Menarik mengikuti polemik dan komentar di berbagai media tentang perilaku perokok. Pada kesempatan ini kita tidak akan memperbincangkan tentang kebiasaan merokok salah satu menteri wanita di Kabinet Kerja kita, melainkan akan kita soroti perilaku perokok pada umumnya.
Sesungguhnya setiap perokok pada
umumnya adalah orang yang tidak toleran dan keji. Berbeda dengan pemadat atau
pecandu ganja yang relatif lebih toleran.
Bukan bermaksud untuk membela
atau membenarkan pemadat tetapi untuk memberi penilaian secara proporsional.
Pemadat pada kenyataannya adalah orang yang hanya merusak diri sendiri apa pun
alasan kelakuannya. Pemadat, di Indonesia, ketika mengkonsumsi atau menghisap
ganja pasti melakukannya secara sembunyi. Entah itu saat mengkonsumsi sendiri atau
saat bersama komunitasnya. Jadi tidak ada orang lain yang dirugikan.
Sementara itu, perokok saat
menghisap rokoknya sebagian besar berada di tempat umum atau terbuka, yang
berarti asapnya menyebar kemana-mana. Ditempat yang tertera larangan merokok
pun masih sering kita jumpai perokok yang menikmati rokoknya. Yang lebih kejam
lagi, di dalam angkutan umum yang penuh sesak seperti bis kota atau angkot pun
masih sering kita jumpai orang menghisap rokok, bahkan meskipun di dekatnya ada
bayi dalam gendongan ibunya. Padahal seperti kita ketahui bahwa orang lain yang
tidak merokok justru yang sesungguhnya menjadi perokok pasif dan dipaksa
menghisap racun asap rokok yang tidak dia kehendaki. Itulah mengapa para
perokok aktif layak dinilai sebagai orang yang keji dan tidak toleran.
Peringatan dibungkus rokok maupun
iklan rokok “Merokok Membunuhmu” tidak tepat seharusnya diganti “Merokok
Membunuh Kita Semua”. Bahkan seharusnya pemerintah mengambil langkah lebih
tegas untuk melarang iklan rokok dalam bentuk apa pun. Selain itu perlu adanya
perlindungan hukum bagi siapa pun yang dirugikan karena terganggu oleh asap
rokok.
Tulisan kecil ini hanya sekedar
berbagi keprihatinan. Semoga bisa membuka kesadaran kita, khususnya para
perokok, untuk lebih menghargai orang lain.
Salam kritis penuh cinta.
***
Solo, Kamis, 30 Oktober 2014
Suko Waspodo
Ilustrasi: i66m.blogspot.com
0 comments:
Posting Komentar