meninggalkan sepetak sunyi hatimu
kumohon tinggallah sejenak
meski hanya untuk sepenggal kisah
yang tak selesai kita gubah
mengalir indah dalam bait-bait pasrah
di sini musim masih senantiasa setia
menyimpan bilur-bilur cinta
yang berarak di lautan aksara
tanpa kata-kata
alangkah sulit menuliskan
perjalanan rinduku untukmu
sebiru langit cerah
yang kulukis bersama pelangi
di sini hanya tersisa liang-lang imaji
yang menggelayutiku dalam samadi
merajut mimpi helai-helai sepi
yang tiada bertepi
lalu ketika khayal rindu kian basah
aku tersentak sadar
kau telah kirimkan nyanyian hujan
dalam anganku
hingga dari sunyi ke sunyi
aku menggigil sayu
karena hanya berpayung daun pisang
aku akan menjemputmu
di ladangku yang kerontang
kini aku hanya mampu memohon
semoga sesekali engkau sudi
menyiram kemarau panjang di hatiku
agar lukisan langit kembali biru
meski aku malu
sungguh demikian malu
jika setiap kerinduan
harus kuhaturkan
tanpa pertimbangan
tapi biarlah detak waktu
yang memberikan jawaban
maka pada angin saja
akan kukabarkan gundah sukma
melumuri malam-malam panjang
tanpa purnama
di sini aku masih menggigil sendirian
mengeja nubuat luka
yang kau cipta tanpa air mata
haruskah setiap rindu
selalu menyesakkan dada
hingga saat nanti
penggal-penggal keresahan
masih menyisakan berjuta pertanyaan
aku tetap memandangmu
meski dari jauh dan tak tersentuh
sampai kau benar-benar pergi
meninggalkanku
percayalah
aku tetap setia menikmati gelisah kalbu
karena engkaulah indah kerinduanku
***
Solo, Sabtu, 23 Agustus 2014. 1:26 pm
‘salam hangat penuh cinta’
Suko Waspodo
0 comments:
Posting Komentar