Welcome...Selamat Datang...

Kamis, 07 Agustus 2014

Penyakit Kejiwaan Prabowo Subianto

Mengamati perilaku Prabowo Subianto, yang semakin memuakkan dalam menyikapi hasil pilpres yang dimenangi oleh Jokowi, membuat diskusi saya dengan seorang kawan politisi senior dari jaman orde baru menjadi kian menarik. Menurut kawan saya yang sangat mengenal Prabowo ini, Prabowo ternyata memang orang yang sakit. Prabowo menderita penyakit kejiwaan yang disebut Delusi Megalomania.

Menurut dia seharusnya KPU sejak awal sudah tidak meloloskan Prabowo Subianto. Prabowo cenderung selalu membenarkan diri sendiri, egois dan tidak tahan stress. Selama dalam TNI-AD salah asuh, tidak ada yang menegur dan bertindak semaunya sendiri. Atasannya enggan mengingatkan karena sering terjadi konflik melawan atasan. Selama hampir 20 tahun dalam lingkungan militer sifat-sifat itu berkembang tanpa kontrol. Hal ini pasti sudah diketahui dalam test psikologi ketika seleksi capres-cawapres tetapi yang mengherankan mengapa KPU meloloskannya ? Inilah yang justru membuat KPU mengalami kesulitan sendiri pasca pilpres kali ini.

Penyakit kejiwaan yang diderita Prabowo ini  membuat dia menjadi merasa memiliki suatu bentuk fantasi tentang kekuatan, kekayaan dan ‘kemaha-besaran’ di dalam dirinya. Hal ini terkadang disebabkan oleh obsesinya  akan kebesaran dan kemuliaan, baik itu secara pemikiran atau perbuatan, yang tidak tercapai.

Para penderita Delusi Megalomania, seperti yang dialami Prabowo ini, memiliki kecenderungan akan tetap mempertahankan suatu keyakinan walau telah terbukti bertolak belakang dengan kenyataan, dengan tujuan memenuhi hasrat obsesi mereka dalam bentuk fantasi.  Pada taraf kritis, megalomania dapat membahayakan penderitanya disebabkan keyakinan dirinya untuk mampu melakukan sesuatu yang tidak dapat dilakukan oleh manusia normal.

Jenis penyakit kejiwaan ini, menurut Sigmund Freud, adalah akibat dari sebuah narsisisme kedua yang muncul pada seseorang yang mengidap penyakit mental. Berbeda dari narsisisme utama yang biasa muncul pada bentuk narsistis kebanyakan, narsistis ini bersifat patologis karena mengarahkan pada skizofrenia, dengan jalan mendorong harapan dan impian dari belakang libido sehingga terpisah dari obyeknya didunia nyata dan pada akhirnya menghasilkan megalomania. Narsisisme kedua yang ada pada bentuk penyakit mental menurut Freud berbentuk membesar-besarkan diri sendiri yang merupakan hasil dari manifestasi ekstrem dari narsisisme utama yang biasa terdapat dalam diri setiap individu.

Berdasarkan teori Freud yang tertulis di atas maka dapat kita ketahui bahwa akar dari megalomania adalah narsistik yang sakit. Di mana penderitanya memiliki keyakinan diri yang dibesar-besarkan, berbentuk delusi atau waham dan diyakini secara absolut. Sikap tidak mau menerima kritik walau salah sekalipun, dan tetap percaya terhadap apa yang sebenarnya telah terbukti salah merupakan sifat dari kepribadian megalomania. Hal ini terjadi karena keyakinan yang menganggap diri maha sempurna dan tidak mungkin melakukan kesalahan. Walau kecenderungan irasionalitas merupakan kenyataan, namun jika keadaan ini dimiliki oleh seseorang yang memiliki pengaruh dalam sosial-politik maka akan menimbulkan masalah yang besar.

Sekarang kita bisa memperkirakan apa yang akan terjadi apabila suatu bentuk pemerintahan dilandasi oleh keputusan megalomania yang ditetapkan oleh pemimpin yang sakit, hal tersebut akan mengarahkan roda pemerintahan pada arah kehancuran. Karena, keputusan yang diambil bertujuan hanya untuk memenuhi hasrat kebesaran yang dimiliki oleh sang pemimpin megalomania, tidak berpihak kepada yang diperintah, atau bahkan tidak berdasar pada kenyataan sama sekali.

Itulah penyakit kejiwaan yang diderita oleh Prabowo sejak dulu. Maka bisa kita bayangkan apabila Prabowo yang memenangi pilpres kali ini, akan seperti apa kondisi negeri ini. Pemerintahan pasti akan  kacau-balau dan negara menjadi hancur karena dipimpin oleh seorang presiden yang menderita penyakit kejiwaan.

Demikianlah tulisan ini hanya bermaksud untuk berbagi pengetahuan agar bisa membuka wawasan kita dalam menyikapi perilaku Prabowo. Selanjutnya kita selayaknya mengucap syukur bahwa pilpres kita tidak dimenangi oleh orang yang menderita penyakit kejiwaan Delusi Megalomania.

Salam kritis penuh cinta.

***
Solo, Kamis, 7 Agustus 2014
Suko Waspodo

0 comments:

Posting Komentar