Setiap tahun menjelang dan saat Idul
Fitri pasti banyak orang kaya di negeri ini yang berbagi zakat fitrah kepada
kaum dhuafa. Para orang kaya yang berbagi semakin banyak tetapi yang menerima
zakat juga semakin banyak. Entah jumlah kaum miskin memang semakin banyak atau
banyak orang yang sebenarnya tidak miskin tetapi mengaku miskin. Akibatnya
acara pembagian zakat fitrah menjadi kacau karena terjadi saling berdesakan
berebut pembagian dan biasanya selalu menelan korban, pingsan dan bahkan ada
yang sampai meninggal dunia.
Semua ini terjadi karena cara
pembagiannya yang tidak tepat. Selama ini yang terjadi adalah para orang kaya
mengundang kaum dhuafa ke rumahnya, maka yang terjadi adalah saling berdesakan
dan menelan korban. Cara pembagian seperti yang selama ini adalah cara pembagian
yang hanya cenderung untuk pamer kekayaan dan kesombongan. Nuansa melecehkan
dan merendahkan sangat kental terasa. Penerima zakat fitrah diperlakukan seolah
sekumpulan pengemis.
Pembagian zakat fitrah seharusnya
bisa dilakukan dengan cara mendatangi kaum miskin. Disinilah justru letak makna
ibadahnya. Dengan mendatangi kaum miskin berarti kita telah bersikap rendah
hati dan sekaligus bisa mengetahui bagaimana kesulitan hidup mereka serta pasti
zakat fitrahnya juga tepat sasaran. Selain itu juga nuansa kekeluargaan
tercipta dan bukan nuansa kesombongan. Solidaritas nyata terjalin.
Berbagi zakat fitrah bukanlah
ajang untuk pamer kekayaan diri melainkan justru untuk melatih kerendahan hati.
Tuhan mengajarkan ‘jika tangan kananmu memberi, tangan kirimu jangan sampai
tahu’. Selamat berbagi dengan tetap rendah hati.
Salam damai penuh cinta.
***
Solo, Rabu, 30 Juli 2014
Suko Waspodo
0 comments:
Posting Komentar