Kebijaksanaan Psikologis dalam Kisah Kelahiran Yesus
Poin-Poin Penting
- Teks religi tentang mimpi dapat memberikan wawasan psikologis yang berharga.
- Mimpi bisa datang kepada orang-orang dalam kondisi putus asa dan stres untuk memberikan bimbingan dan kepastian.
- Bermimpi sangat penting sekarang, di waktu tergelap tahun, sebagai sumber harapan untuk masa depan.
Sebelum munculnya psikologi sebagai disiplin akademis di abad ke-19, agama adalah arena utama di mana orang mendiskusikan, menganalisis, dan berteori tentang impian mereka. Psikolog hari ini dapat belajar banyak tentang mimpi dari sumber-sumber agama ini, bahkan jika kita tidak setuju dengan keyakinan dan asumsi metafisik mereka.
Salah satu contoh terbaik dari hal ini muncul setiap tahun pada Natal, ketika kisah kelahiran Yesus menjadi pusat perhatian di gereja-gereja Kristen/Katolik dan tempat-tempat ibadah. Meskipun jarang dicatat, Injil Matius memasukkan lima mimpi terpisah yang dialami oleh Yusuf, suami Maria, mimpi yang secara langsung membimbing mereka dalam mempersiapkan kelahiran anak mereka dan kemudian melindunginya dari bahaya yang akan segera terjadi. Mimpi pertama mendorong Yusuf untuk tidak menceraikan Maria tetapi untuk tinggal bersamanya, meskipun dia hamil, dan memerintahkan dia untuk menamai anaknya Yesus. Empat mimpi berikutnya menawarkan peringatan yang tepat waktu, mendorong Yusuf dan Maria untuk melarikan diri dengan bayi laki-laki mereka dari satu tempat persembunyian ke tempat lain saat mereka berusaha untuk melarikan diri dari Raja Herodes yang membunuh.
Injil Matius adalah buku pertama dari Perjanjian Baru, dan kelima mimpi ini terjadi di Bab 1 dan 2, dalam 50 ayat pertama teks. Penempatan yang menonjol ini menekankan pentingnya mimpi yang tak tergantikan bagi mitos pendirian Kekristenan. Ini juga memberi sinyal kepada psikolog modern adanya wawasan tentang sifat dan fungsi mimpi yang juga bisa berharga bagi orang non-Kristen. Wawasan ini mencakup hal-hal berikut:
- Mimpi dapat datang kepada orang-orang dalam kondisi putus asa dan sangat stres untuk memberikan bimbingan dan kepastian.
- Mimpi dapat memiliki kualitas kenabian, membayangkan kemungkinan ancaman di depan dan mempersiapkan si pemimpi untuk merespons secara efektif.
- Mimpi dapat menjelaskan konflik moral yang mungkin memerlukan solusi yang berbeda dari yang ditentukan oleh masyarakat.
- Mimpi menawarkan sumber harapan yang mendasar, pembukaan menuju masa depan, dan rasa hidup baru, kelahiran baru, awal yang baru.
- Bermimpi sangat penting sekarang, sebagai pengingat bahwa bahkan di waktu tergelap dan terdingin sepanjang tahun, percikan energi vital masih bersinar di dalam diri kita masing-masing.
Ide-ide psikologis yang kuat tentang mimpi ini secara langsung dijalin ke dalam kisah kelahiran Yesus. Bagi siapa pun dalam tradisi Kristen, ini adalah dorongan kuat untuk memperhatikan mimpinya sendiri dan potensi kebijaksanaan ilahi mereka, terutama selama masa krisis dan ketidakpastian. Untuk psikolog masa kini, mimpi seputar kelahiran Yesus menawarkan ekspresi mitologi kuno dari ide-ide yang juga muncul dari penelitian ilmiah saat ini tentang mimpi. Apakah benar-benar ada seorang pria bernama Yusuf yang memiliki mimpi-mimpi yang tepat ini, penting bahwa orang-orang lebih dari 2.000 tahun yang lalu menyadari bahwa seseorang dalam keadaan ini—miskin dan tunawisma, seorang anak dalam perjalanan, melarikan diri dari pihak berwenang—secara masuk akal akan memiliki mimpi seperti ini, mimpi kepastian, peringatan, dan bimbingan.
Dipahami secara psikologis, ini bisa menjadi kisah kita semua, jika kita didorong ke dalam kondisi putus asa sehingga kita tidak punya apa-apa selain impian kita untuk menjaga harapan tetap hidup. Merayakan kelahiran Yesus berarti merayakan kapasitas mendalam untuk wawasan visioner dan ketahanan spiritual pada semua manusia, baik orang Kristen maupun non-Kristen.
***
Solo, Senin, 13 Desember 2021. 12:29 pm
'salam hangat penuh cinta'
Suko Waspodo
antologi puisi suko
ilustr: Munir Alawi
0 comments:
Posting Komentar