Bersama-sama kita menulis cerita kita. Bersama-sama kita menyanyikan lagu-lagu kita. Tetapi sekarang semuanya hilang.
Disimpan seperti foto dalam pikiranku, di tempat yang aku beri label "kenangan." Dan terkadang, ketika aku membolak-balik halaman itu, berpikir lembut tentang masa lalu, mengingat siapa kita dulu, duduk di kelas berbincang lama, bertukar lirik dan kata-kata, atau hanya tertawa sampai kita tidak bisa bernapas, itu membuat aku merasakan sakit pahit manis, dan aku hanya ingin menjadi kembali ke masa kecil lagi.
Terkadang, kenangan acak kata yang mengingatkan terungkap di sini, melodi yang tak asing terdengar di sana, semburan tawa dan tawa menangkap aku lengah, dan nostalgia membanjiri indraku.
Keinginan untuk menghidupkan kembali mereka, untuk membuat sekali lagi abadi dari saat-saat singkat, untuk merasakan cinta yang tersisa. Ini mencengkeram aku, memegang seluruh keberadaanku. Jantungku berdenyut lagi dengan sakit manis itu, merindukan apa yang dulu. Dan saat itulah aku sadar, itu hanyalah keinginan sendu seorang anak yang bertambah usia namun tidak pernah mau belajar bagaimana menjadi dewasa.
Jadi aku harus puas melewati saat-saat itu, seperti berjalan melewati pintu, hanya membiarkan hatiku berdebar, untuk berkedip lagi dengan kebahagiaan. Aku pernah mengalami. Itu adalah pengingat kebahagiaan yang pernah aku miliki, dari cinta yang tersisa, satu hal yang tidak lagi aku miliki. Dan mengetahui bahwa itu tidak akan pernah datang lagi, apa pun yang membuatnya sangat manis.
Perasaan aneh memenuhi dadaku, saat aku meninggalkan tempat ini. Seolah-olah aku tidak hanya akan meninggalkan orang yang aku cintai, namun juga semua orang yang bersama aku pada waktu dan tempat ini. Karena aku tidak akan pernah seperti itu lagi. Dan aku berpegang teguh pada itu, ke memori itu, untuk orang itu yang aku tak ingin kehilangan, takut membiarkannya memudar, untuk membiarkannya menjadi sebuah bayangan. Semua yang aku sukai telah hilang.
Bukankah itu indah? Ketika kita percaya pada segalanya.
***
Solo, Kamis, 27 Desember 2018. 2:54 pm
'salam damai penuh cinta'
Suko Waspodo
antologi puisi suko
kompasiana
pepnews
ilustr: Deborah Nell
0 comments:
Posting Komentar