Peringatan HUT Kemerdekaan RI
ke-69 telah berlalu dan biasanya selalu ada kenangan terkait dengan lomba-lamba
dalam rangka peringatan penting tersebut. Setiap tahun, biasanya sekitar selama
seminggu sebelum tanggal 17 Agustus, selalu ada lomba-lomba yang
diselenggarakan baik oleh sekolah, instansi atau masyarakat di setiap kampung.
Salah satu lomba yang paling populer dan seolah dilestarikan adalah lomba
Panjat Pinang.
Bentuk dan Tata Cara Lomba
Sebuah pohon pinang yang cukup
tinggi dan batangnya dilumuri oleh pelumas disiapkan lebih dahulu oleh panitia
perlombaan. Di bagian atas atau puncak batang
pohon tersebut disediakan berbagai macam hadiah menarik. Para peserta berlomba
untuk mendapatkan hadiah-hadiah yang ada dengan cara memanjat batang pohon
tersebut.
Karena batang pohon tersebut
licin (harus telah diberi pelumas), para pemanjat batang pohon sering kali
jatuh. Taktik, strategi dan kerja sama para peserta dalam satu kelompok untuk
memanjat batang pohon inilah yang biasanya menjadi kunci keberhasilan mengatasi
licinnya batang pohon, dan sekaligus menjadi atraksi yang sangat menarik bagi para penonton. Hadiah yang
berhasil diperoleh kemudian dibagikan kepada para peserta masing-masing dalam
kelompoknya.
Asal Mulanya
Lomba Panjat Pinang berasal dari
jaman penjajahan Belanda. Lomba ini diadakan oleh orang-orang Belanda apabila
sedang mengadakan acara besar seperti hajatan, pernikahan, dan lain-lain. Para
peserta lomba ini adalah orang-orang pribumi. Pada waktu itu hadiah yang
diperebutkan biasanya bahan makanan seperti keju, gula, susu, teh atau kopi.
Selain itu juga terkadang berupa pakaian seperti kemeja atau celana, maklum
karena dikalangan pribumi barang-barang seperti ini termasuk mewah.
Sementara orang-orang pribumi bersusah payah untuk memperebutkan
hadiah, orang-orang Belanda menonton sambil tertawa-tawa. Tata cara permainan
ini belum berubah sejak dahulu hingga sekarang. Bisa dibayangkan kondisi pada
masa penjajahan, sementara rakyat pribumi Indonesia bersusah payah dengan
berlumuran keringat, para penjajah Belanda dan keluarganya tertawa terbahak bahak
melihat penderitaan bangsa Indonesia. Kemungkin juga saat ini, setiap kali perayaan 17 Agustus, orang-orang Belanda
masih tertawa terbahak bahak, menyaksikan bahwa acara yang pernah mereka buat
dengan tujuan melecehkan Bangsa Indonesia, ternyata justru dilestarikan.
Kontroversi
Hingga sekarang bentuk lomba ini
masih dipertahankan keberadaannya. Banyak pihak yang tidak mempermasalahkan
sejarah permainan ini, namun tidak sedikit juga yang mempersoalkannya. Jika
sejarah lomba panjat pinang merupakan peristiwa yang begitu menyakitkan mengapa
harus dilestarikan. Ada beberapa kontroversi seputar Panjat Pinang.
Sementara sebagian besar orang Indonesia
percaya itu adalah tantangan pendidikan yang mengajarkan orang untuk bekerja
sama dan bekerja keras dalam mencapai tujuan mereka, pihak yang lain mengatakan
panjat pinang adalah peristiwa yang merendahkan dan bahkan melecehkan. Selain itu ada juga isu
lingkungan, yakni mengurangi sejumlah besar batang-pohon pinang untuk suatu
perayaan hedonistik.
Memang terjadi pro serta kontra
mengenai perlombaan yang satu ini. Satu pihak berpendapat bahwa sebaiknya
perlombaan ini dihentikan karena dianggap mencederai nilai-nilai kemanusiaan.
Sementara pihak lain menganggap ada nilai luhur dalam perlombaan ini seperti:
kerja keras, pantang menyerah, kerjasama kelompok atau gotong royong. Bagaimana menurut pendapat anda?
Salam damai penuh cinta.
***
Solo, Senin, 18 Agustus 2014
Suko Waspodo
0 comments:
Posting Komentar