Sore hari pulang dari kuliah aku kendarai motor maticku dengan santai. Meski tempat kostku tidak begitu jauh dari kampus Politeknik dimana aku kuliah tetapi aku selalu membawa motor.
Kebiasaan burukku adalah menikmati musik dari smartphoneku melalui headset saat naik motor pulang pergi kampus. Tidak begitu kencang aku mengendarai motorku, tiba-tiba duuuukk, sebuah mangga gadung jatuh mengenai helmku, lalu melewati antara kedua pahaku dan tertahan di pijakan kaki.
"Maaf mas nggak sengaja!" nyaring suara cewek melengkapi rasa kagetku.
Aku pun menepikan motorku lalu tengadah, astaga naga, seorang cewek cantik tomboy sedang nangkring di dahan pohon mangga sambil mencangklong tas kantong kain yang lumayan besar. Rupanya cewek ini sedang memanen hasil pohon mangganya. Niatku untuk marah-marah pun tertahan.
"Sorry banget, membuat mas terkejut." setelah turun dari pohon cewek itu menghampiriku seraya menyalami untuk mengulangi permintaan maafnya. Cewek mungil ini tampak sexy dengan t-shirt sederhana dan celana pendeknya.
"Ini manggamu" kuserahkan mangga gadung cukup besar yang tadi jatuh mengenai aku. Kutatap dia dengan terkesima. Musnah sudah niat marahku.
"He..he..he .. terima kasih. Oh ya, kenalin aku Nana, lengkapnya Ratna Suminar. Kamu kuliah di Politeknik situ ya?" dengan ramah dia memperkenalkan diri seraya tangannya menunjuk ke arah kampus yang memang terlihat dari rumahnya.
"Panggil saja aku Drian, Adrian Satriatama" kutanggapi perkenalannya dengan antusias. "Koq kamu tahu kalau aku kuliah di situ?"
"Lha ini seragam kuliah yang mas pakai serta badge yang menempel jelas ciri khas kampus itu." Terkesan berani cewek itu mencolek badge yang menempel di baju praktek kuliahku. Aku pun tertawa senang, Terlupa sudah kejadian sesaat kejatuhan mangga.
"Ehh kita koq hanya berdiri saja di sini, yuuuk kita ngobrol di teras." ajak Nana, seraya menuju ke teras rumahnya dan aku pun mengikuti. Sebuah rumah bangunan lama tetapi terawat dengan halaman yang luas dengan dua buah pohon mangga di depannya.
"Silahkan duduk. Santai saja." Nana mempersilahkan seraya menarik sebuah kursi. "Tunggu sebentar ya, aku ambil pisau, kita nikmati mangga-mangga manis ini."
Mangga Gadung ini tentu saja manis tetapi bagiku lebih manis cewek itu. Mengapa aku jadi melantur mengkhayal seperti ini.
"Rumahmu mana?" sibuk dengan lamunanku membuat aku tidak tahu kalau Nana sudah kembali dari mengambil pisau dan pertanyaannya membuyarkan apa yang tengah aku bayangkan.
"Ooh, aku di sini kost. Di rumah kost Arjuna di sebelah timur sana, pasti kamu tahu. Omong-omong kamu sudah kuliah atau masih sekolah?" aku semakin ingin tahu lebih banyak tentang cewek manis ini.
"Kelas 11 di SMA negeri 4" jawabnya sambil dia melanjutkan mengupas mangganya.
Selanjutnya sambil menikmati mangga kami pun terlibat obrolan diselingi bercandaan. Aneh dan ajaib juga, kami baru saling kenal tapi sudah menjadi akrab.
Menjelang petang akhirnya aku minta diri, rasanya masih ingin mengobrol lebih lama lagi tetapi ada rasa sungkan. Meski Nana sangat ramah tetapi aku tetap harus menjaga sikap.
"Ntar kita sambung chatting di WA ya?" Nana mengantar aku hingga di pintu pagar. Ajakannya untuk berlanjut ngobrol di WA membuat hatiku berbunga-bunga.
"Siaaap" kujawab sambil menjalankan motor dan melambaikan tangan berlalu.
Senja perlahan kian temaram menyambut gelap malam. Namun di dalam hatiku terang.
Solo, Minggu, 18 November 2018
'salam hangat penuh cinta'
Suko Waspodo
kompasiana
antologi puisi suko
ilustr: fasara
0 comments:
Posting Komentar