Betapa sederhananya hidupku, sekarang kamu di sini. Bagaimana aku menghargai setiap nafas. Bagaimana aku menginginkan cahaya dan tawa yang kamu bawa. Aku telah jatuh cinta tanpa melangkah. Jatuh ke dalam mimpi termanis. Betapa aku berharap tidak ada yang membangunkan aku. Isyarat yang paling sederhana membungkus dirinya sendiri di hatiku. Dan aku akan memegangnya selamanya.
Setiap kali kita mengucapkan selamat tinggal, sebagian dari diriku menangis. Padahal aku tahu itu tidak selamanya. Namun bagi jiwaku yang sakit itu adalah kekekalan. Aku melihat kebahagiaanku bersinar di matamu. Setiap kali kamu memegang tanganku, jantungku berdetak kencang. Betapa manisnya kehidupan menjadi milikmu. Betapa tak bermakna hidup tanpa dirimu.
Mereka tidak tahu apa-apa tentang kesepian di hadapanmu. Tidak ada air mata yang aku menangis hari demi hari. Bagaimana kamu melakukannya? Aku bertanya pada diri sendiri. Bagaimana kamu menghalau rasa takut serta kegelapan? Kamu telah membuat aku melihat bahwa tidak ada yang seburuk itu. Bahwa aku kuat dan layak untuk kebahagiaan. Kamu telah menyelamatkan aku dari diriku sendiri.
Setiap hari aku bangun dan tersenyum sendiri. Mengetahui kamu sedang menungguku. Mengetahui kamu tidak sabar untuk menemui aku. Bagaimana aku akan pergi jika kamu tidak ada untuk menahan aku. Untuk memberkati aku dengan cinta dan cahayamu. Bagaimana aku senang kamu telah menemukan aku. Hidupku sekarang lengkap. Aku pulang.
***
Solo, Jumat, 14 Desember 2018. 8:30 pm
'salam hangat penuh cinta'
Suko Waspodo
antologi puisi suko
kompasiana
pepnews
ilustr: Pete Konsterlie
0 comments:
Posting Komentar