Dia telah diberi arloji pada ulang tahunnya yang kesepuluh. Sebuah arloji plastik berwarna hitam yang biasa dalam segala hal kecuali kenyataan bahwa arloji itu sedang menghitung mundur. "Itu semua waktu yang tersisa di dunia, nak. Gunakan dengan bijak." Dan memang dia melakukannya.
Saat arloji mulai berdetak, bocah lelaki itu, yang sekarang telah menjadi seorang lelaki, menjalani kehidupan sepenuhnya. Dia memanjat gunung dan berenang di laut. Dia berbicara dan tertawa, hidup, mencintai dan dicintai. Pria itu tidak pernah takut, karena dia tahu persis berapa banyak waktu yang tersisa.
Akhirnya, arloji mulai menghitung mundur terakhirnya. Pria tua itu berdiri memandangi segala yang telah dilakukannya, semua yang telah ia bangun. 5. Dia berjabat tangan dengan mitra bisnis lamanya, pria yang telah lama menjadi teman dan orang kepercayaannya. 4. Anjingnya datang dan menjilat tangannya, mendapatkan tepukan di kepalanya untuk persahabatannya. 3. Dia memeluk anak-anaknya, tahu bahwa dia adalah ayah yang baik. 2. Dia mencium dahi istrinya untuk yang terakhir kalinya. 1. Pria tua itu tersenyum dan menutup matanya.
Kemudian, tidak ada yang terjadi. Arloji berbunyi 'bip' sekali dan dimatikan. Pria itu berdiri di sana, sangat hidup. Anda akan berpikir bahwa pada saat itu dia akan sangat gembira. Namun justru sebaliknya, untuk pertama kalinya dalam hidupnya, pria itu ketakutan.
***
Solo, Jumat, 28 Desember 2018.
'salam damai penuh cinta'
Suko Waspodo
antologi puisi suko
kompasiana
pepnews
ilustr: pinterest-valdnow
0 comments:
Posting Komentar