Berdiri di jendela, aku dengan rasa sakit di dadaku. Memandang ke luar jendela saat hujan turun. Merenung keras jika aku bisa menahan ujian ini, diperbaiki dengan tatapan yang hilang. Dalam ketidakberdayaan air mata, aku tenggelam.
Tetesan hujan meledak saat jatuh dan jatuh ke tanah. Menjadi sejuta tetesan bergabung kembali menjadi genangan air. Seperti drum yang diredam, suaranya yang kacau namun menenangkan adalah suaranya. Terpesona oleh penglihatannya, begitu indah, begitu halus.
Mataku menjadi lelah tetapi aku masih ingin bersaksi. Manik-manik kaca ini jatuh dengan menawan dari langit. Berharap itu akan menghilangkan kebosanan dan semua kegilaannya. Merasa lembab tertiup angin saat mencium pipiku kering.
Keajaiban ini sebelumku, aku mampu menatap sepanjang malam. Karena aku sangat menyukainya, itu membawa pelipur lara yang sangat kuinginkan. Sama seperti cintaku, aku akan menatapnya sampai terang. Berharap aku bisa memberitahunya tentang cinta yang aku selamatkan.
***
Solo, Selasa, 5 Februari 2019. 4:56 pm
'salam damai penuh cinta'
Suko Waspodo
antologi puisi suko
kompasiana
pepnews
ilustr: Robert Baart
0 comments:
Posting Komentar