?
aku merasakan nadi darah melaluiku
bahkan menyeret dirinya dari kulitku
menempatkan kakiku yang dimutilasi di dalam air
haruskah aku membiarkan diriku jatuh?
aku tenggelam dalam pelupaan ini
dan membiarkan diriku menjadi lemah
aku dikelilingi oleh kesenangan tergelap
tidak ada cara untuk berteriak
tidak mungkin untuk berbicara
terasa seperti sedang dicabik-cabik
dari dalam keluar
aku merasakan pembersihan tubuhku
aku merangkak tanpa ragu-ragu
jari menembus lumpur
menyeret diriku dari bayangan
gaun hitamku berubah menjadi putih
pakaianku bersinar
aku berdiri untuk terakhir kalinya
angin dingin mengalir melalui rambutku
menatap ke langit yang tercekik
dan menangislah air mata
keputusasaanku yang terakhir
untuk sekali ini aku merasa sangat cantik
kulitku begitu pucat, begitu murni
dengan kepolosan yang begitu menarik
sebuah daya pikat yang tak tertahankan
air mataku berubah menjadi keindahan
saat aku berjalan dari apa yang aku tinggalkan
tak lagi tenggelam dalam ketakutan dan kecemasan
aku tidak lagi dibatasi
saat aku berjalan
aku merasakan kebebasan seperti itu
dan dengan kebahagiaan, aku dikonsumsi.
sekarang selamanya hilang dalam ekstasi
keinginan terdalamku sekarang bisa mekar
***
Solo, Rabu, 16 Februari 2022. 9:55 am
'salam hangat penuh cinta'
Suko Waspodo
antologi puisi suko
painting by Bibzie Priori
0 comments:
Posting Komentar